388cash388cash

Cerita Sex Karyawan Pabrik Cantik


Hari ini badanku terasa lelah sekali, seharian ini tidak sedikit sekali pekerjaan yg kuberakhirkan, walau berakhir semua rasanya puas juga menjalani kesibukan hari ini. Sore itu waktu telah hampir setengah 6 sore, seusai memselesaikan berkas-berkas di ruang kerjaku aq siap pulang kerumah, mobil kijang hijauku telah siap di tempat parkir mengantarku pulang.
Kulihat jalanan di depan kantorku terkesan lancar, nyatanya perdiksiku salah, tidak lebih lebih 1 km dari kantor, jalanan macet total, ya telahlah nikmati saja daripada menggrutu juga nggak ngurangi macet.

Lokasi kantorku kebetulan dekat dengan jajaran pabrik-pabrik, dan jam segitu rupanya macet angkuta umum yg mencari penumpang, tiba-tiba ditengah kemacetan jalanan kulihat didepan sebuah toko ada seorang perempuan yg manis sekali, kulitnya putih, tingginya kurang lebih 165 cm dengan memakai seragam pabrik biru-biru ditutup blazer hitam terbuka yg kelihatan ketat terkesan dadanya begitu menyesakkan baju seragamnya, untuk ukuran karyawan pabrik, cewek itu terlalu cantik, walau bajunya begitu sederhana tdk seimbang dengan kecantikannya.

Kuperhatikan dengan akurat, dirinya kelihatan memandangku dan tersenyum tipis menatapku, akupun tersenyum memandangnya, tiba-tiba aku dikagetkan suara klakson mobil dibelakangku, cepat-cepat kutancap mobilku berhubung jalan didepan telah lancar kurang lebih 30 meter ke depan.
Rugi sekali aku tdk dapat berhenti waktu itu, kulihat di spion perempuan itu naik angkot di tiga mobil dibelakangku.. Seandainya saja?

Sekira 200 meter jalan lancer, tiba-tiba kemacetan datang lagi, makin sumpek aja aku, akhirnya kulihat didepan ada toko kecil dengan tempat parkir yg agak luas, akhirnya lampu sent mobil kunyalakan kekiri dan aku berhenti, walau tetap ada rokok, kuniatkan beli lagi sambil beli minuman ringan, sambil berharap perempuan di angkot belakang dapat ketahuan lagi jejaknya.
Alamak.. Sambil minum teh botol dingin, tiba-tiba saja angkot dibelakang yg membawa perempuan itu berhenti, aku berharap.. Tiba-tiba benar saja perempuan itu turun kemudian bayar ongkos ke sopir di depan.

Wah terbukti benar kalau telah jodohku nih.. Kulihat perempuan itu masuk juga ke dalam toko, sambil tersenyum tipis dirinya menuju ke penjual toko itu dan kulihat membeli lima buah indomie, susu dancow dan kopi instant lima sachet.
“Lho rumahnya dimana Mbak?” tanyaku sambil tersenyum.
“Oh saya kos dibelakang toko ini, Mas,” jawabnya sambil mencari dompet dari dalam tasnya.
“Nama saya Iwan, boleh kenalan Mbak?” tanyaku sambil menjulurkan tangan buat bersalaman.
“Saya Nuning, Mas,” jawabnya sambil senyum dan menjabat tanganku..
Busyet tangannya mulus sekali dan hangat sekali agak berkeringat.
“Berapa Mbak?” kata Nuning pada penjual toko sambil mengeluarkan dompetnya.
“Dua puluh sembilan ribu limaratus Mbak “jawab penjual toko itu.

“Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus” kataku sambil ngeluarin uang seratus ribu ke wanita penjaga toko.
“Nggak usah Mas, saya ada kok” kata Nuning sambil ngeluarin dualembar uang duapuluh ribuan.
“Ya telah gini aja, uang ini bawa dulu, tapi saya minta dibikinin kopi dulu, sekalian kalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu macet, boleh nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya.
“Baiklah kalau begitu terima kasih, tapi tempatnya jelek lho Mas, kata Nuning sambil tersenyum.
“Ah jangan gitu, saya malah nggak enak nih ngrepotin minta kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian dari penjaga toko.
“Mbak, saya titip mobil ya, sekalian ini buat parkirnya,” sambil kukasih wanita penjaga toko uang limaribu”
“Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.
Nuning tersenyum dan mengajakku berlangsung di gang sebelah toko itu, jalannya kecil cuman satu meter lebarnya, jadi kalau jalan nggak dapat bareng, wajib satu-satu, Nuning jalan di depan dan aku dibelakangnya.
Kuperhatikan tidak hanya dadanya yg membusung, nyatanya pinggul dan pantat Nuning sangatlah montok habis, hingga-sampai rok yg digunakannyapun membungkus ketat pantat indah itu serasi sekali dengan pinggul yg ramping, ditambah aroma tubuhnya yg wangi walau kutahu itu aroma parfum biasa.
Kira-kira duapuluh meter jalan, Nuning berhenti dan membuka psupaya logam kecil disebuah rumah tanpa halaman dan nyatanya didalamnya berjajar kamar-kamar kontrakan dengan pembatas tembok satu meter antar kamarnya.
“Disini Mas, kamarku paling ujung, dekat dengan kamar mandi, silahkan masuk dulu Mas, aku mau panasin air sebentar buat bikin kopi” kata Nuning nerocos.
Kamarnya nyatanya lumayan bersih, di ruang tamu ada karpet biru, meja kecil ditengahnya dan diujung TV 14 inch terpasang rapi ditambah hiasan manik-manik yg keren, tidak sempat kulihat kamar tidurnya, tapi menonton ruang tamunya tertata rapi aku yakin kamar tidurnya tentu bersih juga.
Kuambil remote TV dan kunyalakan, pas kabar sore, kuikuti perkembangan pencalonan presiden dari para politikus negeri ini, tapi aku lebih berminat menonton gambar dibelakangku nyatanya gambar Nuning memakai kebaya dan samping, cantik sekali.. Tdk dandan saja dirinya cantik, apalagi dalam gambar itu belahan dada kebaya agak rendah, jadi sembulan toket putihnya kelihatan seksi dan erotis sekali.
“Itu gambarku waktu di kampung bulan lalu Mas, waktu agenda kawinan sepupuku” kata Nuning sambil membawa dua gelas kopi.
“Terbuktinya kampungmu dimana? Dan lagi jadi apa waktu agenda itu?” Tanyaku sambil menolong nurunin gelas kopi ditaruh di meja.
“Kampungku di Cianjur Mas, waktu itu aku kebagian ngisi nari Jaipongan, yah gini-gini aku penari Jaipongan Mas, walau hanya sebatas agenda di kampung aja” Kata Nuning sambil tersenyum manis.
“Pantesan tapi cantik juga kalian baju kebaya ya, lebih sensual dan luar biasa” Kataku sambil memandang wajah cantiknya.
“Pantesan apa Mas? Masak orang kampung gini dibilangin sensual dan luar biasa” Kata Nuning.
“Pantesan tubuh kalian keren dan terawat itu sebab rajin jaipongan ya”
“Ah Mas, dapat aja,” katanya sambil mencubit tanganku.
“Silahkan Mas diminum kopinya, aku tinggal sebentar ya mau mandi dulu, udah gerah banget nih rasanya”
Nuning masuk ke dalam kamarnya dan mengambil peralatan mandi, letak kamar mandi kontrakan itu ada di luar tapi tetap dekat dengan kamar Nuning mungkin cuma kurang lebih 4 meter saja dari pintu kamarnya.
“Tunggu sebentar ya Mas, silakan diminum kopinya” Nuning berlangsung dengan berkalungkan handuk putih dipundaknya, sementara rambutnya diikat ke belakang, terkesan cantik dan alamiah sekali.
Kurang lebih sepuluh menit Nuning di dalam kamar mandi, kudengar suara, ‘waduh gimana nih bajunya basah gini,’ akhirnya aku mendekat kamar mandi dan berteriak.
“Ada apa Ning? Ada yg dapat saya santu?” kataku sedikit cemas dan heran.
“Nggak apa-apa kok Mas, bajuku pada jatuh dan basah, Mas apa diluar ada orang lain?” Tanya Nuning sambil teriak.
“Ntar aku lihat dulu, ke pintu depan” kataku sambil berlangsung ke psupaya dan gang kecil menuju rumahnya.
“Nggak ada siapa-siapa” Kataku sambil mendekat ke pintu kamar mandi.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kulihat Nuning hanya berbalut handuk putihnya, kulihat pundaknya putih sekali, sementara toketnya yg montok sedikit menyembul dan pahanya yg putih dan mulus sekali terkesan tertutup handuk kira-kira 20 cm diatas lututnya, wah aku jadi kaget sekali dan tiba-tiba Nuning menengok dari belakang pintu dan berlari menuju kamarnya.
“Sorry ya Mas, bajuku pada basah semua, aku ganti baju dulu ya,” kata Nuning sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut handuk.
Menonton pemandangan yg menggairahkan itu, mengdampakkan otot dalam celanaku berdenyut-denyut, dan sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya montok bener’. Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan menonton-lihat lagi gambar sensualnya.
“Maaf ya Mas, sebetulnya aku malu tadi,” kata Nuning sambil duduk di sampingku, Nuning sore itu memakai kaos kuning dan bawahan celana strit hitam ketat sebatas lutut, tetapi kaos panjangnya menutupi tahap bawah hingga 10 cm diatas lutut.
Malam itu kami hanya ngobrol saja hingga jam delapan malam, dari dialog itu kutahu kalau Nuning telah hampir setahun bekerja, sempat kuliah D-1 tahap Sekretaris dan kini bekerja di tahap administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Nuning telah punya pacar di kampungnya, tetapi orangtuanya tidak lebih setuju.
“Jangan kapok main ya Mas,” kata Nuning berharap.
“Justru aku yg berharap boleh main kesini lagi kalau kalian nggak keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berlangsung pulang kuberbagi kartu namaku.
“Kalau ada apa-apa telpon aja,” kataku sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Nuning kelihatan malu dan tertunduk.
“Daah” aku pamitan dan Nuning mendampingi aku hingga ke tempat parkir.
Seusai perkenalan itu, tidak lebih lebih dua bulan, kami hanya akrab saja, bahkan Nuning menyebutkan kekaguman sebab aku nggak sempat bertindak tdk sopan, walau kami tidak jarang pulang hingga jam 10 malam, paling hanya berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dirinya mulai sayang, walau telah kuceritakan bahwa aku telah beristri dan punya seorang anak. Hingga sebuahhari, aku tetap ingat itu hari Rabu, dirinya menelpon ke HP-ku,
“Mas, aku pengen ngobrol dapat nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Nuning di telepon.
“Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku.
“Yah pokoknya kelak aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya, hingga kelak di tempat biasanya,” Nuning menutup telponnya.
Cocok jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat dari kejauhan Nuning telah menantikan dan sedikit mengayunkan tangan kegirangan. Nuning masuk ke mobilku dan tersenyum.
“Mas, kami jangan pulang dulu ya, aku pengen cerita tidak sedikit dan menenangkan hatiku,” kata Nuning sambil menatapku.
“Oke, kami jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kami dapat berendam air panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir ada kolam renang yg terbukti lumayan enjoy untuk berendam di malam hari.
“Oke, kayaknya asyik juga tuh,” Kata Nuning mengiyakan.
Aku menelepon ke rumah, dan bilang ada pekerjaan di kantor yg wajib diberakhirkan, kalau ada apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku telah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku.
“Kamu ada persoalan apa, kok kelihatan kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Nuning.
“Nggak tahu kenapa aku pengen cerita persoalanku ke Mas, kayaknya aku tenang kalau udah ada di sampingmu Mas,” kata Nuning sambil memegang lenganku.
Posisi mobilku terbukti agak susah untuk berdekatan, hingga akhirnya Nuning hanya dapat memegang lenganku saja. Sambil sedikit berkaca-kaca, Nuning menceritakan bahwa pacarnya di kampung telah memutuskan hubungan dengannya. Selagi di perjalanan aku tidak sedikit kasih nasehat dan arti kepadanya, dan diapun kelihatan lebih tenang. Hingga di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku.
“Kita makan dulu yuk,” ajakku.
Berhubung tempat parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan baru hari ini Nuning berani berlangsung disampingku sambil memeluk pinggangku, akupun akhirnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya sambil menuju ke tempat makan.
Menuju ke Ciater, diperjalanan Nuning memandangku semakin dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku, aku agak gugup tetapi menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan halusnya. Wah mau nggak mau tidak sedikitnya rangsangan selagi perjalanan mulai mempengaruhi adrenalinku juga. Dan sesampai di Ciater nyatanya suasananya hujan agak deras, jam telah menunjukkan jam delapan malam, berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang juga telah telanjur, akhirnya kutawarkan ke Nuning.
“Gimana kalau kami berendamnya di kamar aja?”
Aku agak khaNuningr dirinya keberatan, tapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Nuning.
Di front room hotel, aku booking satu kamar yg ada bathtub buat berendam air panas, didepan meja frontroom Nuning tetap memeluk pinggangku, hari ini terasa kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan ini mau nggak mau berpengaruh pada otot pejal didalam CDku.
Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget seusai hujan, hingga perjalanan menuju ke kamarpun wajib perlahan, petugas hotel telah menantikan di depan kamar dan membukakan pintu kamar.
“Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yg dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri.
“Sementara belum Mas, kelak saja kalau butuh saya telpon dari kamar,” kataku sambil memberi sedikit trik buat petugas hotel.
Nuning masuk ke kamar dan aku tetap duduk di ruang TV, sambil mencari-cari chanel yg keren, sambil melepas penat dua jam lebih di belakang kemudi. Tiba-tiba Nuning keluar dari kamar, alamak Nuning telah berganti baju dengan celana singkat pink ketat dan kaos senam ketat putih polos singkat hingga kelihatan pusarnya, kulihat bayangan puting toketnya yg kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus menantang, sementara pantatnya yg bahenol tercetak ketat di celananya dan dadanya sangatlah montok menantang.
“Ayo Mas, katanya mau berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Nuning sambil duduk disampingku.
“Oke, tapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil membuka baju kerjaku, aku yg telah tdk kuat menonton pemandangan yg memancing birahi itu.
“Mas, badanmu kekar juga ya, “kata Nuning sambil memeluk lenganku dari samping, terasa toket montoknya melekat erat di lenganku.
Perlahan kuusap paha putih Nuning dan tiba-tiba Nuning berdiri dan duduk di pangkuanku, akhirnya tubuh montok itu kupeluk sambil kuangkat kakinya kuletakkan pahanya yg putih, mulus dan hangat itu diatas pangkuanku. Perlahan Nuning menatap mataku, kemudian memelukku erat sekali, terasa sekali kekenyalan toket montoknya, walau terkendala kaos tipis yg digunakannya, lumayan lama Nuning menyembunyikan wajahnya di bahuku, kemudian dirinya mengatakan lirih.
“Mas, aku sayang kamu, aku takut kehilangan kalian Mas,” kubelai perlahan rambutnya, kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Nuning, dalam hitungan detik, bibir kami saling melumat pertama agak perlahan, sambil kunikmati kelembutan bibirnya, lumayan lama kami beratraksi dengan bibir kami dan makin lama pagutan dan ciumannya makin buas, dan kamipun saling melumat bibir.
Perlahan ciuman kami agak melemah, lembut kuciumi lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara, tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan kencang, sementara tangan kiriku pelahan membawa kaos ketatnya. Nuning menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil membawa tangannya, dan segera kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan toket seorang wanita yg kulihat didepanku, kulitnya yg putih bersih tanpa cacat, ditambah sepasang toket yg montok, padat dan menantang, perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu, dan perlahan kuusap putingnya yg menonjol keras kecoklatan, mungkin dirinya telah terangsang.
“Mas, pantatku kayak ada yg mengganjal nih, dibuka celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Nuning.
Aku berdiri dan Nuning membuka reslutingku, melepas ikat pinggangku dan menurunkan celanaku.
“Apa itu Mas?” kata Nuning sambil menutup matanya dengan jari yg tetap terbuka.
Otot pejalku yg telah membesar dan mengeras sekali, tercetak jelas pada celana singkat katun yg ketat, perlahan kutarik tangan Nuning, kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras dari luar celana pendekku, perlahan dan lama-lama Nuning berinisiatif meremas penisku dari luar celana pendekku.
Kubiarkan Nuning mengelus dengan jemarinya dan sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dirinya mulai menikmati mainan barunya, sementara kunikmati ajaran kenikmatan, sambil kulihat ekspresinya.
“Gimana Ning?” kataku sambil menatap matanya.
“Mas, aku belum sempat meperbuat semacam ini, tadinya malu sekali aku menontonnya, nyatanya kemaluan cowok dapat segede ini ya?” katanya sambil tersipu.
“Kalau kalian mau, kalian boleh buka celanaku” kataku.
Perlahan tangan halus itu menurunkan celana pendekku dan tiba-tiba penisku yg telah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas, Nuning menatap tidak berkedip menonton kemaluanku, pelan jarinya mengelus batangku yg tegang semacam kayu, urat-urat yg menonjol dirinya telusuri perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah tahap belakang ditelusurinya perlahan, penisku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelirku, sungguh kenikmatan yg luar biasa.
Kutarik Nuning untuk berdiri, kebelai pinggul indahnya, berputar kebelakang meremas bongkahan pantatnya yg bahenol, kupeluk dan kuusap erat punggungnya, perlahan kukecup lehernya, belakang telinganya dan pundaknya, kulihat dan kurasakan kulitnya merinding, Nuning mempererat pelukannya dan menempelkan ketat dadanya yg padat membusung ke dadaku, paduan antara kehangatan dan ajaran birahi yg mengalir lewat kulitnya.
Nuning yg hanya tinggal memakai CD tipis warna pink, menggoyangkan dan menempelkan ketat kemaluanku yg telah tegang membesar ke daerah bukit venusnya, walau tetap terpisahkan CDnya, tetapi kurasakan ada kelembaban dari balik CDnya. Kulihat mata sendu Nuning menikmati foreplay yg panjang malam itu, kelihatan dirinya telah terangsang sekali, dari sorotan matanya dan pelupuk matanya yg agak sembab, dan toketnya yg kencang menantang dengan puting yg mengeras.
Kuraba CDnya dan kuturunkan, Nuning menolong menurunkan CDnya dan melempar dengan ujung kakinya, sambil kucium dan kulumat bibir seksinya, kujamah dan kuremas toket montoknya, dan dan merta kuangkat tubuh telanjang nan mulus itu ke kamar dan kutidurkan diatas kasur bersprei putih bersih.
Sambil tetap menciuminya, aku tidur merapatkan ke tubuhnya, kaki kuangkat dan kegesek-gesekkan diatas paha putihnya, sementara tanganku kembali meremas dadanya yg kian montok dan menggunung dengan puting susunya yg menonjol kecil kecoklatan. Perlahan aku turun menciumi lehernya dan memutar-mutarkan lidahku ke gunung kembarnya bergantian, kusapu hingga basah dengan menyisakan puting, dibagian akhir nanti, sementara tanganku menjelajah ke pangkal pahanya, menyibak rambut kemaluannya yg halus menghitam itu, kuusap bibir memeknya dan Nuning menggelinjangkan pinggulnya.
Kuperhatikan Nuning memejamkan matanya menikmati sentuhan dan rangsangan yg kuberbagi, sementara tanpa sadar penisku yg tegak dan keras, diremasnya perlahan dan kadang menguat saat rangsangan datang menguat. Kumainkan ujung jariku menyapu bibir memeknya yg telah membasah dan kusapu pelan belahan celah memeknya yg membasah, sambil kujilati putingnya dengan ujung lidahku bersamaan kuputar perlahan kelentitnya dengan ujung jari telunjukku,
seirama antara jilatan lidahku di ujung putingnya dan usapan ujung jari telunjukku di ujung kelentitnya, dan merta Nuning menggoyangkan pantat dan pinggulnya, menggeleparkan dan membuka lebar pahanya dan membusungkan dadanya hingga kelihatan merangsang sekali, sambil menutup matanya dengan bibir yg membasah dan sedikit terbuka, sementara tangannya menggenggam erat sekali kemaluanku yg tetap mengeras dan berdenyut-denyut.
“Uuff mmaas, kau apakan tubuhku ini,” mulut Nuning mengerang menahan kenikmatan.
Tubuhnya menggelinjang keras sekali, pahanya bergetar luar biasa dan kadang menjepit tanganku dengan erat saat jariku tetap menyentuh kelentitnya, dan tiba-tiba penisku dicengkeram dengan keras seolah mengundang untuk menikmati orgasmenya dalam foreplay itu.
Kuremas dengan irama perlahan toketnya yg tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku terjepit diantara kedua paha mulusnya, kemaluanku diremasnya dan tangan satunya memelukku erat sementara paha dan kakinya menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tidak karuan, orgasme pertama telah dirasakannya.
Tanpa berhenti kumainkan pelan tanpa henti kelentitnya, dan mungkin kini Nuning telah terangsang kembali.
“Mas, tolong masukkan, aku ingin merasakannya sayang,” katanya sambil menghiba dan meringis menahan kenikmatan tiada tara yg dirasakannya.
Perlahan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yg mengangkang dan kepala penisku menempel di kelentitnya menggantikan ujung jari telunjukku.
Sambil kuciumi leher putihnya, pundak dan belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak mengelilingi bibir memeknya yg hangat dan basah, kulihat Nuning merem melek menikmati benda pejal di bibir memeknya, lidahnya menyapu bibirnya hingga membasah, dan wajahnya memerah dengan mata merem melek tidak beraturan. Dengan perlahan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang penisku ke dalam memeknya, saat kucoba menyelipkan kepala penisku ke mulut memeknya rasanya peret dan susah sekali, kulihat Nuning sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit.
“Aah,”
Tetapi akhirnya kepala penisku telah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangatan memeknya, perlahan kumasukkan sesenti demi sesenti, pada kurang lebih centimeter ke 4 menuju ke 5, Nuning tiba-tiba berteriak dan menjerit.
“Aduh Mas sakit sekali,” katanya, “Semacam ada yg menusuk dan nyerinya hingga ke perut,” katanya.
“Aku cabut aja ya?”
“Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini,”
Aku yg telah merasa kenikmatan yg luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang penisku. Kulihat Nuning meneteskan air mata, tetapi tiba-tiba dirinya menggoyangkan pantatnya dan pastinya akhirnya penisku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yg belum sempat kurasakan, penisku serasa digigit bibir yg kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali.
Akhirnya kamipun mulai menikmati hubungan badan ini.
“Mas rasa sakitnya telah agak bertidak lebih, kini keluar masukkan penismu Mas, rasanya nikmat sekali”
Perlahan aku mulai mengayun batang penisku keluar masuk ke memek Nuning, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya luar biasa sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dirinya kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta penisku untuk dimasukkan dalam-dalam ke memeknya.
Berbagai kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dirinya telah tdk begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat bandul penisku di memeknya. Nuning berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya luar biasa kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dirinya mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan penisku seluruhnya di dalam memeknya.
“Oh, mmas aku keluar.. Ahh.. Ahh.. Ahh,”
Aku merasakan nikmat yg amat sangat, penisku berdenyut-denyut, rasanya ajaran darah mengalir kencang di penisku, dan aku yakin penisku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam memek Nuning, semacammya aku juga bakal mengeluarkan air kejantananku.
Berbagai saat kemudian, kubuka sedikit jepitan kaki Nuning dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Nuning, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari memek Nuning, penisku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh penisku keluar masuk dari memek Nuning, nikmat sekali rasanya. Ada mungkin delapan hingga sembilan kayuhan penisku di memek Nuning, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yg bakal meledak dari dalam penisku dan akhirnya..
Croot.. Croot.. Croot.. Croot..
Memeknya berdenyut-denyut menikmati ajaran maniku yg hangat, sementara kurasakan batangku tetap berdenyut-denyut nikmat, kubenamkan batangku dalam kehangatan memeknya yg basah. Kupandang wajahnya yg berkeringat, perlahan kusapu dengan tanganku dan kuciumi dengan penuh rasa sayang, akhirnya kamipun terkulai lemas dan Nuning memeluk tubuhku erat, tanpa mempedulikan cairan yg merembes keluar dari celah kenikmatannya.
Ada lebih sejam kami tertidur dalam kenikmatan, dan selanjutnya berdua kami berendam dengan air hangat di bathtub, hingga badanpun terasa segar kembali. Seusai menikmati makan malam di cafeteria, akhirnya kamipun kembali ke kamar jam 12.00 malam, mengulangi permainan dengan lebih ganas hingga jam 1 dinihari, kamipun tertidur tanpa busana, dan kupeluk tubuh telanjangnya dalam kehangatan selimut.
Hingga esoknya kuputuskan untuk mengambil cuti sehari dan sebelum checkout jam 12 siang, kami tetap menyisakan dua kali permainan di kamar tidur dan di bathtub. Lain kali bakal kuceritakan pengalamanku dengan Nuning di kampungnya saat aku mengantarnya mudik.
Share: