388cash388cash

Cerita Sex: Dipaksa Tapi Nikmat Sekali


Aq pulang kampung dari maapabilanku di kota, hampir 8 bln aq menganggur di kampung, serta aq hanya bisa menolong ibuku masak serta berangkat keladang, aq juga disuruh untuk segera menikah, tapi laki-laki yg ada dikampungku nggak begitu luar biasa hati, kalau terpaksa menikah dengan laki-laki yg ada dikampungku, sama saja tidak jauh beda dengan ibuku hidupku.

Maka aq segera mencari lowongan kerja di koran. Tetapi dengan ijazahku yg hanya SMP lowongan yg susai hanya PRT. Seusai pamit serta berbekal aspirasi yg menggebu-gebu aq pun menuju ke alamat salah satu pemasang iklan yg tinggalnya di kota terdekat dengan desaku.

Rumah itu besar serta mewah. Kutekan bel di pintu gerbang serta keluarlah seorang perempuan 40 tahunan. Yg membikinku terkejut, nyatanya ia berwajah semacam bintang film india yg tidak jarang kulihat di TV. Ada tanda titik di dahinya.
“Apakah benar di sini mencari pesuruh rumah tangga, bu?” tanyaku.
“Iya benar, dik”
“Saya mau menikahi, bu” sambungku. Ia menamatiku sebentar.
“Mari masuk dulu, dik” ajaknya. -cerita sex pembanmtu-
“Nama kalian siapa? Serta kalian dari mana, dik?” tanyanya.

Aq pun membahas diriku apa adanya, kecuali pasti saja pengalamanku 3 thn menjadi PRT pak N.
“Baiklah, kalian saya terima bekerja di sini, Nis. Dengan gaji 450 ribu sebulan, tapi kalian wajib menjalani percobaan selagi 1 bln. Kalau tdk ada persoalan bakal saya pakai terus. Bagaimana>” katanya.

Aq pun langsung mengangguk, soalnya gaji 450 ribu buat seorang pesuruh sangat tinggi menurutku.
Dulu pak N pun aq hanya di gaji 300 ribu, pasti saja di luar ‘trik (baik berupa uang maupun barang)’ yg kuterima sebab pelayan sex ku.

Kamarku di tahap belakang. Seusai istirahat sejenak, akupun mulai menolong pekerjaan bunda tadi yg namanya nyatanya Hesti, seorang keturunan India. Menurutnya ia tinggal di situ bersama suami serta 2 anak laki-lakinya yg buka toko konveksi.

Seminggu bekerja di situ, aku mulai mengetahui anak buah keluarganya. Suami Bu Hesti bernama Pak Ranu, serta dua anaknya laki-laki Zaki serta Arga. Kalau menonton mereka sekilas aku jadi ingat bintang film Syahrukh Khan.

Ganteng dengan tubuh tinggi tegap atletis dengan bulu-bulu di dadanya. Orang India terbukti populer cantik serta ganteng. Akupun terus suka pada keluarga itu sebab mereka nyatanya ramah. Bahkan tidak jarang aku diajaknya makan malam bersama semeja.

“Minumlah ini madu India, agar kalian gak gampang cape,” ajak Bu Hesti pada sebuahacara makan malam bersama sambil memberiku segelas minuman berwarna kuning emas. Aku ragu-ragu menerimanya. Sementara anak buah keluarga lain telah mengambil segelas masing-masing.

“Ini terbukti minuman simpanan kami, Nis. Tdk boleh terlalu tidak jarang diminum, malah tdk baik. Dua minggu sekali cukuplah soalnya pengaruhnya luar biasa.. ha.. ha.. ha..!” Sahut Pak Ranu disambut tawa Zaki serta Arga.

“Kamu bakal rasakan khasiatnya kelak malam, Nis,” sambung Zaki tanpa kuketahui maksudnya. Lagi-lagi disambut tawa mereka sambil masing-masing mulai minum, kecuali Bu Hesti. Akupun pelan-pelan mencicipnya.

Ada rasa manis serta masamnya. Terbukti semacam madu, tapi seusai minum berbagai teguk aku juga merasakan badanku hangat malah agak panas. Semua menghabiskan minumannya, maka akupun juga berbuat demikian. Baru seusai itu kami makan malam.

“Tidurlah kalau kau cape, Nis,” perintah Bu Hesti seusai kami berakhir cuci piring jam 8 malam. Tdk biasanya aku tidur sepagi itu, tapi entah kenapa aku merasa mataku berat serta perutku panas. Aku masuk kamar serta rebahkan diri.

Tapi rasa panas di perutku nyatanya malah menjadi-jadi serta menjalar ke seluruh tubuhku. Aku tidak tahan untuk tdk meremas toketku mengurangi rasa panas itu. Kemudian juga meremas-remas seluruh tubuh hingga seputar bawah pusar serta pahaku. Ingatanku segera melayang pada remasan-remasan Pak N.

Telah lumayan lama aku tidak bersetubuh dengan laki-laki itu, apakah kini ini tubuhku sedang menuntut? Gawat, pikirku, kalau benar itu terjadi. Selagi ini aku hanya meperbuat hubungan seks aman dengan Pak N. Belum sempat dengan pria lain. Belum habis pikiranku berkecamuk mendadak pintu kamarku terbuka serta masuklah Pak Ranu. Buru-buru aku menghentikan kegiatan tanganku.
“Kamu kelihatan sakit, Nis?” tanyanya sambil duduk di tepi ranjangku.
“Eng.. eng.. tdk, pak,” sahutku pelan. Tapi Pak Ranu segera tempelkan telapak tangan di dahiku.

“Benar, Nis, tubuhmu panas sekali. Kalian wajib segera diobati. Cepat telungkup, biar kupijat sebentar untuk menurunkan panasmu.
Jelek-jelek begini aku pintar mijat lo..” perintahnya. Serta, mungkin sebab aku merasa perlakuannya semacam ortu pada anaknya maka aku menurut. Aku tengkurap serta sebentar kemudian kurasakan pantatku dinaikinya serta punggungku mulai dipijat-pijatnya.

Tdk sebatas punggung, tapi tangannya juga ke arah pundak, leher, pinggang malah bergeser-geser ke kiri-kanan hingga kadang menyenggol segi luar toketku. Aku diam saja, tetapi seusai aku merasa pantatku juga ditekan-tekan oleh pantatnya, mulailah aku tidak tenang.

Pengalaman seksku dengan Pak N membikinku bisa merasakan manakala pria sedang naik nafsu syahwatnya. Demikian pula Pak Ranu saat itu. Pijatannya tambah berani. Dirinya mulai meremasi tetekku serta pantatnya menekanku keras-keras. Aku bentrok tetapi tidak berdaya.

“Pak! Jangan, pak!” seruku sambil berupaya menyingkirkan tubuhnya. Tapi mana sanggup aku melawan tubuh besar kekar itu. Tidak hanya itu entah kenapa aku malah mulai ikut terangsang. Di antara perperbuat Pak Ranu sekilas-sekilas aku juga ingat perperbuat seks Pak N padaku. Uugghh.. aakk.. aakkuu.. malah jadi terangsang.

Aku tidak bentrok lagi ketika dasterku ditariknya ke atas hingga tinggal beha serta celana dalamku. Aku ditelentangkannya dengan posisi dirinya tetap mengangkangiku. Dibukanya t-shirt yg digunakannya juga piyama tidurnya.

Dan.. gila aku menonton tonjolan besar di balik celana dalam nya serta sejurus kemudian nampaklah si tongkat penggadanya yg panjang besar kurang lebih 20 cm dengan diameter 4 cm! Behaku direnggutnya kasar demikian pula celana dalamku. Tubuhku tidak meperbuat perlawanan apapun ketika ia menggumuliku habis-habisan.

Dan.. bless langsung aku disodok serta digenjotnya. Aku ingat pengalamanku dengan Pak N. Ingat bagaimana dirinya memerawaniku. Persis sama perlakuannya dengan Pak Ranu. Aku tidak habis pikir sewaktu pahaku malah menjepit paha Pak Ranu serta.. menyambut gejokannya dengan putaran pinggulku. Syahwatku ikut terbakar!

Entah berapa lama Pak Ranu terus menggenjotku keluar masuk naik turun sambil mulutnya mengenyut-ngenyut tetekku. Aku hanya bisa menggeleng-geleng kenikmatan serta kelojotan merasai badai hempasannya hingga aku tidak tahan lagi untuk menahan orgasme. Aku merinding lalu.. Cruut.. suur.. suur.. tubuhku berkejat-kejat menumpahkan mani.

Pak Ranu menggasakku lebih keras, tidak peduli cairanku memperlicin jalannya. Mungkin hampir tidak terasa sebab besar serta panjangnya tetap sanggup memenuhi liang V-ku. Sleebb slebb jlebb jleebb.. bunyi tusukan-tusukannya.

Mungkin kurang lebih 30 menit telah berlalu ketika aku orgasme yg kedua kali.. seerr.. seerr.. serr.. klenyer.. kembali aku terkejat-kejat hingga belasan kali. Sejurus kemudian hentakan Pak Ranu sedemikian keras menekanku. Dalam-dalam gadanya dibenamkan di V-ku lalu pantatnya berkejut-kejut hingga belasan detik. Lalu diam terbenam. Dirinya ejakulasi. Nafas kami tersengal-sengal.
“Kamu hebat, Nis,” bisiknya sambil mencium bibirku,
“Nanti lagi, ya,” katanya tidak kumengerti.

Ia bangkit, mengenakan pakaiannya lalu keluar membiarkanku telentang telanjang di ranjang. Belum habis capeku digenjot Pak Ranu, masuklah Zaki ke kamarku.
“Permainanmu luar biasa banget, Nis. Aku juga mau dong..” katanya sambil mulai melepasi pakaiannya hingga bugil. Aku segera menutup tubuhku dengan selimut, tapi tidak berkegunaaan sebab sesaat kemudian ia telah luar biasa selimutku juga tubuhku ke pelukannya.
“Jangan, Mas Zaki,” protesku tidak berdaya.
“Tak apa, Nis. Papa bilang kalian telah tidak perawan lagi kan? He he he..”

“Jangan, mas..” tapi suaraku hilang ditelan bibirnya yg melumat ganas bibirku. Tangannya liar merayapiku sambil mendorongku kembali terjelepak di ranjang. Ciumannya menjalar menjulur dari bibir terus turun.

Ke tetekku, putingku, perut, pusar, pubis hingga akhirnya hingga di V-ku. Menelusup lincah memasuki gua garbaku. Mengobok-obok dalamnya. Aku kembali teringat permainan Pak N. Tetapi yg ini lebih gila lagi.

Syahwatku jadi menggelegak mengikuti irama lidah Zaki. Dirinya memutar tubuh hingga kami 69, mengangsurkan zakarnya ke mulutku. Gila! Lebih panjang serta besar dibanding bapaknya. Tanganku tidak sanggup menggenggamnya serta mulutku tidak sanggup menampung seluruhnya. Paling hanya separuh yg masuk.

Maka perlombaan menjilat serta menghisap pun dimulai. Kami saling memuasi. Rasanya hingga berjam-jam waktu aku merasa wajib menumpahkan maniku serta dijilatinya hingga tandas tuntas. Sementara milik Zaki tetap tegar tegang walau licin oleh ludahku.
Kemudian ia memutar tubuhnya lagi serta menusukkan pentungannya ke memekku yg telah agak kering. Preett..

“Iiih sakit, mas..,” desisku menggigit bibir serta memeluk punggungnya sebab terasa batang penisnya masuk begitu dalam hingga aku kesakitan.
“Sabar, Nis. Sebentar lagi juga nikmat,” bisiknya.
Kupeluk punggungnya erat-erat ketika tubuhku terangkat sebab sodokannya. Shlleeb shleeb shleebb.. batang penis besar itu menumbukku bagai alu menumbuk lesung.

Keluar masuk, naik turun, hingga cairan nikmatku mengalir lagi jadi rasa sakit pun bertidak lebih. Serta kenikmatanku bertambah manakala bulu dadanya menggesek-gesek putingku. Pahaku terus menganga lebar. Mataku terpejam-pejam menikmati remasan serta belaian tangan kekarnya di sekujur tubuh.

“Akh.. akhu mau keluar, Nis..” Lalu jreet.. jreet.. jroot.. jrot.. jrut.. pantatnya menyentak-nyentak. Tubuhnya kaku menegang ketika spermanya menyemprot rahimku hingga basah kuyup. Semprotannya kuat sekali.
“Akk.. aku bisa hamil, mas,” desisku puas sebab aku juga orgasme lagi.

“Jangan kuatir, Nis, kami punya obat pencegah hamil,” jawabnya sambil menggulirkan tubuhnya ke sisi. Serta.. belum Zaki turun dari ranjang, si Arga telah ganti menaikiku. Tubuhnya sama atletis dengan Zaki. Tapi gayanya lebih liar.

Begitu Zaki keluar kamar, akupun diangkatnya agar menduduki batang penisnya lalu disuruh menungganginya kencang-kencang. Tangannya ikut memegangi pinggangku serta melontarkanku naik turun. Zakarnya juga menyodok ke atas setiap pantatku turun.

Gila! Tubuhku semacam mainan. Tangannya berpindah ke tetekku serta meremasinya hingga aku mendesis-desis, antara sakit serta nikmat. Hancur rasanya memekku digempur bapak serta dua anaknya yg batang penisnya berkapasitas luar biasa. Serta.. aku kembali orgasme justru saat tubuhku dilontar ke atas, jadi punggungku agak meliuk ke bawah merasakan tersalurnya syahwatku untuk kesekian kali.

“Telah, mas, cukup..” pintaku sebab kelelahan. Tetapi Arga tidak menggubris.
“Aku belum cukup, Nis. Kau wajib bisa mengeluarkan spermaku baru aku puas..” Serta lemparannya tetap terus berjalan hingga setengah jam lagi.

Sampai akhirnya dirinya berhenti lalu tangannya menekan pinggangku lekat-lekat ke zakarnya, kemudian terasa pantatnya melonjak-lonjak menyemburkan cairan hangat. Lagi-lagi rahimku disemprot sperma hasil ejakulasi. Tidak terasa sperma bapak serta dua anaknya memenuhi celah memekku.

Pintu kamarku terbuka serta masuklah Pak Ranu serta Zaki sambil mengangkat segelas minuman. Keduanya telanjang.
“Minumlah ini, Nis, biar kalian nggak hamil,” Pak Ranu menyerahkan gelasnya padaku. Akupun meminumnya tanpa pikir panjang, sebab aku sangatlah takut hamil serta haus sekali seusai melayani tiga maapabilan ini berjam-jam.

Rasanya semacam minuman kuning yg tadi kuminum. Badanku jadi hangat lagi serta.. gairahku bangkit lagi. Aku jadi sadar pasti minuman ini dibubuhi obat perangsang. Tapi kesadaranku segera hilang ketika merasa tubuhku ditunggingkan oleh Zaki. Kemudian..
Ya, malam itu dengan cara brutal ketiga orang itu mengerjaiku semalam suntuk tanpa istirahat sejenakpun. Mereka bergantian menyemprotkan sperma di rahimku, di perut, wajah, mulut hingga telinga serta rambutku juga. Aku mandi sperma.

Dan entah berapa kali akupun mengalami orgasme yg rutin mereka telan bergantian. Tidak jarang ketiga celahku mereka masuki bersama-sama. Celah mulut, memek serta anusku. Tubuhku jadi ajang pesta mereka hampir 10 jam lamanya, toh selagi itu aku tidak merasa capai. Mungkin gara-gara minuman berkhasiat itu?
Pagi hari Bu Hesti datang serta menyeka tubuhku yg lemas lunglai tidak sanggup bangun.

“Maaf, Nis. Aku telah tidak sanggup melayani suamiku yg hiperseks jadi aku mencari orang pengganti,” ceritanya.
Mataku tetap terkantuk-kantuk sebab pengaruh obat perangsang. “Moga-moga kalian betah disini, serta kami bakal membayar berapapun yg kalian minta..” lanjutnya.
“Aa.. apa telah sempat ada pesuruh yg dibeginikan, bu?” tanyaku lirih.

“Telah, Nis. Tapi tidak sedikit hanya bersi kukuh dua hari.. lalu minta pulang. Aku harap kalian kuat, Y Nis. Aku bakal sediakan obat-obatan untukmu.. Ini minumlah obat untuk menguatkan serta membersihkan rahimmu,” dirinya mengangsurkan sebotol obat yg namanya tidak kumengerti sebab berbahasa asing.

“Kali ini kalian boleh istirahat seharian,” lalu dirinya keluar kamar.
Aku pun tertidur lelap. Baru siang hari bangun untuk mandi serta makan. Bu Hesti melayaniku semacam anaknya sendiri.

Kami tidak tidak sedikit berbicara. Berakhir makan aku kembali ke kamar. Membersihkan ranjang, mengganti sepreinya yg penuh bercak sperma serta mani. Lalu aku tidur lagi. Hingga jam makan malam tiba serta aku diundang untuk makan bersama lagi, serta minum cairan kuning emas itu lagi. Serta..

“Nis, kalian telah kuat untuk melayani kami lagi kelak malam kan?” Tanya Pak Ranu sambil senyum kepadaku. Aku bimbang serta memilih diam.
“Kamu jangan kuatir hamil, Nis. Obat kami sangat mujarab,” lanjut Zaki.
“Pokoknya selagi di sini, kami mencari kenikmatan bersama Nis,” sambung Arga sambil menyeringai nakal.

Jadilah, akhirnya hampir setiap malam hingga pagi aku melayani ketiga ayah beranak yg gila seks itu. Untung staminaku, dibantu obat-obatan pemberian Bu Hesti, lumayan kuat untuk menanggung kenikmatan demi kenikmatan itu.

Hingga dua bulan lamanya aku “dikontrak” mereka, hingga akhirnya mereka mulai bosan serta ingin mencari wanita lain. Aku diberi tidak sedikit uang ketika meninggalkan rumah mereka. Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot.

Share: