388cash388cash

Kuperkosa Adikku Yang Nakal


Musimbokep - Nama saya adalah Tohir, seorang anak smu yang doyan banget nge-seks serta jilatin memek seorang cewek. Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku serta adikku adalah anak orang kaya. Apabila aku kelas 3 Smu, fina adikku sekarang duduk di kelas 3 smp mau lulus.

Fina di sekolahny tergolong gadis, cewek yang sangat terkenal sebab kecantikan serta kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya rutin membayangkan apabila adikku yang manis serta cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.

Singkat kata, adikku fina terbukti seorang gadis yang sangat cantik serta adalah kebanggaan orang tuaku. Tidak hanya itu dirinya juga sangat pandai mengangkat diri di hadapan orang lain jadi semua orang menyukainya. Tetapi di balik semua itu, sang “putri” ini sebenarnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis nyatanya hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu bakal kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang tidak jarang keluar kota untuk berbisnis rutin menitipkan rumah serta adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesusahan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dirinya rutin bersikap membangkang serta seenaknya. Bila aku mengatakan A, maka dirinya bakal melakukan faktor yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.

Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tidak bakal terlupakan dalam nasibku. Pada akhir minggu itu, semacam biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka bakal kembali minggu depannya. Kebetulan, aku serta adikku juga sedang liburan panjang. Sebenarnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan argumen tidak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dirinya sangat kesal di hatinya. Seusai mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dirinya tidak menerima kebaikanku, bahkan dirinya membanting pintu kamarnya di depan hidungku.

Inilah penghinaan terbaru yang dapat kuterima. Akupun melihat DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas lakukanan adikku. Di rumah terbukti cuma ada kami berdua. Orang tua kami menganggap bahwa kami tidak memerlukan pesuruh dengan argumen untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku kelak malam serta memgambar tubuh telanjangnya waktu tidur serta memakainya untuk memaksa adikku supaya menjadi adik yang penurut.
Malam itu, jam memperlihatkan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku.

Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku telah tertidur. Nyatanya tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Terbukti biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, bakal segera berangkat tidur lebih awal. Akupun memakai keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku terbukti memiliki kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku memiliki suatu  kamera digital.

Di kamar adikku, lampu tetap terang sebab dirinya terbukti tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berlangsung perlahan menuju tempat tidurnya. Nyatanya malam itu dirinya tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan serta gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dirinya diam saja tidak bergerak serta napasnya tetap halus serta teratur. Nyatanya dirinya memakai celana dalam warna putih serta bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus serta aku pun dapat melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di kurang lebih daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.

Kemudian aku memakai gunting serta menggunting dasternya jadi akhirnya tahap payudaranya terkesan. Di luar dugaanku, nyatanya dirinya tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah serta menantang. Jakunku bergerak naik turun serta akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam nasibku. Kemudian dengan gemetar serta hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku tetap tertidur pulas.

Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Suatu  hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya dapat berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa bakal maksud kedatanganku kemari. Suatu  pikiran setanpun melintas, kenapa aku wajib puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku wajib mensia-siakan peluang satu hari ini dalam nasibku? Apalagi aku tetap perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga timbul di benakku, dirinya adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebaapabilan serta kejahatan berkecamuk di pikiranku.

Akhirnya, sebab pikiranku tidak dapat memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Nyatanya beliau telah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun memakai kain daster yang telah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya leluasa supaya tidak menghalangi permainan setan yang bakal segera kulakukan. Adikku tetap juga tidak sadar kalau bahaya besar telah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku serta celanaku sampai telanjang bulat.

Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Nyatanya daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan serta klitoris adikku. Adikku tetap tertidur pulas, tapi seusai berbagai lama, napasnya telah mulai memburu. Terus lama, vagina adikku terus basah serta merekah. Aku telah tidak tahan lagi serta mengarahkan moncong meriamku ke celah kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku serta membukanya lebar-lebar.

Ujung kepala penisku telah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku serta membuang jauh keraguanku. Dengan suatu  sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan serta penisku menembus masuk vagina yang tetap sangat rapat tetapi basah itu. Suatu  teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku tersadar serta menjerit melihatku berada di atas tubuhnya serta menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan serta menahan rasa sakit yang menarik. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Tetapi semua upaya itu tidak sukses. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku bakal berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Nyatanya vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.

Aku tidak menghiraukan semua itu sebab suatu  kenikmatan yang belum sempat kurasakan dalam nasibku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas serta kontraksi otot vagina adikku. Rasanya semacam disedot oleh suatu  vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku serta memompa tubuh adikku. Adikku menangis serta menjerit:”

Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, sebab itu aku segera memakai celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya jadi yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.

Seusai kurang lebih lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis serta mengeluh kesakitan. Darah tetap berkucuran di kurang lebih vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang menarik. Aku terus cepat menggerakan pinggulku sebab aku merasa bakal segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku supaya dirinya menggoyangkan pinggulnya sambil mengatakan:’ Who is your Daddy?” Suatu  dilema timbul di pikiranku. Wajibkah aku menembak di dalam rahim adikku alias di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami serta darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami serta sprei tempat tidur.

Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selagi berbagai menit. Kemudian seusai puas, aku mencabut keluar penisku serta tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku serta membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Tetapi di luar dugaanku, dirinya tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa serta tetap menangis. Posisinya tetap tidur serta hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya serta tangan lainnya menutup vaginanya. Dirinya tetap menangis tersedu-sedu.
Seusai semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bimbang apa yang wajib kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Nasibku dapat selesai di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Suatu  ide jenius timbul di pikiranku. Aku mengambil kameranya serta segera memgambar tubuh telanjang adikku. Adikku melihat lakukananku serta bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, tetap belum cukupkah lakukanan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Tetapi aku telah memperkirakan ini serta lebih sigap. Sebab tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya serta mengatakan: “Kalau kalian tidak mau gambar ini tersebar di situs sekolahmu, kejadian malam ini wajib dirahasiakan dari semua orang. Kalian juga wajib menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”

Wajah adikku pucat pasi, serta air mata tetap berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dirinya mengganggukkan kepalanya. Suatu  perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang keras kepala ini. Kemudian aku memerintahkan dirinya untuk memselesaikan ruangan kamarnya serta menyingkirkan sprei bernoda darah serta potongan dasternya yang koyak. Tidak hanya itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terbaru aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, pasti saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk memakai jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.

Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selagi seminggu kepergian orang tuaku, aku rutin meniduri adikku di setiap peluang yang ada. Pada hari keempat, adikku telah terbiasa serta tidak lagi menolakku biarpun dirinya tetap kelihatan kecewa serta tertekan setiap kali kami bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah serta memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selagi seminggu ketika aku melihat TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Serta aku rutin menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya serta menyuruhnya untuk menelannya.

Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang semacam ingin mengabarkan momen yang terjadi selagi seminggu ini. Aku pun bertindak cepat serta mengatakan pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya terhadap kami berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini serta tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat serta tahu makna dari perkataanku. Dirinya pun tidak jadi mengatakan apa-apa.

Sejak itu, setiap kali ada peluang, aku rutin meniduri adikku. Pasti saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom serta pil. Seusai dirinya lulus SMA, kami tetap melakukannya, bahkan sekarang dirinya telah menikmati permainan kami. Terkadang, dirinya sendiri yang datang memintanya. Ketika dirinya lulus SMA, aku yang sekarang telah bekerja di suatu  bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Pasti saja aku beralasan bahwa aku bakal menjaganya supaya adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju serta adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta serta menikmati keleluasaan kami. Faktor yang tidak sama hanyalah aku dapat melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.

Share: