388cash388cash

Cerita Sex: Gurukupun Takluk Padaku


kali ini berkisah tentang Ranti seorang siswi smu yang terbilang cukup ramah di kalangan teman-temannya dan juga guru-gurunya, namun ternyata diam-diam Ranti menyimpan hasrat terhadap gurunya, dgn kecantikan dan bodynya akhirnya Ranti bisa menggaet dan membuat gurunya itu melakukan hal yang tdk sewajarnya di lakukan oleh guru terhadap muridnya. Simak ceritanya:

Sebut saja namaku Ranti (nama samaran), waktu itu aku masih duduk di bangku sekolah SMA. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval.
Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.

Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tdk mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki maupun perempuan semua senang bergaul dgnku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tdk jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dgn bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk istirahat di kursi kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Budi (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang,
“Selamat pagi Paak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
Aku menjawab,
“Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”.
“Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.
Aku dan teman-teman mengajak,
“Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tdk keberatan”!
Aku dan teman-teman bilang,
“Tdk, Pak.”, lalu aku menimpali lagi,
“Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain,
“Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
Ketika Pak Budi mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
“Alaa.., Ranti, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.
Pak Budi menjawab,
“Ah! Ya, ndak apa-apa”.
Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dgn menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Budi tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.
“Sorry, ya Pak”.
Dia menjawab,
“That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sdh bisa mempengaruhi pandangan Pak Budi.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Budi dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dgn alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Budi, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.
“Eeeh, kamu Ran. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
Aku menjawab,
“Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Budi hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan,
“Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.Dia tersenyum,
“Saya kost di sini. Sendirian.”
Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Budi tanya,
“Udah laper, Ran?”.
Aku jawab,
“Lumayan, Pak”.
Lalu dia berdiri dari duduknya,
“Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
Langsung kujawab,
“Ok-ok aja, Pak.”.
Sewaktu Pak Budi pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja.
Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Budi pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dgn berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dgn asyiknya menjilati memek cewek dan cewek sedang mengisap k0ntol cowok yang besar, panjang dan kekar.
Tdk disangka-sangka suara Pak Budi tiba-tiba terdengar di belakangku,
“Lho!! Ngapain di situ, Ran. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya Tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dgn berkata tergagap-gagap,
“Ti..ti..tdk, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.
Pak Budi hanya tersenyum saja,
“Ya. Udah tdk apa-apa. Kamar saya berantakan. tdk baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Budi tdk marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali Tetapi rasa malu belum bisa hilang dgn segera.
Pada saat makan aku bertanya,
“Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya,
“Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing,
“Kok, tadi ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi,
“Yang begituan yang mana”.
Aku bertanya dgn agak malu dan tersenyum,
“Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
Kemudian dia tertawa,
“Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.
Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Budi menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri,
“Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak Budi bertanya lagi,
“Betul kamu tdk malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja.
Mulai saat itu juga Pak Budi dgn santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh memekku. Aku ingin merintih Tetapi kutahan.
Pak Budi bertanya lagi,
“Sakit, Ran”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali.
Semakin lama jilatan Pak Budi semakin berani dan menggila. Rupanya dia sdh betul-betul terbius nafsu dan tdk ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah
”, aa.., aahh, mmmmppphhhh.., uu.., uuh”.
Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Budi pun naik dan bertanya.
“Enak, Ran?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung Pak Budi mencium mulutku dgn ganasnya, begitupun aku melayaninya dgn nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus k0ntol yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sdh berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sdh tdk berbicara lagi, semuanya sdh mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Budi berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan k0ntolnya ke dalam memek seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Ran?”.
Aku tdk menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Budi menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan memekku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan memekku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam k0ntolnya dan mengarahkan ke memekku.
Kelihatan Pak Budi agak susah untuk memasukan k0ntolnya ke dalam memekku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar memekku masih kaku. Pak Budi memperingatkan,
“Tahan sakitnya, ya, Ran”. Aku tdk menjawab karena menahan terus rasa sakit dan,
“Akhh.., bukan main perihnya ketika batang k0ntol Pak Budi sdh mulai masuk, aku hanya meringis Tetapi Pak Budi tampaknya sdh tak peduli lagi, ditekannya terus k0ntolnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan Tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di memekku.
Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dgn gerakan k0ntol Pak Budi mengocok memekku. Aku terengah-engah,
“Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Budi semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan k0ntol Pak Budi semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam memekku menggeliat-geliat dan berputar-putar.
Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Budi kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dgn keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Budi semakin memperkuat dan mempercepat kocokan k0ntolnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas.
Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Budi agak merintih bersamaan dgn rasa cairan hangat di dalam memekku. Rupanya air maninya sdh keluar dan segera dia mengeluarkan k0ntolnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku,
“Gimana, Ran? Kamu tdk apa-apa? Maaf, ya”.
Sembari tersenyum aku menjawab dgn lirih,
“tdk apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata lagi,
“Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, Tetapi aku tdk tahu apakah Pak Budi juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Budi dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dgn selimut. Tampak olehku Pak Budi hanya menggunakan handuk dan berkata,
“Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dgn tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Budi masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Budi menyabuni memekku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tdk merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan k0ntolnya yang perkasa itu.
Setelah semua selesai, Pak Budi membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Budi memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.
Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Budi untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Budi walaupun aku sdh menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sdh pacaran.
Pernah Pak Budi menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sdh selesai kuliah nanti, Tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan k0ntol guru bahasa Inggrisku itu. 
Share: