388cash388cash

Cerita Sex: Sang Pejabat


Di Cengkareng seseorang telah menantikan kedatanganku serta kami langsung meluncur menuju Hotel Regent yang letaknya aku sendiri tidak tahu dimana, yang jelas di Jakarta. Ini adalah pertama kali aku mendapat bookingan untuk terbang melayani tamu di Jakarta, bagiku tamunya sih tidaklah hebat meskipun termasuk VIP, telah biasa kuperbuat, tapi yang agak beda adalah aku yang terbang menemui dia.
“Tolong layani dirinya dengan baik, dirinya seorang pejabat tinggi di negeri ini” begitu pesan penjemputku yang adalah orang suruhan GM yang mengatur perjalanan serta booking-anku.

Sesampai di hotel kami langsung menuju ke kamar yang telah disiapkan, ditinggalnya aku sendirian menantikan tamuku yang katanya pejabat tinggi itu, dirinya menantikan beliau di lobby. Jarum jam menunjuk ke angka 11:30, mungkin kelak baru jam 12.00 tamuku bakal datang, berarti ada waktu 30 menit untuk menyegarkan diri di bathtub.

Sebelum aku beranjak menuju kamar mandi, terdengar telepon berdering, segera kuangkat.
“Halo, Selamat Siang, ini Lily?” Tanya suara dengan nada berat.
“Siang, betul saya sendiri, ini siapa?” tanyaku balik, padahal hanya GM serta tamuku saja yang tahu keberadaanku.

“Bapak sebentar lagi nyampe, mungkin 15 menit lagi, kalian santai aja dulu menantikan beliau”
“Siap Boss ” jawabku santai, kubatalkan agenda ke kamar mandi.
Sambil menantikan kedatangan beliau, kurapikan make up yang agak acak-acakan selagi perjalanan di pesawat.

Nyatanya tidak hingga 15 menit bel kamar berbunyi, segera kusambut kedatangan beliau yang katanya pejabat tinggi itu. Didampingi seorang ajudan serta orang yang menjemputku tadi, masuklah bapak pejabat itu, segera kukenali bahwa dirinya adalah seorang Menteri yang tetap aktif pada suatu  departemen yang lumayan disegani, namanya sebut saja Pak Usman.
“Bapak tidak punya waktu, kawani dirinya dengan baik, oke” pesan yang sama kuterima lagi,

“Selesai Boss” jawabku singkat, sebab dirinya bukanlah pejabat tinggi yang pertama kali kulayani, sehingga tidak ada rasa canggung alias minder berhadapan dengan beliau.
“Pak kami di lobby, kalau ada apa apa just call me” katanya pada Pak Usman lalu mereka meninggalkanku berdua.
Aku maklum, sebagai seorang Menteri pasti acaranya sangat padat tapi tetap sempat juga dirinya meluangkan waktu untuk kebahagiaan dunia yang satu ini.

Kami mengobrol ringan, biasa sekedar menghapus kekakuan pada orang yang pertama kali berjumpa. Seperempat jam berlalu, Pak Usman telah menggeser duduknya di sebelahku, kusandarkan kepalaku di pundaknya, beliau membalas dengan rangkulan serta elusan di rambut.
“Kulepas dulu ya Pak, biar nggak terlalu ribet serta lebih santai” kataku sembari melepas blazer hitam yang menutupi tubuhku.
Sesuai pesan dari GM yang mem-booking, aku diminta mengenakan pakaian resmi semacam orang kantoran, biar nggak terlalu mencolok, katanya. Kuturuti permintaannya, kukenakan setelan Blus merah tanpa lengan dipadu dengan rok hitam yang sedikit di atas lutut, Blazer hitam menutupi tahap atasku ditambah stocking sewarna kulit menghiasi kakiku.

Pak Usman luar biasaku dalam pangkuannya, diciuminya pipi serta leher jenjangku, tangannya telah menggerayang di daerah dada, meraba dengan remasan ringan. Kami berciuman, tangan beliau telah menyelinap di balik blus merahku, remasannya terus keras. Aku merosot dari pangkuannya, berlutut diantara kakinya, sengaja kugoda dengan membuka resliting celananya serta kukeluarkan kejantanan yang telah tegang mengeras. Tidak ada yang special, sama dengan umumnya tapi not so bad untuk seusia beliau, kuremas serta kupermainkan jari jemariku pada penisnya, beliau mulai mendesis, matanya melototi tanganku yang putih terampil bermain di penis coklatnya.
“Masukin” perintah beliau pelan tapi tegas semacam memerintah anak buahnya, agak ragu aku meperbuatnya, apalagi dengan penis yang coklat kehitaman, terlihat tidak lebih bersih.
Menonton keraguanku, Pak Usman memegang kepalaku, ditekannya ke arah penis hingga wajahku menempel di selangkangannya.
Sambil mengumpat dalam hati aku hanya tersenyum manja mendapat perlakuannya, bukan sehari ini kualami perlakuan kasar serta sok kuasa dari tamuku, mentang mentang aku dibayar, semua kupendam dalam dalam, anggap saja sebagai resiko pekerjaan.
“Lepas dulu bajunya Pak, ntar kusut” kucoba mengalihkan perhatian dengan mencopot baju safarinya.
Sesaat aku terbebas dari tekanannya, kulepas baju serta celananya sekaligus, akupun ikutan melepas blus serta rok-ku, menyisakan bikini merah tua serta stocking.
Kucoba hebat perhatiannya dengan menonjolkan ke-sexy-an tubuhku, dengan gerakan erotis satu persatu kulepas sisa sisa penutup tubuhku, tali bra merosot ke lengan, perlahan kuturunkan serta kulepas hingga terpampanglah kedua bukit indahku, celoteh kekaguman keluar dari mulut beliau.
Aku sengaja ingin membikinnya terpesona bakal kemolekanku, agar terhindar dari paksaan permainannya, bagiku lebih baik dirinya yang aktif menikmati tubuhku dari pada aku wajib terjebak alur permainan yang tidak aku sukai, apalagi dengan beliau yang usianya lebih tua dari Papaku.
Bra yang telah terlepas kulempar ke muka beliau, dirinya tersenyum saja, saat kusodorkan kedua buah dadaku di hadapannya, tangannya langsung meraih serta meremas remas gemas sambil mempermainkan putingku. Langsung kuraih kepalanya yang agak botak serta kubenamkan di dada, beliau menuruti kemauanku, lidahnya menjilati putingku dengan cara bergantian lalu mengulum dengan penuh nafsu.
Tangannya yang mulai menjelajah di selangkanganku kutepis halus, belum waktunya, bisikku. Aku kembali menjauh melanjutkan gerakan menggoda, pelan pelan kulorotkan celana dalam mini yang tetap menempel, tapi sebelum benar benar terlepas Pak Usman menerkamku, hamper terjatuh aku dibuatnya, untung dengan sigap beliau meringkus tubuhku, serta kamipun terjatuh di ranjang sambil tertawa lepas. Kami berangkulan bergulingan di ranjang, beliau melumat bibirku dengan ganas. Aku menggelinjang geli ketika ciumannya menyusuri leher serta dadaku, kuluman kasar penuh nafsu bermain main di puncak bukitku, terasa agak nyeri dengan kekasarannya.
Kubiarkan dirinya menjamah seluruh tubuhku dengan bibir, lidah serta tangannya, bahkan ketika dua hingga jari tangannya mengocok vaginaku, akupun hanya mendesah pasrah menerimanya. Berbagai kali turun naik dari kepala hingga kaki dirinya menjelajah seluruh tubuhku, termasuk punggung serta pantat, semacamnya tidak ada sejengkalpun tubuhku yang terlepas dari jamahannya, tidak kusadari kalau stockingku telah tidak berada ditempatnya.
Puas menikmati tubuhku, kutuntun penisnya ke selangkangan, tanpa usapan pemanasan beliau langsung melesakkan kejantanannya ke liang senggamaku. Aku tersentak kaget dengan kekasarannya, tapi tidak berjalan lama saat Pak Usman mulai kocokannya dengan tempo tinggi. Kejengkelanku perlahan lahan berubah menjadi kenikmatan berbagai menit kemudian, nyatanya alunan permainannya sukses membuaiku mengarungi lautan nikmat bersama sama, desahankupun mulai terdengar penuh gairah.
Kuangkat kedua kakiku yang tetap bersepatu ke pundaknya, beliau tersenyum sambil mempercepat sodokannya, aku menggeliat nikmat seraya meremas remas buah dadaku sendiri. Belum sempat aku menggapai puncak kenikmatanku, ketika Pak Usman tanpa tanda tanda langsung menyemprotkan spermanya ke vaginaku, kurasakan cairan hangat membasahi serta memenuhi liang senggamaku, ada sedikit sedih tapi bukanlah hakku untuk menuntut lebih. Kuraih penisnya saat ditarik dari vaginaku, dengan melalaikan rasa jijik kukocok dengan tanganku, beliau menjerit geli, lalu kuusapkan ke buah dadaku.
“Kamu terbukti nakal serta pandai menggoda orang” komentarnya, aku hanya senyum senyum saja seraya beranjak ke kamar mandi membersihkan diri.
Ketika aku keluar, Pak Usman telah berpakaian rapi bersiap untuk pergi.
“Lho kok buru buru sih Pak, kan tetap belum jam satu” aku merajuk bergelayut di lengannya menggandeng duduk kembali di sofa.
Masih telanjang kukawani beliau menghabiskan waktu hingga jam satu, tetap 20 menit lagi, walau aku tidak terlalu menikmati bercinta dengannya, tapi telah tugas pekerjaanku untuk membikinnya merasa perkasa serta dibutuhkan. Dua batang rokok telah beliau habiskan sambil ngobrol, mendekati pukul satu tanganku menggerayangi selangkangannya, telah kembali tegang, apalagi menonton aku yang rutin telanjang disampingnya.
“Sekali lagi ya Pak” rayuku seolah aku ketagihan serta minta lagi.
“Jangan waktu kembali ke kantor” tolaknya tanpa berusaha menghentikan tanganku yang membuka resliting serta mengeluarkan penisnya. Matanya terpejam ketika tanganku mengocoknya.
“Sebentar aja ya Pak” kataku, tanpa menantikan jawabannya aku lansung ambil posisi di pangkuannya, kami saling berhadapan.
Kubasahi penisnya dengan ludahku, begitu tubuhku turun, kembali penisnya hanyut dalam vaginaku. Aku diam sesaat memantau expresi kenikmatan yang terpancar diwajah beliau, kupeluk kepalanya serta kutempelkan di antara buah dadaku.
Pantatku bergerak maju mundur mengocok penisnya, beliau mendesah, terus cepat goyanganku, terus deras desahannya. Beliau membalas dengan sedotan kuat pada putingku bergantian.
Goyanganku makin cepat bervariasi, maju mundur lalu berputar kemudian berbalik arah, serta tidak lebih dari lima menit beliau telah mengerang orgasme, tubuhnya kaku mencengkeram pantatku, kurasakan denyutan yang tidak sekeras sebelumnya, hanya enam denyutan lalu menghilang. Aku tetap belum beranjak dari pangkuannya hingga napasnya normal kembali, dengan hati hati aku turun agar tidak ada sperma yang tercecer ke pakaiannya, tapi tetap saja berbagai tetes keluar tentang celananya, beliah hanya tersenyum menepuk pantatku.
“Kamu terbukti nakal” katanya sambil mencubit kedua pipiku.
“Udah dulu ya, ntar Bapak telat ke kantor ” kataku menggoda saat membersihkan penis serta kukecup lalu memasukkan kembali ke celananya.
Kuperiksa kerapihan pakaiannya sebelum meninggalkan kamar.
“See you kelak sore selepas jam kantor” katanya sehabis mengecup bibirku serta keluar kamar.
“Dasar si tua tidak tahu diri” gerutuku sepeninggal beliau.
Kuhabiskan setengah harian di kamar tanpa keluar, menantikan kedatangan Pak Usman kelak sore, makan siang kupesan dari Room Service. Seusai mandi membersihkan diri, kurebahkan tubuhku di ranjang hingga tertidur. Tapi tidurku tidak dapat nyenyak, lebih dari 4 kali Pak Usman maupun suruhannya meneleponku, baik melewati HP maupun ke hotel, sekedar menanyakan apakah telah makan alias apakah ingin jalan alias pertanyaan lainnya yang menunjukkan perhatiannya.
Tetapi semua itu bagiku adalah cerminan ketidak percayaan padaku, mungkin mereka mengira kalau aku bakal pergi menerima tamu lainnya selagi Pak Usman tidak ada. Pasti saja aku tidak sempat meperbuat itu, aku wajib bersikap professional serta loyal pada tamu yang telah mem-booking.
30 menit sebelum pukul 5 sore, aku bersiap menyambutnya, kukenakan lingerie hitam yang sexy tanpa bra serta bikini lagi, sungguh kontras dengan kulit putihku. Aku ingin memberinya kejutan saat beliau masuk ke kamar ini. Cocok pukul 5 sore Pak Usman telah berada kembali di kamar ini, rupanya dirinya tidak mau membuang waktu dengan percuma, begitu jam kerja selesai lansung meluncur ke hotel yang letaknya hanya 10-15 menit perjalanan. Sorot kekaguman serta sejuta pujian langsung terucap menonton penampilanku yang begitu erotis serta menantang, kulihat beliau menelan ludah semacam kucing yang menonton ikan siap santap di atas meja.
Pak Usman langsung memelukku, dengan sepatu hak tinggi yang kukenakan, relative aku lebih tinggi, bibir beliau yang berada cocok di leherku segera beraksi, menciumi leher serta bahu hingga lengan. Sambil bersandar di dinding, kubiarkan Pak Usman menyusuri seluruh lekuk tubuhku dengan bibir serta lidahnya, tangannya bergerilya menjarah di daerah selangkangan serta jarinya langsung menyelinap di liang kenikmatanku yang tidak mengenakan celana dalam. Kubuka kakiku lebih lebar, aku ingin menikmati bagaimana kepala Pak Menteri yang terhormat berada di selangkanganku, peristiwat itulah yang paling aku sukai kalau melayani pejabat tinggi.
Pak Usman dengan rakus melahap kedua buah dadaku, disedot dengan kuatnya, aku menggelinjang geli. Begitu bernafsunya beliau mengulum hingga tubuhku terdorong ke belakang, terduduk di meja sebelah TV. Ciuman Pak Usman telah berpindah ke paha, lingerie yang kukenakan tidak diijinkan dilepas walau telah random acakan menempel di tubuhku.
Peristiwat yang kutunggu dari tadi kian dekat, terus menjadi kenyataan saat beliau mulai menjilati klitoris serta bibir vaginaku. Kubentangkan kakiku terus lebar, terus masuk pula kepala beliau di selangkanganku. Lingerie yang dari tadi tersingkap di perut kututupkan di atas kepala beliau, hingga hanya tampak badannya saja sementara kepalanya berada di selangkanganku tertutup lingerie.
Entah telah puas alias pengap berada di selangkanganku, beliau hebat kepalanya keluar, baru kusadari kalau aku belum meperbuat sesuatu pada beliau, tetap rapi tertutup baju safarinya.
Aku tersenyum memandang wajahnya yang kemerahan dilanda nafsu, hidungnya kembang kempis seakan ingin menelanku bulat bulat. Sembari membuka resliting celana aku mengecup dahi botaknya, kukeluarkan penisnya yang telah keras menegang serta kutuntun ke arah gerbang surga dunia.
Tidak sama dengan tadi siang, hari ini beliau begitu romantis serta penuh perasaan melesakkan penisnya menyusuri liang sempit serta basahku sambil kami tetap berciuman bibir. Penisnya keluar masuk vaginaku pelan pelan, seakan ingin menikmati setiap detik serta setiap kenikmatan yang timbul, tangan beliaupun pelan meraba serta mengelus buah dadaku, tidak ada kekerasan dalam irama permainannya. Lima menit berlalu dalam tempo romantis, satu persatu kulepas pakaiannya tanpa menghentikan permainan kami, lingerie tetap menempel di tubuhku meskipun praktis tidak karuan lagi letaknya.
Kami berganti posisi seusai beliau akhirnya melepas lingerieku, menyisakan stocking hitam serta sepatu, dari belakang sama sama berdiri menghadap cermin, aku dikocok tetap dengan tempo lamban. Dari pantulan cermin dapat kulihat expresi kepuasannya saat bercinta, beliau rutin menyibakkan rambutku jika menghalangi wajahku dari cermin.
Kami seakan menonton adegan sex di layar cermin dengan peranan diri sendiri, mungkin ini meningkatkan erotis beliau dapat menonton bagaimana menyetubuhi gadis muda secantik aku. Sebaliknya dengan aku yang rutin menutup mata rapat rapat saat beliau menengadahkan wajahku ke arah cermin, malu aku menonton diriku sendiri sedang disetubuhi laki laki seusia Papaku, bahkan mungkin lebih tua.
Tiba tiba Pak Usman menghentakku keras disusul denyutan kuat dari kejantanannya menghantam dinding dinding vaginaku, aku kaget, menggeliat serta menjerit, tidak menyangka beliau mengakhiri dengan sentakan kuat semacam itu, membanjiri vaginaku dengan sperma hangatnya, tangannya mencengkeram buah dadaku dengan kuatnya, terasa sedikit sakit. Berbagai detik seusai itu kami terdiam dalam posisi tetap kecuali tangannya yang beralih membelai punggung serta rambutku, beliau tetap menikmati pemandangan kami di cermin.
“Kamu terbukti hot serta pintar” katanya sambil mencabut kejantanannya.
Aku berbalik, kuraih kejantanannya yang mulai lemas lalu kuusap usapkan ke tubuhku, aku tahu dari pengalaman bahwa tidak sedikit laki laki menyukai faktor ini.
“Bapak juga hebat, dapat lama semacam itu” jawabku menghibur serta terbukti untuk ukuran seusia beliau bercinta 10 menit telah adalah faktor yang hebat, biasanya malah tidak lebih dari 5 menit, cuma besar di nafsu saja.
Kami menghabiskan sore hingga malam dengan penuh gairah, Kulayani Pak Usman 2 babak lagi, walau masing masing tidak sempat lebih dari 10 menit, sebelum akhirnya beliau meninggalkanku kembali ke istrinya lewat tengah malam.
“Besok pagi aku bakal datang sebelum kalian kembali ke Surabaya” pesannya sebelum meninggalkanku, aku hanya tersenyum mendengar kerakusannya.
Aku tidak tahu bagaimana beliau menghindari sorotan orang atas keberadaannya di hotel, tapi aku yakin beliau telah biasa meperbuat serta telah punya tutorial sendiri untuk menghindar. Hingga aku check out siang hari, nyatanya beliau tidak sempat datang menemuiku, entah apa yang terjadi, mungkin ada agenda mendadak. Tidak ada sesal sama sekali atas ketidak hadirannya, justru aku bersukur tidak wajib melayani nafsu si tua itu lagi.
Selama melayani beliau berbagai babak, dari siang hingga tengah malam, aku tidak sempat mendapat orgasme sekalipun, tapi aku tidak sedih apalagi rugiinya, toh semua itu tahap dari pekerjaanku. Orang suruhan GM-pun tidak sempat nongol alias menelpon, akupun pergi sendiri ke Cengkareng tanpa ada orang lagi yang memperhatikan semacam kemarin, apalagi tiket pulang pergi tetap ditangan, sehingga bukanlah persoalan besar bagiku. Yang penting semua pembayaran jasaku telah ditransfer sebelum keberangkatanku ke Jakarta. Itulah manusia, seusai selesai yang dikehendaki langsung melupakan lainnya.

Share: