388cash388cash

Cerita Dewasa: Malioboro Hot


jam 17.00, matahari sdh mulai bersiap pulang ke peraduannya. Dan aku, masih berdiri di tepi jalan raya Magelang – Jogya menunggu bus patas yg lewat. Meski aku agak pesimis akan mendapatkan apa yg aku harap. Sdh hampir 1 jam aku berdiri di depan mall Arthos, menunggu bus patas lewat, namun nihil. Sdh seminggu aku menginap di hotel mewah ini, ada beberapa tender yg harus aku menangkan utk perusahaanku. Dan di penghujung minggu ini, aku berniat liburan ke Jogya, sekedar jalan jalan menikmati suasana malioboro dan sekitarnya.

Aku Putri, 27tahun, staff accounting di sebuah perusahaan kontraktor di Semarang. Tubuhku chubby, dgn tinggi 165cm dan bb 75kg, kulit sawo matang. Yg membuatku paling pede adalah payudaraku yg membusung, 38b, seringkali menjadi jarahan mata nakal para eksekutifku atau klien. Jujur sih, aku senang saat mata mereka mengerling nakal melihat ke dadaku, kubayangkan apa yg mereka bayangkan pada tubuhku. Hmmmhhh….. Membayangkannya saja membuatku libidoku naik. Hampir saja beberapa kali aku kehilangan normaku dan menerima ajakan indehoy mereka. Namun aku masih berusaha menjaga profesionalitasku dalam pekerjaan.

Hari ini pun aku menolak ajakan mereka utk pulang ke Semarang bersama mobil mereka. Hanya berduaan dalam mobil? Apa yg bisa terjadi? Ngeri aku bayanginnya kalau akhirnya aku dibelokkan ke hotel oleh salah satu rekan atau bosku itu. Bukan… bukan karena aku gak doyan k0ntol, tp resiko yg harus aku tanggung jika berita aku “bisa dipake” menyebar ke seluruh jaringan sosial media, habislah mukaku menanggung malu.

Dan… akhirnya, terdamparlah aku disini. Di tepi jalan yg penuh debu, menunggu bus yg tak kunjung tiba. Bosan menunggu, aku berjalan ke arah minimarket, niat hati ingin membeli minuman sekedar pendingin tenggorokan. Kering kali rasanya aku tak minum satu jam an ini. Kutarik koper berodaku ke arah minimarket, tak jauh dari tempatku menunggu bus. Kira2 15 meter sebelum sampai minimarket, perhatianku tertuju pada seorang lelaki dgn bodi proporsional, tinggi 170an cm, bb sekitar 65kg, kulit pucat dan memakai jaket kulit. Dia sedang memakai sarung tangan di samping sepeda motor vixion merahnya. Kuperhatikan ada dua helm yg bersandar di motornya. Entah helm siapa.

Tak kupedulikan yg lain, aku iseng menghampirinya.
“Maaf mas, hendak menuju kemana? apakah sendirian?” tanyaku to the poin. Jujur aku paling susah basa basi.
“Ke Jogya mbak. Saya sendirian. Ada apa ya?” jawabnya seraya bertanya padaku. Tdk dihentikan kegiatannya merapikan sarung tangannya.
“Saya kemalaman mas, boleh nebeng sampai Jogya gak mas? Dari tadi gak ada bus patas lewat..” ucapku dgn jujur.
Mata lelaki itu membelalak sedikit, seolah tak percaya.
“saya naik motor lo mbak.. gakpapa? Jogya dari sini masih sekitar satu jam an lagi. Mbak yakin?” tanyanya memastikan keinginanku utk berboncengan denganya.
aku mengangguk keras, menandakan keyakinanku utk membonceng.

“saya mau jalan jalan ke malioboro mas, tadinya mau naik patas, tp ternyata gak datang2. Gak mau saya naik bus ekonomi, trauma saya mas. Pernah kecopetan” jawabku menyakinkannya.
“Ya sdh…. mbak bisa pakai helm adik saya, kebetulan saya baru saja menjenguk adik saya di ponpes, saya kira adik saya mau ikut pulang sama saya ke Jogya, ternyata tdk boleh pulang sana ustadzahnya” katanya sambil menyodorkan helm putih pink kepadaku.
Aku tersenyum menyadari bahwa dia bersedia memboncengku sampai jogya. Dan akhirnya aku terbebas dari rasa menunggu bus patas yg entah kapan datangnya. Selepas dia memakai masker dan helm, dia menaruh koperku di depannya, dan menungguku selesai memakai helmku. Tiba tiba dia menjulurkan tangan kanannya, mengajakku bersalaman.
“Bima” katanya seraya menjabat tanganku.
Dia menggenggam tanganku erat, terlihat kokoh dgn pergelangan tangan yg kuat. Aku menjadi penasaran apakah otot k0ntolnya sekuat otot tangannya?
Otakmu mulai mesum…
“Putri” jawabku sambil tersenyum sembari mencoba menggodanya.
Kuamati badannya sangat atletis, minimal cowok ini rajin berolahraga. Otot dadanya terbentuk sempurna. Wajah orientalnya telah menawan hatiku sejak pertama kali aku menatapnya.
Aku beranjak duduk di belakangnya. Aku memakai celana bahan dgn setelah kemeja lengan panjang berwarna ungu muda yg sangat pas membalut tubuhku. Untungnya aku memakai tas kerja yg bisa dijadikan tas punggung, sehingga aku bisa dgn leluasa memeluk tubuhnya. Eh, duduk memboncengnya.
Sengaja aku rapatkan posisi tubuhku dgn tubuhnya. Kusandarkan payudaraku ke punggungnya, kedua pahaku menempel sempurna di kedua paha belakangnya. Kupegang kedua sisi pinggangnya. Sedikit berlemak, tp hal itu membuatku menjadi horny.
Bima mulai memacu vixionnya ke jalanan. Aku menikmati perjalanan kami dgn semakin mendekatkan badanku ke badannya. Kudekatkan mekiku ke pantatnya, meski sebenarnya aku berharap itu bagian depannya. Ada jagoannya yg membuatku penasaran.
“Mau dianter ke mana Put?” tanyanya tanpa embel embel mbak lagi.
“Ke Ibis Malioboro saja mas. Saya dah booking kamar disana” ucapku.
Karena laju kendaraan yg kencang, kami harus mendekatkan bibir dan telinga kami agar jelas terdengar. Dan hal itu membuat payudaraku semakin ‘menekan’ di punggungnya. Duh gemesnya, pengen banget kucium itu pipi, jarak bibirku dgn pipinya kadang hanya 5cm saja saat kami bicara. Duhh… bisa gak tahan kalao kayak gini caranya.
“Gak ada saudara atau teman di Jogya?” tanyanya lagi dan membuat mekiku semakin menegang karena tekanan punggungnya di payudaraku, nafasku semakin memburu.
Entah dia menyadarinya atau tdk.
“Ada sih. Tp aku belum sempat menghubungi mereka. besok saja kalau sdh fix mau main” ucapku
Perjalanan selanjutnya kami lebih banyak diam, aku mengeratkan pegangan tanganku diperutnya yg rata, menikmati payudaraku yg menempel di punggungnya dan mekiku yg makin menegang. Terkadang aku usil mengelus perutnya, atau menyandarkan pipiku di punggungnya. Jaket kulitnya menjadi penghalang hangatnya tubuh kami berdua.
Dari dekapanku, aku merasakan hal yg sama terjadi padanya. Nafasnya mulai naik turun memburu.. aku hampir tak bisa menahan tanganku utk mengelus k0ntolnya. Memastikan apakah k0ntolnya berdiri atau tdk.
Aku masih menahan diri utk tdk mengelus k0ntolnya. Meski mekiku sdh tegang terasa. Apa yg ada dalam pikirannya kalau aku langsung meremas k0ntolnya di jalanan seperti ini? Kutahan tahankan tanganku agar tak berbuat yg aneh aneh.
Meski sejujurnya aku sdh gak tahan pengen ngeremes.
Perjalanan satu jam menjadi tak terasa saat tubuh kami saling memburu.
Sebentar lagi kami sampai di Ibis hotel. Langit senja sdh semakin merah, sekelompok awan gelap mulai mengikuti kami. Sepanjang perjalanan memasuki kota aku hanya memohon semoga hujan berbaik hati menunggu sampai aku sampai di tujuan baru turun menyapa bumi.
Doaku ternyata hanya sampai pada stasiun Tugu, karena selepas itu, hujan mulai pelan2 menyapa kami. Rintik rintik hujan satu demi satu hinggap di kemeja ungu mudaku. Dingin mulai merayap ke ragaku. Aku semakin erat memeluk tubuh kekar di depanku, sementara dirinya fokus mempercepat laju motor agar kami segera sampai di Ibis. Sebentar lagi… ya.. sebentar lagi kami sampai. Gedungnya sdh terlihat di ujung mataku.
Yup.. Tepat sebelum hujan turun dgn lebatnya, kami sampai di depan lobby hotel. Aku bernafas lega, sembari turun dari motor, kemudian melepaskan helm.
“Untung dah sampai ya mas. Terimakasih banyak… ” ucapku pada Bima.
“Maaf lo Put, bikin kamu kebasahan kek gini..” balasnya sembari memandang keseluruhan tubuhku dan sebagian basah oleh air hujan.
“Ihh apaan sih mas. Aku yg beruntung bisa dianterin ma kamu. Kalau gak, aku belum tentu nyampe di Ibis sekarang. Eh, bentar aku check in dulu. Tunggu dulu ya… ” kataku sambil berjalan memasuki lobby.
Setelah mengkorfimasi pemesanan dan lainnya, aku kembali keluar lobby, menemui Mas Bima yg tadi kuminta menungguku di Lobby Hotel. Namun begitu aku sampai di luar, yg kutemui hanya koper unguku, tanpa mas Bima. Pias rasanya dadaku kehilangan sosok yg aku kira mau menghangatkanku malam ini.
Aku tertunduk lesu, dgn enggan aku menarik ujung koperku masuk ke lobby hotel dan berniat naik ke kamarku. Malam ini sendirian deh, raungku. Ternyata tadi aku hanya ke ge eran saja merasa mas Bima bernafas memburu karenaku. Aku sedih, lesu karenanya. Tubuhku langsung terasa menggigil, aku harus segera mandi dan mengganti pakaianku.
Hingga sampai depan lift, aku masih lesu kehilangan mas Bima.
“Put.. ” suara cowok membangunkan lamunanku, aku menoleh ke asal suara.
“Mas Bima ! mas kemana saja? Aku pikir mas pergi tanpa pamit tauk!” pekikku, gembira melihat sosoknya.
Dia hanya tersipu melihat aku begitu gembira melihatnya. Dia berjalan mendekatiku sambil tersenyum.
“Maaf, aku tadi kebelet pipis, satpam nyuruh aku parkir di basement sekalian pipis di bawah. Lalu aku naik ke lobby mencarimu” katanya.
“Hehehe… kebelet pipis ceritanya? ” godaku sembari mengerling. Mas Bima tersipu.
“Ya udah, baju kamu kan basah, buruan naik terus mandi. Lalu istirahat. Aku pamit ya, kamu jaga diri baik baik.. ” ucapnya serasa hendak berpamitan padaku.
“eh, diluar Hujan masih deres banget loh. Pakai mantol jg bakal basah kali mas. Tunggu reda dulu kalau mau pulang” ucapku berusaha menahannya
“Iya jg sih” ucapnya sembari berfikir menimbang nimbang.
“Tungguin di kamarku aja, lumayan hangat. Sepertinya hujannya masih lama loh mas… ” ajakku sembari masuk ke lift. Mas Bima masih ragu utk masuk ke lift.
“Ayo mas… masuk… ” ucapku setengah menyuruh.
“Memangnya di kamar ada penghangatnya?” tanya mas Bima sambil masuk ke lift.
Kutekan tombol 7 dan pintu lift mulai menutup.
“Adalah mas.. penghangatnya bisa kentut pulak..” jawabku sembari menggodanya.
Aku ragu mas Bima gak ngeh sama kodeku. Kulihat mas Bima mengernyit selidik ke arahku.
“Bisa kentut? bau gak kentutnya?” tanyanya mulai mengerti arah pembicaraanku.
“Bau lah… bau banget. Ntar cobain sendiri yah” kataku sembari keluar dari lift.
Mas Bima mengikuti dari belakang sembari membawa koperku. Aku berjalan mendahuluinya mencari kamar nomor 717. Kamarnya ternyata berada di pojok lorong, aku segera mengibaskan kartuku di depan pintu dan lampunya berubah hijau, kemudian aku menekan gagang pintu dan membukanya.
“Silahkan masuk mas..” kataku mempersilahkannya masuk.
“Anggap kamar sendiri ya mas, aku dah gak tahan nih mas mau pipis”
“Hahaha, iya.. makasih Put” kata mas Bima geli karena kami sama sama menahan pipis tadi.
Sehabis pipis, sebenarnya aku berniat mandi karena tubuhku sebagian basah. Karena itu aku keluar dari kamar mandi utk mengambil peralatan mandiku.
“Mas, Aku mandi dulu yah, dah dingin banget nih.. ” ucapku pada Mas Bima yg sedah menaruh jaketnya di gantungan, badannya hanya berbalut t shirt polo abu abu yg membentuk badannya.
Sial, aku tergoda pada dada bidangnya. Aku melirik mencuri pandang pada badannya sembari mengambil peralatan mandiku.
“Iya Put, buruan mandi.. Nanti masuk angin loh kalau gak mandi” katanya sambil menatap ke seluruh pojok kamar. “Put… ”
“hmmm… ” kataku sambil pengambil pakaian dalamku buat ganti.
“Dimana penghangatnya yg bisa kentut? Kok aku cari cari gak ada?” tanya Bima sembari menghampiriku.
Aku… yg sedang konak karena dia. Tak kubuang kesempatan utk menggodanya.. Aku mendekatinya, kami hampir tak berjarak, kutatap matanya dgn mata yg kusayu-sayukan.
“Ini mas.. Penghangatnya ada di depan matamu.. Masa mas gak liat? ” ucapku sambil meletakkan semua peralatan mandiku dan pakaian dalam gantiku ke lantai.
Kubiarkan tatapanku hanyut dalam ritme nafasnya. Kudekatkan tubuhku, sehingga badanku menempel ke badannya, aku mendongak, masih menatap matanya. Kemudian aku tersenyum, namun Bima masih diam mematung.
Tangan kananku meraih lehernya, memintanya utk sedikit membungkuk.
“Ar…yaa… ” ucapku parau, lebih ke ajakan utk bilang ‘jamah aku mas..’. Bima sedikit menunduk, kuraih bibirnya dgn bibirku. Sebuah french kiss yg singkat. Namun aku yakin dgn taktikku. 1… 2… 3….
Kulepaskan tanganku dari lehernya, menjauhkan bibirku dari bibirnya. Dan aku mundur selangkah ke belakang. Tangan kanan Bima meraih tangan kiriku dan tangan kirinya meraih pinggangku, bibirnya mengunci bibirku dan menyergapku dgn buas. Yes! taktikku berhasil..
Bima melumat bibirku dan deep kiss.. Utk beberapa menit kami saling mengeksplorasi mulut masing-masing..
Taktik kedua, kulepaskan ciuman kami dan aku berbalik hendak meninggalkannya ke kamar mandi.
Bima memelukku dari belakang, kedua tangannya meremas payudara ku dari luar bajuku. Kurasakan desah nafas Bima di belakang tengkukku. Bima mulai meciumi tengkukku, kurasakan lidah Bima menari nari di belakang telingaku, membuat birahiku semakin naik dan menjadi jadi.
Tangan kanan Bima menyusup ke dalam bajuku, menjelajahi perutku, naik menuju ke payudaraku, tangannya menyusup ke dalam payudaraku, meremas dan memainkan putingku.
Tangan kirinya membuka rilsleting celanaku, diturunkannya celana sampai ke kaki ku, hingga tinggal cd ku saja. Tangannya menyusup ke dalam cd ku, kurasakan jarinya memainkan bulu memekku, turun menjelajahi memekku yg sdh mulai basah.
Aku kemudian menolehkan wajahku, bibirku menemukan bibir Bima, bibir kami saling berpagut, lidah kami saling berkait, bertarung dalam birahi asmara.
Dibalikkannya aku, dan sekarang aku bisa melihat Bima dgn jelas, dia melepaskan baju dan celananya, dan aku melepaskan baju, bra dan cdku.
bibir kami berpagut lagi, saling mencium dan menyedot. Lidah kami saling bertarung dan bertaut, saling bertukar air liur. Aku menghisap lidahnya, dan Bima menghisap dan menyedot bibir bawahku. Ciuman bibir dan lidah yg saling bertaut menari di dalam mulut kami.
Aku hanya bisa melenguh dan mendesah.
“arghhhh…”desahku.
“oooohhh…arhhhh” desah Bima hampir menyerupai lenguhan yg membuat birahiku tambah naik.
Sekilas kubuka mataku, melihat matanya yg terpejam menikmati ciuman kami dan kurasakan gelora birahi yg meledak ledak.
Tangan Bima meremas payudaraku, memainkan putingku, dipilinnya lebut dan digenggamnya dgn penuh payudaraku, sementara sebelah tangannya lagi membelai memekku.
Jarinya menggosok memekku, mencari klitorisku dan ditemukannya apa yg dicari oleh jarinya, kemudian dgn gerakan maju, mundur, berputar, digosok dan ditekannya klitorisku dgn jarinya.
“arkhhhhhh….”desahku penuh kenikmatan, jarinya sangat luar biasa memainkan klitoris ku dan kurasakan memekku sdh basah sekali.
Bima terus memainkan jarinya, dimasukkannya jari tengahnya ke dalam memekku yg sdh basah itu, perlahan kurasakan jarinya menyentuh bibir dalam memekku.
Kemudian kurasakan ada tekanan pada bagian atas dalam memekku, suatu pijatan nikmat, dgn sensasi depan belakang yg kurasakan.
Jarinya menggosok dan menekan maju dan mundur di dalam liang memekku.
sebelah tangan Bima pindah ke belakang, meremas bokongku, dan bibir kami masih bertautan dgn lidah kami yg masih saling berkait.
Kurasakan suatu sensasi kenikmatan ketika gerakan jari Bima menjadi kocokan dan jarinya memutar mutar di liang memekku.
Memekku serasa di goyang dgn suatu kenikmatan yg belum pernah kurasakan.
“arghhhhh….Bima….terus….”desahku.
“nikmaaaatttttt….teruuusssss….”erangku.
Kocokan itu membuatku serasa berada di dunia kenikmatan.
Bima kemudian menghentikan kocokannya dan ciumannya, dia kemudian membopongku ke atas ranjang.
Ditengkupkan kedua pahaku, Bima kemudian berjongkok di tepi ranjang, kemudian menciumi belahan dalam pahaku, menciumi dan menjilati pahaku. Aku merasa geli dan nikmat di saat bersamaan. Kemudian Bima menciumi bibir luar memekku, menjilati cairan kenikmatan yg keluar dari memekku.
Dijilatinya dan lidahnya kemudian menjilati bagian dalam liang memekku.
Sluuuurrrpppp…bunyi hisapan dan jilatan lidahnya.
Jarinya menyibakkan bibir luar memekku yg tembem, ditemukannya apa yg dicari.
Lidahnya menjilati klitorisku, menghisap dan menjilati klitorisku.
Aku serasa terbang di awang awang.
“Arghhhhh…. enakkk banget beb…” erangku sambil kujambak dan kutekan kepala Bima ke selangkanganku.
Bima terus menjilati dan menghisap klitorisku, jari jempol dan telunjuk kirinya menekan bibir memekku sambil lidahnya menjilati klitorisku.
Sementara jari tengah kanannya dimasukkan ke dalam liang sanggama ku, dikocok dan dikocok di dalam memekku.
“arghhhhh….”aku berteriak kenikmatan.
“teruuuuussssss….arghhhhhh….”erangku.
Aku benar benar dipermainkan oleh Bima, dia sangat hebat, lidah dan jarinya membuatku serasa di langit ke tujuh.
Bima kemudian bediri, dilepaskannya cd nya sehingga nampaklah k0ntolnya yg sdh tegang itu. K0ntol dgn ukuran panjang yg kutaksir 18cm dan sangat tegak itu menggodaku utk menghisapnya.
Aku kemudian bangkit, menggenggam k0ntol Bima, kuhisap dan kujilat kepala k0ntolnya. Lidahku kumainkan di sekitaran kepala k0ntolnya, jariku kemudian membelai dan meremas lembut buah zakarnya.
“Oooggghhhhh….”kudengar desah Bima. sekilas kulihat yg Bima mendesah kenikmatan. Matanya tertutup merasakan kenikmatan yg sedang kuberikan.
Kuhisap dan kukulum k0ntolnya, jari telunjuk dan jempolku bersatu melingkar mengurut batang k0ntolnya sambil kuhisap k0ntolnya. Kuhisap dan kusedot k0ntolnya, yg sdh basah oleh cairan pelumasnya.
“Arggggghhhhhhhh….” lagi kudengar erangan Bima, membuatku serasa berkuasa atas pria tampan ini setelah dia tadi membuatku serasa melayg di langit ke tujuh.
Tangan Bima membelai rambutku dan kemudian menekan kepalaku agar aku semakin cepat mengulum k0ntolnya.
“Ooooggghhhhhh….ayo sayang…Aaaggghhhhhhh…” erang Bima.
Sesaat kemudian aku menghentikan kulumanku, dan Bima melihatku dan mengerti apa yg kuinginkan.
Bima membaringkan aku ke ranjang, diangkatnya kaki kananku ke pundaknya, dan kaki kiriku melingkari pinggangnya. diarahkannya dan dimasukkannya k0ntolnya ke dalam memekku.
slreepp….bunyi kocokan k0ntol Bima di dalam memekku.
Bima memompa k0ntolnya dgn irama pelan, kemudian ritme itu bertambah cepat, bibir kami saling bertemu dan berpagut, lidah kami bertemu dan berkait. kocokan dan goyangan k0ntol Bima sangat memberiku kenikmatan.
Kurasakan diriku dipenuhi oleh Bima. Setiap hentakan dan kocokannya memberiku sensasi kenikmatan yg belum pernah kurasakan.
“arggghhhh….” erangku dgn keras.
Tangan kanan Bima meremas dgn kencang payudaraku, kurasakan kenikmatan demi kenikmatan dari hujaman k0ntolnya.
Bima terus memompa dgn kecepatan tinggi dan aku merasakan kenikmatan yg luar biasa.
Otot-otot panggulku serasa menegang, jepihan pahaku kencang, aku menjepit pinggang nya dan kurasakan seluruh badanku semakin tegang dan mau meledak….
Badanku seperti tersedot ke atas, menegang dan menekan, memekku kurasakan menjepit k0ntol Bima dan setiap gesekan k0ntolnya memberi kenikmatan luar biasa.
“arhhhhhh….Biimmaaaaa….”aku setengah berteriak kenikmatan.
“arhhhhh….”erang Bima.
Bima melepaskan spermanya, menyiramkan spermanya di dalam memekku, kurasakan cairan hangat mengalir dalam memekku dan kurasakan kenikmatan luar biasa, orgasmeku setelah utk beberapa lama aku tdk bercinta dgn siapapun.
Aku kemudian melepaskan jepitan kakiku, ketegangan seluruh badanku berubah menjadi lemas, aku dan Bima sama sama kemudian berbaring berdampingan. Melepaskan desah2 ngos2an karena terkuras lemas…
Bima memelukku sambil menciumi bibirku.Kupeluk dia sembari menciumi bau khas badan lelaki… Damn it! bikin konak lagi. Kulepaskan ciuman kami, kujikati daun telinganya sembari berbisik
” makasih sayang…. ”
Aku terbangun pukul 9pm, diatas dada Bima. Dia masih terlelap dgn pulasnya, diiringi dengkuran khas seorang pria. Kami sama sama tertidur setelah orgasme bareng. Hihihihi…. Geli bayanginnya aku dapat boncengan dan k0ntol di penghujung minggu ini.
Tanpa sehelai benang pun di tubuh kami, hanya berpelukan, sdh cukup hangat rasanya. Aku beranjak bangun, kemudian menuju kamar mandi, masih dgn keadaan tanpa baju. Kuhidupkan air hangat utk mengisi bathub dan aku duduk di toilet, mengeluarkan air kencing dan sisa2 air mani serta lendir yg telah mengering.
Kubersihkan semua yg menempel di selangkanganku dan sekitar memek. Kusemprot dgn air selang yg deras. Duh, baru terasa kotor sekali, seharian belum mandi, nempel debu, belum bersihkan make up, udah main keringat aja. Pantas sekarang berasa tebel banget daki nya.
Sembari menunggu air di bathup penuh, aku memakai handuk dan menuju telepon kamar, memencet nomor restaurant dan memesan dua piring nasi goreng seafood kesukaanku. Sdh lewat jam makan, tp perut ini belum diisi. Sapa tahu Bima terbangun karena lapar nanti.
Aku kembali ke kamar mandi, setelah kulirik Bima masih asyik mendengkur. Kuambil tas peralatan mandiku dan Kunikmati kesendirian di dalam kamar mandi. Aku menggantungkan handukku ke gantungan, kemudian menjepit rambutku dgn jepitan yg ada di dalam ras peralatan mandiku, mengeluarkan peralatannya dan mengambil lulur mandi.
Mulai dari ujung kaki kiri, kuambil lulur kemudian kugosok2an ke seluruh bagian kulitku. Kugosok-gosok, sambil kupijat-pijat, berulang-ulang sampai dakinya ikut bersama lulur yg kuusap. Kaki kiri sampai paha, lanjut kaki kanan, kemudian bagian perut dan pinggang. Lanjut bagian payudara dan leher. Terakhir aku gosokkan di kedua tanganku.
Selesai luluran badan, aku mencuci mukaku dgn facial wash dari wardah yg anti acne. Badan wangi, muka segar,, enak rasanya. Tak lupa aku gosok gigi dan membersihkan daun telingaku. Lalu kuhidupkan shower, kubilas badanku dan mencuci rambutku dgn sampo. Setelah itu kubalur rambutku dgn masker, dan aku masuk ke bathub utk berendam dgn air hangat.
Enak rasanya, berendam dalam air hangat, menghilangkan semua penat-penat di badan.
Share: