388cash388cash

Cerita Sex: Sulasmi Begitu Menggoda


Aku anak pertama dari lima bersaudara. Usiaku menginjak 16 tahun manakala orangtuaku wajib pindah tugas dari kota K ke kota P. Alhasil waktu itu aku baru dua bulan masuk kelas 1 SMA sayang apabila wajib pindah, apalagi sekolahku adalah sekolah swasta yang membutuhkan anggaran tidak sedikit.

Atas kebijakan ortu ku, aku wajib kos. Maka aku diantar oleh kedua orangtuaku serta keempat adik-adikku menempati kos baru. Rumah kosku lumayan besar, dengan model kuno khas ukiran Jepara. Berbentuk letter L dengan halaman luas, tersedia sepasang pohon mangga. Ruang tamu yang memanjang kebelakang yang bersekat dimana tersedia 4 kamar di tahap tengahnya yang berhadapan langsung dengan ruang makan. Semuanya berjumlah 10 kamar.

Aku sendiri berada di kamar terbaru di tahap letter L-nya. 4 kamar tergolong kamarku berakses langsung keluar melalui pintu samping dengan halaman kecil di tanami pohon mangga kecil. Dipisahkan oleh tembok belakang sebuah rumah.
Kawan-kawan kosku waktu itu bernama Mbak Mamiek, Mbak Mur, Mas Prayitno, Mbak Srini, Indarto, Sularno serta pemilik Kos. Rumah tahap depan yang cocok membatasi kamarku mempunyai dua anak perempuan, Sulasmi kelas tiga SMP serta Sutarmi SD kelas 6.

Ukuran tubuhku biasa-biasa saja 168, berat 60 dengan tahi lalat di dagu sebelah kanan serta rahang sebelah kiri yang kata mbak Srini hebat serta sekaligus membikinku manis kata mbak Srini, padahal aku laki-laki tulen faktor ini kelak aku ceritakan. Ukuran penisku juga normal, tegak lonjong keatas tanpa membengkok.

Setiap pagi semenjak duduk di SD aku rutin merendam dengan teh busuk selagi 10 menit-tanpa diberi gula loh (entar di krubut semut, bisa berabe he.. he..), lalu pelan-pelan di kocok-kocok, diremas jangan sampe keluar mani (seringnya sih keluar, abis enak sih). Itu kata anak-anak kos sebelah rumahku dahulu, entah benar atau tidak. Kegunaaannya? Itu juga aku belum tahu.

Hari-hari berlalu, aku telah mulai terbiasa dengan lingkunganku yang baru, aku sering keluar dengan kawan-kawanku yang baru. Khususnya mas Prayit sering meminta menemaniku untuk menemui pacarnya, sebel juga habis jadi obat nyamuk sih. Saat kami pulang sering kami bertemu dengan Sulasmi. Kami berhenti serta mas Prayit sering menggoda cewek itu, orangnya sih khas cewek K, radak item dibilang cantik juga enggak, manis juga enggak. Lalu apa dong, yah kayak gitu lah.

Lama kelamaan aku juga iseng-iseng ikut menggodanya. Dirinya pulang jam 12.45 sedangkan aku pulang jam 13.30 serta Cuma aku yang tetap sekolah kawan-kawan kosku telah bekerja semua, paling cepat jam 17 mereka baru pulang praktis cuman aku yang pulang awal.
“Duh, lagi santai ya Mi,” begitulah kalau aku terbuktigilnya.
“Baru pulang mas?”
Aku mendekat, dirinya hanya mengenakan celana singkat olahraganya serta berkaos tanpa lengan sedang membaca sebuah novel. Lumayan, tidak hitam-hitam amat demikian pikirku manakala ekor mataku menelusuri kakinya.

Begitulah, sering aku menggodanya serta nampaknya dirinya suka. Naluri laki-lakiku berbicara kalau dirinya sebetulnya ada hati kepadaku. Atas dasar keisengan, aku membikin sebuah surat di atas kertas surat berwarna pink serta harum dengan ukuran tulisan agak besar. Sangat singkat, “Lasmi, I love u” kemudian pada malam harinya aku sisipkan di jendela kamarnya, dari luar aku dengar dirinya sedang bersenandung kecil menyanyikan lagu sertagdut kesukaanya.
Dengan cepat kertasku berminat masuk, hatiku terkesiap takut kalau-kalau bukan Lasmi yang luar biasanya. Tidak berbagai lama lampu dimatikan serta jendela terbuka, ah Lasmi melongokkan kepalanya keluar. Ketika dirinya menontonku dirinya tersenyum lalu melambai supaya aku mendekat. Kemudian aku mendekat. Ketika aku mendekat tiba-tiba
“Cuupp…!”
Lasmi mengecup bibirku, aku terperanjat atas perlakuan itu. Belum lagi keterkejutanku hilang Lasmi mengulangi lakukanannya. Hari ini dengan sigap aku rengkuh pundaknya, aku lumat bibirnya. Gantian Lasmi yang terkejut, dirinya hanya ingin menjawab suratku dengan kecupan kilat justru aku tidak kalah cepat. Lidahku meliuk-liuk dalam mulutnya yang menganga sebab terkejut, tampak sekali dirinya belum sempat melakukan ciuman.
“Mmmppphh…”
Lalu tubuhnya mengejang, rona wajahnya memerah desiran panas napas kami mulai memburu. Lasmi memejamkan matanya pelan dirinya mulai mengikuti lidahku yang menjelajah rongga mulutnya serta dirinya melenguh pelan tertahan manakala lidah-lidahku menaut lembut lidahnya. Refleks tangan kirinya merengkuh tengkukku, hebat lembut kepalaku serta tangan kirinya bertopang pada tepian daun jendela.
Dalam suasana gelap, pelan aku turunkan telapak tangan kananku serta meraih gundukan payudaran sebelah kirinya.
“Ah..!”
Lasmi melenguh lirih serta terkejut, menepis pelan tanganku.
“Telah malam, besok yah?” Bisiknya lirih, memberiku satu kecupan serta menutup daun jendela. Jam telah menunjukkan pukul 10 malam.
Aku kembali kekamarku, tidak kuasa menolak desakan birahi aku lepas semua pakaianku. Dengan tidur terlentang jemari telunjut serta bunda jariku menjepit erat batang kontolku serta aku tegakkan membikin kepala kontolku serta otot-ototnya merah membesar. Telapak tangan kiriku menggosok-gosok pelan, sementara cairan bening telah keluar dari kepala kontol yang memerah.
Mataku terpejam, aku pentang kedua kakiku lebar-lebar serta membayangkan Lasmi yang sempat aku pegang payudaranya yang kecil lembut tadi.
“Ah…!”
“Ssstt…”
Kepalaku berdenyut-denyut serta tubuhku terasa melayang tanpa terasa kocokanku terus cepat seiring desah napasku yang mulai memburu.
“Ahhhh… hhh…!”
“Croot… croott… croottt…!”
Airmaniku menyembur dengan dasyat, hari ini lumayan tidak sedikit mengingat kali pertama aku berciuman serta meremas milik perempuan.
Paginya semacam biasa aku siap-siap hendak berangkat, aku biasa naik angkutan umum toh motor juga ada tapi enggak seru.
Kebetulan angkutan kosku pangkalan kedua angkutan jadi belum tidak sedikit penumpangnya serta aku bisa memilih tempat duduk. Nah, serunya pas pangkalan ke tiga telah mulai penuh anak-anak sekolah apalagi jalurnya melalui tiga SMA serta 1 SMP, bayangkan deh pas penuh-penuhnya lumayan bisa senggolan susu, he… he…
Sulasmi telah menantikan di samping rumahnya di balik kerindangan pohon Mahkotadewa. Aku berangkatnya agak siang, soalnya sekolahku masuk pukul 7.15, maklum tidak sedikit atlit Pelatnas yang bersekolah disekolahku serta biasanya Lasmi telah berangkat, tentu dirinya menantikanku toh semenjak malam itu aku resmi jadi pacarnya.
Aku menengok kekanan serta kekiri, kedua orangtua yang seorang guru serta adiknya telah pergi semenjak tadi, Lasmi biasa memakai sepeda.
“Maaf tadi malam, marah?”
Senyuman serta guratan giginya terus tampak putih dipadu rona wajahnya yang coklat kehitaman.
“Tidak tuh,” seraya aku menghampirinya di kerimbunan.
Entah mengapa dirinya juga beranjak terus masuk ke lorong samping rumahnya serta pastinya kami terus tidak tampak dari luar.
“Habis surat kalian telah malam sih.”
Aku raih tangannya serta pelan aku rapatkan tubuhku kearahnya serta aku cium bibirnya ah.. dingin-dingin empuk. Lidah-lidah kami bertautan, matanya terpejam. Jarum jam menunjukkan pukul 6.35 jadi tetap ada waktu buat bercinta!
Berlahan aku lingkarkan kedua tanganku kepinggangnya, dirinya hanya terdiam sambil memejamkan matanya dengan kedua tangannya tergerai kebawah. Akankah aku ditolak? Demikian pikirku manakala pelan aku julurkan telapak tangan kananku kearah dadanya.
“Jangan disini,” kemudian hebat tanganku menuju ke belakang gudang.
Disitu tersedia sebuah dipan (tempat tidur kecil) dari bambu serta kami duduk bersebelahan lalu aku rengkuh pundaknya tanpa di komando bibir kami beradu serta saling bertautan, hari ini bagai kuda liar terlepas dari kandangnya Lasmi memeluk erat pinggangku. Matanya terpejam rapat manakala bibirku merayap turun kelahernya. Hari ini tangan kananku dibiarkannya menelusuri payudaranya yang terbungkus baju seragam SMPnya.
“Ehh…”
Lasmi melenguh lirih manakala aku dengan lembut meremas payudaranya, kecil serta tampak kenyal. Serta sementara bibirku terus meliuk-liuk di kurang lebih lehernya serta dengan naluri laki-laki bibirku bermain di telinganya sehiingga membikin bulu kuduknya merinding. Lasmi terus merapatkan kedua kakinya serta sementara tubuhnya bersandar erat ke tubuhku.
Lasmi merenggangkan dadanya, memberi jarak supaya tanganku leluasa bermain-main di payudaranya serta sementara kepalanya sedikit meliuk-liuk mengikuti gerak wajahku serta di seputar lehernya serta bulu kuduknya sesekali meremang. Baju seragam Lasmi tahap depan telah awut-awutan padahal ini adalah hari senin.
“Hhh….”
“Hhhh…hhh…”
Hanya desah napas kami yang terdengar. Serta berlahan Lasmi terus menekuk tubuhnya serta terlentang keatas dipan bambu. Pelan aku mendekatkan bibirku ke bibirnya, Lasmi membalasnya penuh gairah. Jemari tanganku membuka satu persatu kancing bajunya seiring dengan berlangsungnya waktu dari menit ke menit.
Aku menindih pelan seraya membuka resletting celana seragam SMAku yang berwarna abu-abu. Aku menjatuhkan kecupan lembut dibibirnya, refleks Lasmi membuka mulutnya memberi jalan untuk lidahku menjelajahi rongga mulutnya. Sementara tanganku telah menurunkan celana seragam serta celana dalamku hingga batas pantatku, saat ini kontolku telah terbebas.
Aku raih tangan Lasmi yang sedikit terentang keatas, aku tuntun kearah kontolku.
“Uhh…”
Tubuhnya bergetar, payudara yang terhimpit tangannya menyembul kecoklatan berkilatan saat dengan bimbinganku Lasmi meremas batang kontolku.
Sebab belum terbiasa serta untuk pertama kalinya dirinya memegang maka genggamannya sedikit kencang serta tidak ada reaksi tidak hanya menggenggam. Toh aku juga tidak sempat tahu sebab ini juga baru pertama kalinya aku memperlakukan lawan jenisku hingga jauh.
“Mmmpp…”
“Hhh… Hhhh…”
Ciumanku merayap turun ke payudaranya serta tanganku mulai meraba-raba gundukan diatas selangkangannya.
“Hhhmmmpp…”
Aku serasa melayang ketika tangan lembut yang menggenggam batang kontolku sedikit naik meraup kepala kontolku. Tegang serta keras sekali.
“Sayang…” Demikian bisiknya lirih di telingaku ketika tanganku pelan menyibakkan rok seragam biru milikya sedikit naik. Lasmi membawa sedikit pantatnya jadi dengan leluasa roknya tersibak keatas. Ketika aku menoleh kebawah
Lasmi seketika menysupkan kepalanya kedadaku, malu tapi mau serta suka.
Celana dalam warna pink menyembunyikan gundukan kecil diatasnya tampak jelas sekali tahap bawahnya telah basah kuyup. Lasmi membiarkan tanganku menyusup kebalik celana dalamnya, serasa gundukan belum ditumbuhi tidak sedikit bulu, tetap ada satu dua serta sangat halus.
“Basah” dalam benakku saat telapak tanganku merayap diatas permukaan tempiknya, Lasmi terus berani memberiku peluang dengan sedikit membuka himpitan pahanya.
Naluriah, demikian istilahnya. Jari telunjuk serta jari manisku pelan menggosok samping kanan serta kiri tempiknya sementara jari tengahku menemukan sebuah biji kacang klentit miliknya. Terus basah saat aku pelan menggosok-gosok tanganku dengan kaku, maklum belum biasa sih.
Telapak tanganku penuh dengan cairan kental serta lembab. Aku terus menggosok-gosokkan tangannku, hangat, lembab serta licin.
Sementara Lasmi tidak melepaskan genggaman tangannya di kontolku, kalau tadi di tahap kepala kini di tahap pangkalnya yang berbulu.
Aku menurunkan celana dalamnya hingga kebatas lutunya serta dengan kakiku aku lepaskan. Aku menindihnya dimana sebelumnya tangan Lasmi yang menggenggam kontolku aku terlentangkan, membikin sepasang payudaranya yang sempat tertutup sedikit kaosnya membusung.
Lasmi seakan-akan mengiyakan apa yang bakal aku lakukan, berarti sungguh dirinya mencintaiku.
Pernyataan cinta yang dengan cara iseng aku lontarkan nyatanya mendapat sambutan yang sedemikian dasyatnya. Sungguh dirinya saat ini pasrah terlentang di bawahku. Sementara aku, hanya nafsu yang berputar-putar didalam otakku. Ulangan Fisika pada jam pertama dengan pak Anton sang guru killer dimana tidak ada ampun bagi yang tidak masuk pelajarannya tanpa surat keterangan apalagi saat ulangan telah tidak aku pikirkan.
Aku rentangkan lutut Lasmi biar pinggulku sedikit leluasa menindih tubuhnya. Lasmi hanya menurut saja. Aku genggam batang kontolku, aku arahkan kelobang vaginanya. Naluri laki-lakiku seakan-akan dengan cara otomatis bekerja.
Saat tahap kepala menempel di tahap lembut serta basah aku hebat napas untuk mengurangi keteganggan.
“Sreet…”
Terasa kepala kontolku menyibak sesuatu ketika pinggulku aku tekan sedikit. Lasmi sedikit mengrenyitkan dahinya tanda ada sesuatu yang aneh.
“Sreet…”
Kembali semacam menyobek sesuatu. Saat ini Lasmi menggigit bibir tahap bawahnya, wajahnya sedikit tegang sementara wajahku pun demikian, genggaman tanganku sedikit gemetar ketika aku dorong pantatku kebawah.
“Sreet… sreeettt…”
“Mpphhh…”
Erangan lirih dari mulut Lasmi katika separuh kontolku telah menghujam masuk. Tetesan darah perawan menetes, bagai ajaran sungai Mahakam menetes disela-sela dipan bambu yang kami pakai untuk bergelut. Menetes kebawah, berjatuhan tetes demi tetes keatas tanah yang berdebu.
Aku hebat keatas pantatku serta dengan pelan aku tekan kembali kebawah, hari ini tanganku telah tidak menggenggam berganti menopang tubuhku yang merapat diatas tubuh Lasmi.
“Sreettt…”
“Aaahhhh…!”
Lasmi menjepit pantatku dengan kedua pahanya yang sedikit terangkat menahan perih saat semua kontolku untuk pertama kalinya menembus vaginannya. Serta saat ini semua batang kontolku telah menghujam kedalam liang surgawi tempiknya.
Tangannya menggenggam erat, pahanya menjepit kuat pantatku serta wajahnya terus terpejam. Aku berbagi kecupan lembut kebibirnya lalu dirinya mulai menangis. Serta memeluk tubuhku dengan erat dengan tidak melepaskan jepitan pahanya di pantatku justri kakinya yang terangkat di letakkan diatas betisku.
Berlahan pantatku aku mainkan naik-turun, untuk menenangkannya aku membisikkan sesuatu ketelinganya,
“Sakit…?”
“Aku tahan, aku sayang kamu…”
Suara berderit pada dipan bambu menahan tubuh kami saat kontolku aku maju-mundurkan, Lasmi tidak melepaskan pelukannya serta kedua kakinya tetap berada diatas betisku serta hari ini jepitan pahanya di pantatku sedikit mengendor.
“Plak… plak… plak…”
Kelamin kemi mengeluarkan bunyi khas saat saling bergesekan serta suara itu adalah pertama kalinya kami dengar.
20 menit berlalu dari aku sukses memerawani Lasmi, aku terus memainkan kontolku maklum tetap jejaka jadi maju-mundur, maju-mundur terus tanpa ada variasi. Toh dengan demikian lambat laun rasa perih pada Lasmi mulai hilang, aku pun demikian.
Lasmi mulai mencari-cari bibirku serta aku menyambutnya dengan mengulum lidahnya serta memilinnya dengan lembut.
“Hhhmmppp…”
“Hhhhhhh…”
“Sayang…”
10 menit kemudian Lasmi mengencangkan pelukannya serta kembali pelan menguatkan jepitannya.
“Plak… plakk… plakkk…”
Aku terus menghujaninya dengan goyangan kontolku, sesekali aku berlahan untuk hebat napas. Lumayan pegel juga nyatanya, palagi rambut kontolku yang telah mulai lebat lenyodok-nyodok vaginanya yang belum berambut membikin rasa perih padanya menjadi sebuahsensasi mengenakkan, menggugah birahi yang sedikit bertidak lebih dampak rasa perih.
“Hhggghh…”
“Aahhhhh…”
Lasmi mengejang, rona wajahnya memerah, napasnya tertahan manakala birahinya menanjak menghantam ubun-ubun serta bagai sebuahhempasan gelombang menerjang apa saja lalu padam terkulai Lemas. Tidak sedikit energi yang telah dikeluarkan.
Aku terus menggenjot saat Lasmi telah jatuh terlentang, kedua kakinya terkulai mengkangkang. Aku topang badanku dengan kedua tanganku hari ini pantatku leluasa naik turun. Lesatan kontolku di dalam vaginanya bagai terpedo yang diluncurkan dari sebuah kapal selam. Semacam ada sesuatu yang bakal keluar aku percepat gerakan pantatku naik-turun. Serta…
“Ahhhhhh…”
“Crott.. croot.. crooot…”
Bersamaan dengan aku semprotkan air maniku tiba-tiba,
“Gubraaak…”
Dipan yang kami pakai rubuh sebab beban goyangan yang aku lakukan.
“Ah!”
“Aduhh…”
Kami jatuh berguling, Lasmi tetap aku peluk jadi dirinya menindih tubuhku. Kontolku terlepas dari tempiknya, spermaku muncrat kemana-mana. Dampaknya, kontolku yang tetap “ereksi” tertimpa pantatnya Lasmi.
“Dipan sialan,” demikian umpatku.
“Telah keropos.”
Lalu kami berdiri, Lasmi memandangku saat aku meringis menahan ngilu di kontolku yang tertimpa pantatnya.
“Sakit?”
“He-eh”
Sambil berdiri dimana aku tetap telanjang bulat, Lasmi mengulurkan tangannya, memegang kontolku yang telah terkulai seraya memberbagi pijitan-pijitan lembut.
Aku tumpangkan kedua tanganku keatas pundaknya.
“Hari ini kami bolos ya?”
Aku hanya tersenyum, aku biarkan tubuhku bugil dihadapannya. Lasmi sambil membersihkan dengan tangan kirinya badanku yang sedikit berdebu memandangku mesra, duh bening mata itu menusuk lekat ke dalam kalbuku.
“Padahal aku jam pertama ada ulangan fisika.”
“O ya?”
“Biar saja,” sambil aku belai rambutnya yang tergerai.
“Masih sakit?”
“Sedikit.”
“Enakan sekarang?”
“He-eh”
Lasmi mengocok berlahan-lahan serta kontolku semacam diurut tangan lembut, berlahan kontolku mulai tegak kembali. Aku belai payudaranya yang tertutup kaos serta seragamnya telah tersibak tidak karuan. Aku cium kembali bibirnya sementara Lasmi terus serta terus mengurut-urut kontolku.
“Mmmpphhh…”
“Di kamar yuk?” Lasmi meraih seragamku serta menggandeng tanganku masuk melalui pintu belakang dimana dirinya memegang anak kunci.
Setiap dirinya pulang duluan rutin melalui pintu belakang sedangkan adiknya pulang bersama orangtuanya.
Lasmi langsung melepas seragam putih birunya yang telah awut-awutan, sebercak darah perawan tetap sedikit meleleh di selangkangannya, Lasmi langsung merebahkan diri keatas ranjang. Serta aku pelan menempatkan diri keatas tubuhnya, pantatku berada ditengah-tengah selangkangannya.
“Bleesss…”
Kontolku langsung menyusup ke dalam vaginannya. Aku ciumi wajahnya serta melumat bibirnya. Sontak Lasmi merengkuh tengkukku serta aku meremas payudaranya. Sepasang anak manusia bertelanjang bulat saling memagut, memadu cinta, membakar api birahi.
Pikiranku lepas terbang, telah tidak ada batas sama sekali diantara kami padahal baru semalam aku berbicara cinta, itupun hanya kesiengan belaka. Ah, seusai ini semua begitu kejam serta jahatkah aku? En tahlah, itu urusan belakang saat ini kontolku tertanam didalam vaginannya.
“Ahh-hh…”
Lasmi menggeliat saat aku mulai kembali aksi kontolku naik turun. Perih serta pedih berganti kenikmatan, bagai sebuah gada dengan kepala membesar membikin sensasi nikmat saat bergesekan.
Hari ini aku tidak butuh kuatir ranjangnya bakal ambruk, ranjang berderit-derit saat aku menggoyangkan pinggulku. Semacam tadi Lasmi memelukku dengan erat serta sepasang kakinya mengait hari ini tidak diatas betisku melainkan lebih naik keatas pantatku.
Desah napasnya terus memburu di dekat telingaku serta hari ini tidak memerlukan waktu lama Lasmi telah mulai mengejang serta mesikipun dirinya mencoba menahan tapi desakan biologisnya lebih kuat.
“Aahhh…”
Tanpa sadar Lasmi melenguh dengan kerasnya ketika hingga dipuncak birahinya serta dalam hitungan detik pula aku mengikuti.
“Aakkhhh….”
“Croottt… crooottt… crooottt…” aku semburkan airmaniku kedalam rahimnya, entah apa yang bakal terjadi telah tidak aku pikirkan.
Aku biarkan kontolku tetap menancap di vaginanya serta “pluppp…” terlepas serta terkulai lemas.
Jam 10 aku kembali kekamar kosku dibelakang rumahnya seusai sebelumnya untuk yang ketiga kalinya aku menidurinya. Uh, pegal semua badanku. Khususnya kontolku langsung bekerja keras. Aku langsung mandi untuk menyegarkan badan, kosku tetap sepi sebab semua tetap kerja hingga jam 17 kecuali mbak Srini seorang guru SD paling jam 1 telah pulang, bapak kosku juga pergi biasanya ke pasar untuk mancari hiburan bermain catur, maklum pensiunan. Serta akhirnya aku tertidur sampa sore hari.
Praktis semenjak kejadian itu antara aku serta Lasmi telah tidak ada batas apapun, kedua orangtua serta adiknya rutin pergi jam 6.30 jadi memberiku kebebasan untuk bercinta dengannya.
“Hai pah,” demikian Lasmi menyebutku Pah. Lucu juga kedengarannya tapi asyik juga tapi satu faktor hingga saat ini aku tidak mencintainya. Ah, sayang, aku terbukti jahat sekali.
Padahal dirinya mencintaiku dengan tulus.
“Hai,” sapaku pula ketika melalui kamarnya, dirinya hanya mengenakan kaos oblong jadi beha warna kuning yang dirinya pakai terkesan.
Sedangkan dirinya hanya mengenakan celana dalam warna pink dengan sedikit tersipu dirinya meraih rok seragam biru yang tergolek di ranjang serta menutup tahap depannya.
Barusan aku dengar suara motor orang tuanya pergi ke sekolah. Lalu dirinya semacam biasa memberiku kode melalui pintu belakang, sebentar aku menoleh serta tidak ada orang. Kawan-kawan kosku tetap pada tidur kecuali mbak Srini seornag guru SD kawan kosku juga telah berangkat.
Aku langsung mengunci pintu serta memeluknya sambil melumat bibirnya,
“20 menit,” pintanya tegas.
“Oke”
20 menit bagiku telah cukup, maklum dirinya masuk jam 6.55 sedangkan aku jam 7.15. Tanpa butuh komando kami langsung naik keatas ranjang sementara Lasmi terkesan pasrah dengan dada membusung dibalik kaos oblongnya serta celana dalam warna pink.
Tanganku meraih kaos yang diekanakannya serta luar biasanya keatas bersamaan dengan behanya, akupun demikian membuka baju seragamku hingga aku bugil. So, kontolku telah nafsu langsung ereksi.
Ups…!
Dingin empuk manakala Lasmi meremas kontolku saat aku hendak menindih sedikit tubuhnya sambil meremas payudaranya.
“Hmmmppp…”
Payudaranya bergetar saat aku merabanya dengan lembut, mengeras saat aku meremasnya, menggelinjang saat putingnya aku pilin dengan jemariku serta,
“Paaahh…”
merintih saat aku susupkan wajahku diantara sepasang gunung kembarnya dam memberbagi gigitan mesra yang meninggalkan tanda merah kebiruan di kulitnya yang kecoklatan.
Aku menurunkan ciumanku keatas perutnya, berputar-putar diatas pusarnya,
“Aahhh…”
Lasmi merintih geli, refleks genggamannya terlepas dari kontolku serta mesra mengusap kepalaku dengan tangan kirinya sementara tangan kananya tersibak keatas.
Cewek usia 14 tahun pastinya di kelaminya belum ditumbuhi rambut lebat, berbagai tipis serta baru mulai tumbuh tampak saat aku merayap turun dari perutnya kebawah pangkal selangkanagnnya. Aku geser posisiku dengan hebat keatas pinggulku, dengan posisi itu Lasmi mulai memberanikan diri mengusap kontolku sambil memandang lekat-lekat kontolku.
“Besar” pikirnya, itu aku tahu kemudian dari buku hariannya yang aku ambil saat dirinya kekamar mandi. Aku belum berpengalaman dalam session ini, maka langsung aku julurkan lidahku menjilati langsung klentit serta semuanya serta menghisap memakai mulutku.
“Hhmmppphh…”
“Akkhhh…!”
Tidak dinyana Lasmi terkejut dengan apa yang aku lakukan, refleks dirinya mengatupkan pahanya jadi kepalaku terjepit. Refleks juga genggamannya di kontolku mengencang, tapi dirinya tidak memejamkan matanya.
Dipandangnya kontolku yang telah mengeluarkan cairan bening tanda birahi dari ujung kepala kontolku.
“Masukin pah, telah siang,” pintanya sambil menggeser tubuhku darinya.
Aku merebahkan tubuhku keatasnya, Lasmi membuka kedua kakinya, memberiku kebebasan mengarahkan kontolku serta,
“Blesss…”
Kontolku melesat masuk kedalam liang vaginanya yang telah basah langsung hingga kedasarnya, hangat, lembut serta kenyal. Kontolku semacam diremas oleh kelembutan serta kehangatan, dipilin oleh cairan birahi serta kami pagi itu menyatu dengan tubuh bugil.
Lasmi memelukku serta kembali semacam sebelumnya mengaitkan kedua kakinya keatas pinggulku serta aku memacu, melesatkan berulangkali kontolku kedalam tempiknya. Saling menderu napas kami berkejar-kejaran, sesekali Lasmi tersipu malu saat dirinya membuka kelopak matanya serta aku sangat dekat diatasnya memandang tajam kearahnya, tersipu dengan rona wajah memerah serta menyembunyikannya kebawah pundakku. Aku terus menayunkan pinggulku naik turun, suara-suara yang akhirnya terbiasa di telinga kami mengiringi derit ranjang yang terdengar pelan sebab goyangan kami.
“Paahhh…”
“Sayanggg…”
Hentakan birahi merayap keujung kontolku, dengan sekuat tenaga aku berusaha menahannya. Sementara dengan tegang memelukku erat serta mengapitkan kedua pahanya kuat-kuat di pinggulku. Dinginnya udara pagi dengan jendela berkaca nako menyebabkan kami terus birahi.
“Ahhh…”
Lasmi melenguh, mengejang, bergetar serta jepitan vaginanya meremas-remas kontolku saat aku hentakkan-hentakkan hingga dasar vaginanya dimana rambut kelaminku menggesek-gesek klentitnya saat beradu.
Dalam hitungan detik, akupun mengejang, sambil menggigit belakang telinganya serta tangan meremas payudaranya aku hujamkan kuat-kuat kontolku.
“Ak-akkk-akkhhh…!”
“Croot… serrr… croot, croot… crooot…”
Kami terdiam, Lasmi telah terkulai lemas dengan bersimbah peluh serta aku biarkan kontolku terjepit vaginanya yang berdenyut-denyut lembut. Aku memeluknya serta desah napas kami yang semula menderu-deru berlahan-lahan mulai teratur.
“Pah, dah siang loh, aku tidak mau bolos lagi,” Lasmi mengingatkanku sambil tersenyum.
Lalu aku kecup bibirnya serta tampak di leher belakang telinganya mengecap gigitanku. Saat kami berpakaian tampak hampir sekujur tubuhnya penuh dengan “cupang”-an serta gigitan mesraku.
Payudara kirinya mengecap jemari kananku tadi saat aku bakal orgasme. Lasmi tersenyum saat aku memandang tubuhnya,
“Hasil karyamu pah,” seraya memakai kembali behanya.
“Karya abstrak mah,” lalu aku hampiri dirinya serta aku belai kelaminya yang tetap melelehkan spermaku.
“Tidak dicuci dahulu mah”
“Enggak ah, biarin aku tetap merasakan milikmu pah.”
Jam menunjukkan pukul 7.50 saat Lasmi mengayuh sepedanya serta aku berlangsung ke jalan besar untuk menantikan angkutan umum. Biasa, buat cari senggolan apalagi jam mendekati waktu masuk.
Pernah sebuahketika aku mewakili sekolahku dalam ajang lomba mengfoto, lumayan aku mempunyai bakat mengfoto. Sebelum jam 1 aku telah kembali, aku longokkan kepalaku tampak Lasmi sedang mengerjakan PR-nya. Menontonku dirinya beranjak keluar melalui pintu belakang.
Darah mudaku seketika bergelora, aku hampiri serta aku lumat bibirnya.
“Hampir jam 1 pah,” demikian dirinya mengingatkan, berarti 30 menit lagi orangtuanya pulang.
Sontak aku minta dirinya nungging dengan kedua tangan diatas dipan bambu (telah diganti dengan yang baru) lalu aku sibakkan rok yang digunakannya, celana dalamnya aku plorotkan serta lidahku dengan cepat menjilati tempiknya.
Ups, he… he… sedikit pesing, sebodo amat. Lalu aku arahkan kontolku ke vaginanya serta,
“Sleeebbb… bleeesss…”
“Ahhhh…”
Lasmi terkejut serta sedikit meringis menahan perih tapi hanya sebentar serta napasnya telah mulai tidak beraturan. Berselang lima menit dengan mencengkeram tepian dipan bambu sambil “mekangkang” Lasmi menggeliat seraya melenguh kuat.
“Aahhhh…”
Aku pegang pantatnya dengan kedua tanganku, aku sodokkan kedepan serta kebelakang pantatku jadi kontolku leluasa melesak keluar serta kedalam. Lalu aku remas dengan mencengkeram pantatnya manakala kontolku memuntahkan spermaku.
“Ahhhh… hh… ahhh…”
“Serrr… serrr… serrr…”
Cairan kental putih muncrat didalam vaginanya seraya memunculkan bunyi “ceplak-ceplak-ceplak”, belum puas aku teruskan genjotanku hingga-sampai Lasmi hampir jatuh terkulai kalau saja tidak aku topang pinggulnya dengan kedua tanganku.
Semangat mudaku menggelora, aku terus memacu serta memacu. Kontolku yang semula terasa ngilu sebab telah melontarkan airmaniku berlahan kembali memperoleh kekuatannya. Aku mati-matian supaya kontolku seusai mengeluarkan airmani tidak terkulai.
Aku paksa semangatku supaya cepat meraih birahi kembali.
Lasmi hanya menggigit bibirnya, lemas sekali. Sendi-sendinya serasa mau lepas, napasnya tersengal-sengal. Rasa pening menghantam kepalanya tapi tempiknya nyatanya tidakmau kompromi, berlahan cairan birahi membasahi gesekan kontol serta tempiknya.
Lasmi tidak kuasa menahan hentakan birahi yang berlahan mulai merambat naik ke ubun-ubunnya. Merayap ke semua ujung syarafnya, jantungnya berdegup dengan kencang, matanya terbelalak dengan semua otot diwajahnya menyembul menyebabkan rona wajahnya memerah.
“Akkk… hhhhhh…!”
“Crooot… crooot… crooot…”
“Ah…”
Bersamaan kami dihempas oleh puncak birahi, bersamaan kami dihantam oleh kenikmatan surgawi serta bersamaan kami jatuh terjerembab keatas dipan bambu serta seakan-akan dunia terasa melayang. Lasmi jatuh tanpa daya keatas dipan menyisakan lelehan sperma di selangkangannya dibawah tonjolan pantatnya, nyatanya dirinya pingsan!
Disekolah aku tergolong siswa yang biasa-biasa saja, sedangkan Lasmi tergolong kategori siswa kelompok “dodol” atau “bego” serta kategori cewek “non nominasi” pantes saja aku radak “GR” langsung main tancep pedang aja. Hebatnya aku tidak puas hanya sekali, paling sedikit dua kali, inikah kegunaaan dampak rendaman air teh basi? Mungkin kali ya ha… ha…
Telah tiga bulan aku setubuhi Sulasmi, selagi itu pula dirinya tidak hamil. Luar biasa, membikin aku ketagihan. Sungguh tidak ada waktu lowong aku dengan dirinya untuk tidak bermain sex. Terus terang serta terang terus, aku memperlakukan Lasmi sebagai obyek serta bukan sebagai subyek, duh terbukti aku sadari aku betul-betul jahat. Sering Lasmi kurang lebih jam 2 siang menyusup masuk ke kamarku, meminta jatah disaat kedua orangtuanya istirahat siang.
Share: