388cash388cash

Cerita Dewasa Kepuasan Dan Kesetiaan


“Jangan ah, nanti suamiku cemburu,” kataku sambil menunjukkan cincin pernikhanku yg masih berkilat karena memang masih baru itu.

Begitulah jawaban dan gaya yg kuberikan pada customer atau rekan kerja yg mencoba-coba dengan dialog-dialog menjurus, atau bahkan yg terang-terangan, dengan harapan dapat mengajakku kencan.

Memang wajar saja jika banyak yg tergoda dengan penampilanku. Walau di kantor yg cukup bonafit di kota Surabaya ini, aku selalu menjaga sikapku, namun tak dapat dihindari bahwa aku memang dikaruniai wajah yg cantik dengan tinggi 165 cm, berat 52 kg, kaki yg jenjang dan sepasang buah dada montok. Usiaku pun masih muda untuk lingkungan kantorku, baru 24 tahun pada saat kisah ini terjadi 3 tahun yg lalu. Lita N****(edited) namaku.

Gelombang ajakan dan godaan menerpaku, namun masih mampu kutepis karena pada dasarnya aku memang mencintai suamiku. Hampir setahun menikah tanpa dikaruniai anak, pertahananku jebol saat muncul rekan kerja dari perusahaan mitra yg bernama Sendi. Walau beda perusahaan, tugas Sendi menuntutnya untuk sering datang ke kantorku dan kebetulan hubungan kerjanya sangat terkait erat denganku. Akibatnya kami sering menghabiskan waktu bersama.

Dimulai dari pekerjaan di kantorku, lalu meeting di cafĂ© beramai-ramai, yg akhirnya sering kami lanjutkan berduaan setelah mitra kerja yg lain pulang, atau berjalan-jalan bersama di mal untuk mencari kebutuhan kantor. Lama kelamaan kudapatkan banyak kecocokan di antara Sendi dan aku yg tak kudapatkan dalam diri suamiku. Apalagi bidang kerja kami selaras sehingga komunikasi kami terasa lebih “nyambung”.

Suatu siang setelah mencari beberapa buku acuan untuk keperluan pekerjaan, kami melewati lokasi arcade di mal besar itu dan aku melihat permainan dance machine yg sangat kusukai, namun biasanya kumainkan sendiri karena suamiku tak menyukainya. Spontan kuajak Sendi untuk menemaniku bermain dan ternyata ia menyambutnya dengan bersemangat karena ia juga menyukainya. Bertambah lagi satu kecocokan di antara kami.

Kami pun bermain beberapa game hingga di tengah game terakhir, mungkin karena terlalu bersemangat mendapatkan teman bermain, aku terpeleset sampai kakiku terkilir. Tak ada lagi yg bisa kami lakukan selain pergi ke dokter. Sepulang dari dokter, masih dengan jalan tertatih-tatih, Sendi mengusulkan untuk mengantarku pulang saja, dan tak kembali ke kantor agar aku bisa beristirahat. Aku setuju saja walaupun saat itu kakiku sudah tak terlalu sakit lagi, namun masih terasa sangat mengganjal.

Setiba di rumah, kuajak Sendi untuk mampir dan ia menerimanya dengan senang hati. Sendi memapahku sampai ke kamar, lalu membantuku duduk di ranjang. Dengan manja kuminta ia mengambilkan aku minuman di dapur, karena memang sebelum mendapatkan anak, aku dan suamiku telah sepakat untuk tdk memelihara pembantu, jadi saat itu rumahku kosong. Sendi mengambilkan minuman dan kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas blazer dan sedang memijat betisku. Cerita Sex Selingkuh

Ia agak tersentak melihatku, karena selain tinggal memakai blous “you can see” longgar yg membuat ketiak dan buah dadaku yg putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku juga menarik rokku hingga pahaku yg juga putih mulus itu terbuka untuk menggoda matanya. Tampak sekali ia menahan diri dan mengalihkan pandangan saat memberikan minuman kepadaku. Memang “gentleman” pria ini.

“Sen, pijetin kakiku dong, biar darahnya lebih lancar. Ini balutannya kenceng banget sih, sampe sakit. Pijetanku nggak ada tenaganya nih!” ujarku tulus.

Sungguh mati, pada saat itu, sikap tubuhku dan kata-kataku sama sekali tdk bertujuan menggodanya. Memang itulah yg kuinginkan, hanya pijatan untuk melancarkan darahku yg terasa terbebat, tak lebih. Sendi duduk di pinggir ranjang dan mulai memijat betisku dari bawah lutut sampai hampir mencapai pergelangan kakiku yg dibalut perban.

“Kayaknya emang harus ketat, Lit. Dokter bilang, supaya bengkaknya lebih cepet kempes,” tukas Sendi sambil terus memijatku.
“Mmm, iya kali,” jawabku sekenanya sementara mataku terpejam menikmati pijatannya yg memang membuat kakiku lebih nyaman.

Tak lama Sendi memijat sampai kurasakan kenyamanan dalam tubuhku berangsur beralih menjadi perasaan berdesir yg aneh setiap kali tangan kekarnya menyentuh kakiku. Kubuka mata dan kutatap wajah Sendi yg tampak serius memijat kakiku. Sama sekali tdk tampan, bahkan cenderung keras, wajah Sendi sangat bertolak belakang dengan sikapnya yg demikian lembut memperlakukanku selama ini.

Tenaga dan penampilan keras serta sikap lembut, kombinasi yg tak kudapatkan dari suamiku, ditambah berbagai macam kecocokan di antara kami. Mungkin inilah yg mendorongku untuk menggeser posisiku mendekatinya, lalu mencium bibirnya. Sendi terkejut, namun tak berusaha menghindar. Dibiarkannya aku mencium bibirnya beberapa saat sebelum akhirnya ia merespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahku yg basah. Kami saling menghisap bibir beberapa saat sampai akhirnya Sendi yg lebih dulu melepas ciuman hangat kami. Cerita Sex Antara Kepuasan Dan Kesetiaan

“Lit..” katanya ragu.

Kami saling menatap beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberi jawaban dan keputusan yg sama dalam hati kami, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yg memulai, aku dan Sendi saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah.

Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Sendi mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria yg tampaknya sekasar dia bisa menyentuh selembut ini, aku tak peduli dan menikmati saja kelembutan yg memancing gairah ini.

Kembali Sendi yg melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yg menahanku pada posisi duduk tak kuasa melawan dan aku pun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku. Sendi mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yg serta merta kubalas dengan hisapan bernapsu pada lidahnya.

Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yg mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, meremas-remas mekiku yg masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun perkasa.

“Mmhhh… Sendiiiiii..” desahku di sela-sela ciuman panas kami.

Aku agak tdk rela saat tangan kekarnya meninggalkan selangkanganku, namun ia mulai menarik blousku hingga terlepas dari jepitan rokku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dada montok yg mengintip menggoda dari BH-ku tak disentuhnya, membuatku semakin penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku.

Permainannya yg lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku sangat penasaran dan terpancing menjadi semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yg saat itu sudah tegak mengacung. Aku sendiri tdk tinggal diam dan mulai melepas kancing bajunya, dan setelah bajunya kulepaskan untuk menyingkap dada bidang dan kekar di depan mataku, ia pun memutuskan untuk mengalihkan godaan lidahnya ke buah dadaku.

Dihisap dan dijilatnya buah dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Ia melempar BH-ku ke lantai sambil tdk buang waktu lagi mulai menjilati putingku yg memang sudah menginginkan ini dari tadi. “Ooohhh…” desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yg basah dan kasar menggesek putingku yg terasa sangat peka. Terus Sendi menjilati dan menghisap dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yg sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yg semakin lama semakin menggelora ini, sementara tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat.

Sendi melepas putingku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku. K0ntolnya yg besar dan berotot mengacung dengan bangga. Ia melepas rokku dan membungkukkan badannya menjilati pahaku. Kembali lidahnya yg basah dan kasar menghantarkan setruman birahi hebat yg merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi bila lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yg sesekali melibas pinggiran mekiku, semili lagi untuk menyentuh bibir mekiku. Yg bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi penasaranku yg menginginkan lebih. Cerita Mesum HOT

Akhirnya, dengan menyibakkan celana dalamku, Sendi mengalihkan jilatannya ke bibir mekiku yg telah begitu basah penuh lendir birahi.

“Gggaaahhh.. Sennnddiiii.. ohhh..” rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yg kurasakan saat lidah Sendi melalap mekiku dari bawah sampai ke atas, menyentuh klitorisku.

“Ohhh.. ohhh.. ngh.. ngh.. ngh.. ohhh..” Aku memajumundurkan pantatku seirama dengan jilatannya pada mekiku, sementara tanganku mengacak-acak dan menjambak-jambak rambutnya.

Lendir gairah mengalir dari mekiku, diterima oleh lidah dan mulut Sendi yg tak henti menjilat dan menghisap mekiku. Kenikmatan merebak perlahan, berpangkal dari mekiku ke seluruh tubuhku, membuat pandanganku gelap dan kepalaku terasa melayg.

Aku tahu aku hampir mencapai klimaks, padahal masih menginginkan lebih. Mungkin mengetahui itu juga, Sendi melepas lidahnya dari mekiku, dan melepas celana dalamku yg sudah basah kuyup tak karuan. Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar Sendi berlutut di depanku. Mekiku panas, basah dan berdenyut-denyut.

Sendi membuka kakiku hingga mengangkang semakin lebar, lalu menurunkan pantatnya dan menuntun k0ntolnya ke bibir mekiku. “Hngk!” kerongkonganku tercekat saat kepala k0ntol Sendi menembus mekiku. Walau telah basah berlendir, tak urung k0ntol Sendi yg demikian kekar berotot begitu seret memasuki liang mekiku yg belum pernah dilewati bayi ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.

Tanpa terburu-buru, Sendi kembali menjilati dan menghisap putingku yg masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah k0ntolnya bergerak perlahan dan lembut dalam mekiku.

Dia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di mekiku, melicinkan jalan masuk k0ntol berotot ini ke dalam liang kenikmatanku. Lidahnya yg kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yg lain, membuat kepalaku terasa semakin melayg didera kenikmatan gairah.

Akhirnya seluruh k0ntol Sendi tertelan oleh mekiku, memberiku kenikmatan hebat, seakan mekiku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Sendi mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, sementara aku pun mulai membalas dengan gerakan pantat yg maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, sementara napas kami semakin tersengal-sengal diselingi desah penuh kenikmatan.

“Hhhh.. hhh.. hhh.. Letttt.. ohhh ..nikmmattthh sahygghh..”
“Ohhh.. Sendiiii.. hhh.. hhhh.. hhh.. hhhh.. mmm..”

Terus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Sendi kembali menari di putingku yg memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku sendiri hanya bisa menikmati semua itu sambil meremas-remas rambutnya.

Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat yg sempat terhenti kembali merebak perlahan berpusat dari meki dan putingku, ke seluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu perlahan sehingga terasa seakan berjam-jam, walau sebenarnya hanya sekitar 20 menit. K0ntol Sendi semakin cepat dan kasar menggenjot mekiku dan menggesek-gesek dinding mekiku yg mencengkeram erat. Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu.

Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yg intensitasnya perlahan terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku terpaksa bergelinjang tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku.

“Ngghhh.. nghhh.. nghhhhhh.. Senndddiiiii.. Akkkk!!” pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku dan ledakan kenikmatan klimaks dalam tubuhku, membuat Sendi semakin mengendalikan gerakannya yg tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan dan kembali lembut.

Ledakan kenikmatan orgasmeku yg terasa seperti berpuluh-puluh menit itu menyemburkan lendir orgasme dalam mekiku, sementara Sendi dengan menggoda terus menggerakkan k0ntolnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili k0ntol Sendi menggesek dinding mekiku, suatu kenikmatan orgasme meledak dalam tubuhku.

Beberapa detik kenikmatan yg terasa seperti puluhan menit itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yg terkulai lemas dengan k0ntol Sendi masih di dalam mekiku yg berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Sendi mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan sangat disayangi. Ia sama sekali tdk menggerakkan k0ntolnya yg masih besar dan keras di dalam mekiku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yg terengah-engah.

Setelah aku kembali “sadar” dari ledakan kenikmatan klimaks yg memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciuman Sendi, memancing Sendi untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Gairah Sendi yg sempat tertahan tampak semakin terpancing dan ia mulai kembali menggerak-gerakkan pantatnya perlahan-lahan, menggesekkan k0ntolnya pada dinding mekiku.

Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan berani melayani gairahnya yg memang tampak sudah mendekati puncak. Genjotan k0ntolnya pada mekiku semakin cepat, kasar dan liar. Walau sudah tak menikmati rangsangan lagi, hanya menikmati kebersamaan, aku tak merasa disakiti oleh genjotan k0ntol Sendi yg semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir kental panas muncrat bertubi-tubi di dalam mekiku.

“Hngk.. ngggghhh.. Letttt..” Sendi melenguh menyertai ejakulasi puncaknya yg kubuat semakin nikmat dengan menekan pantatku maju, menancapkan k0ntolnya sedalam-dalamnya di dalam mekiku, sambil kupeluk tubuhnya erat.

Setelah mengejang beberapa detik, tubuh Sendi melemas dan ambruk menindih tubuhku.

Berat memang, namun Sendi menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Dua tubuh telanjang bermandikan keringat terbaring berdampingan di ranjang, tersungging senyum penuh kepuasan pada bibir kami berdua. Sendi memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas.

Sekembali Sendi ke kantor, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu kenyataan yg tadi sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan nista dan telah mengkhianati suamiku. Aku mulai merasa berdosa, sementara di lain pihak, aku sangat menikmatinya dan sangat ingin melakukannya lagi.

Hati dan akal sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yg berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatku limbung dalam hidup. Akhirnya kuputuskan untuk menjauhi Sendi dan kuminta dia untuk menjauhiku. Kulimpahkan tugasku pada seorang bawahanku, sehingga aku tak perlu terlalu sering bertemu dengan Sendi lagi.

Setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti ini, Sendi berhenti bertugas di kantorku. Entah itu keinginannya sendiri atau memang ia dialihtugaskan, aku tdk tahu. Namun hingga kini, pergumulan batin dalam diriku masih terus berlangsung.

Aku masih merindukan dan menginginkan sentuhan tangan kekar Sendi, sementara di lain pihak aku tetap mencintai dan ingin setia pada suamiku yg begitu baik hati, namun tak bisa memberikan yg telah diberikan Sendi padaku.
Share: