388cash388cash

Cerita Sex Olahraga Nikmat



Ririn anaknya termasuk imut serta manis untuk gadis seumuranya. Entah mengapa, aku ingin sekali ngentot denganya, aku ingin menikmati celah meqi Ririn, yg kubayangkan pastilah tetap sangat sempit. Ooohhh… gairahku kian bergelora sebab memikirkan faktor itu, Aku mencoba cari cara, bagaimana caranya keperawanan Ririn bisa aku bisakan serta kurasakan. Kutunggu saja waktu cocoknya dengan sabar. Tidak terasa, berakhirlah film xxx yg sedang kita lihat. Suara Ririn akhirnya memecahkan keheningan.

“Oom, tuh Burungnya berdiri lagi.” kata Ririn sambil menunjuk ke arah batang penisku yg terbukti sedang tegang.
“Iya nih Ririn, tp biarin saja deh, gimana dengan filmnya?” jawabku santai.
“Keren kok Oom, persis seperti apa yg papa serta mami perbuat, serta Ririn ada berbagai pertanyaan buat Oom nih.” Ririn sepertinya ingin menanyakan sesuatu.
“Pertanyaannya apa?” tanyaku.
“Kenapa sih, kalo olahraga gituan wajib masukin Burung ke… apa tuh, Ririn ngga ngerti?” tanya Ririn.

“Oh itu.., itu namanya Burung dimasukkan ke celah kencing alias disebut juga celah meqi, tentu papa Ririn juga meperbuat faktor itu ke mami kan?” jawabku menerangkan.
“Iya benar Oom, papa tentu masukin Burungnya ke celah yg ada pada meqi mama.” Ririn membenarkan jawabanku.

“Itulah seninya olahraga beginian Ririn, bisa diperbuat sendiri, bisa juga diperbuat berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa.” kataku memberi penjelasan ke Ririn.
“Ririn telah boleh ngga Oom.. meperbuat olahraga seperti itu?” tanya Ririn lagi.
Ouw.. inilah yg aku tunggu.. dasar rejeki.. rutin saja datang sendiri.
“Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mami serta papa.” jelasku.
Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yg kuharapkan.

“Ririn wajib tahu, apabila Ririn meperbuat olahraga beginian bakal merasa lelah sekali namun juga bakal merasakan nikmat.” tambahku.
“Masa sih Oom? Tp kayaknya ada benarnya juga sih, Ririn lihat sendiri mami juga sepertinya merasa lelah tp juga merasa kenikmatan, hingga menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis.” Ririn yg polos rupanya telah mulai berminat serta sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.
“Emang gitu kok. Ee…, mumpung tetap siang nich, mami Ririn juga tetap lama pulangnya, kalo Ririn terbukti ingin olahraga beginian, kini saja gimana?” aku telah tdk sabar ingin menonton pesona kemaluannya Ririn, pastilah menarik.
“Ayolah!” Ririn mengiyakan.

Terbukti rasa ingin tahu anak gadis seusia Ririn benar-benar besar. Ini adalah faktor baru bagi Ririn. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Ririn merasakan apa yg belum sempat dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yg menempel di tubuhku telah kulepas. Aku telah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras serta tegang. Baru sempat seumur nasibku, aku telanjang di hadapan seorang gadis beRirin berusia 12 tahun. Ririn hanya tersenyum-senyum memandangi batang penisku yg berdiri dengan megahnya. Mungkin sebab kebiasaan menonton papa serta mamanya telanjang bulat, jadi menontonku telanjang bulat adalah faktor yg tdk aneh lagi bagi Ririn.

Kusuruh Ririn untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Ririn protes, namun seusai kukabarhu serta kucontohkan kenapa mami Ririn telanjang bulat, serta kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab terbukti telah begitu sewajibnya. Akhirnya Ririn mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku menonton Ririn melepaskan pakaiannya dengan mata tdk berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yg dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Kini Ririn tinggal mengenakan kaos dalam serta celana dalam saja.
Di balik kaos dalamnya yg lumayan tebal itu, aku telah menonton dua benjolan kecil yg mencuat, pastilah puting susunya Ririn yg baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Ririn telah membuka kaos dalamnya itu serta seperti apa yg kubayangkan, puting susu Ririn yg tetap kuncup, membenjol terkesan dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yg biasa kulihat serta kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka telah merekah serta matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.
Toket Ririn terbukti belum nampak, sebab sebab faktor usia. Bakal namun puting susunya telah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol lumayan besar serta mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Ririn coklat kemerahan, aku menonton puting susu itu menegang tanpa Ririn menyadarinya. Lalu Ririn melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, meqi Ririn tetap berupa garis lurus, seperti tidak sedikit milik anak-anak gadis yg tidak jarang kulihat mandi di sungai. Vagina yg belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, tetap gundul. Aku sungguh-sungguh menonton pemandangan yg menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya.
“Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.”
Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Ririn berbicara.
“Oke, kini dimulai yaaa…?”
Kuberi tanda ke Ririn agar tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Ririn untuk menciuminya, Ririn mengijinkan, rupanya sebab sangat ingin alias sebab Ririn terbukti telah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku tidak lebih tahu. Yg penting bagiku, aku merasakan Ririnng perawannya serta menyetubuhinya siang ini.
Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir serta lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Ririn hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yg kuperbuat kepadanya.
Seusai puas aku menciuminya, “Ririn, boleh ngga Oom netek ke Ririn?” tanyaku meminta.
“Tp Oom, tetek Ririn kan belon sebesar seperti punya mama.” kata Ririn sedikit protes.
“Ngga apa-apa kok Ririn, tetek segini malahan lebih nikmat.” kilahku meyakinkan Ririn.
“Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja.” jawab Ririn akhirnya memperbolehkan.
“Dijamin deh ngga sakit, malahan Ririn bakal merasakan enak serta nikmat yg tiada tara.” jawabku lagi.
Segera saja kuciumi puting susu Ririn yg kiri, Ririn merasa geli serta menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Ririn mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Ririn melenguh menahan geli serta nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yg satunya lagi kupelintir-pelintir.
“Oom, kok nikmat banget nihhh… oohhh… nikmaattt…” desah Ririn kenikmatan.
Ririn terus merancau kenikmatan , aku sangat bahagia sekali. Seusai sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu telah memerah serta sangat tegangnya. Ririn telah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang penisku.
“Ririn, kocok dong Burungnya Oom Agus.” aku meminta Ririn untuk mengocok batang penisku.
Ririn mematuhi apa yg kuminta, mengocok-ngocok dengan tdk beraturan. Aku memakluminya, sebab Ririn tetap amatir, hingga akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Ririn tersebut, maka kuminta Ririn untuk menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Ririn untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Ririn langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat menonton vagina Ririn yg merekah. Tadinya kemaluan itu hanya seperti garis lurus, kini di hadapanku terkesan dengan jelas, buah klitoris kecil Ririn yg sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, serta yg khususnya, celah meqi Ririn yg tetap sangat sempitnya. Apabila kuukur, hanya seukuran jari kelingking celah meqi nya.
Aku perbuat sex dengan mulut, kuciumi serta hisap meqi Ririn dengan lembut, Ririn kembali melenguh. Lenguhan yg sangat erotis. Meram melek kulihat mata Ririn menahan nikmatnya hisapanku di meqinya. Kusedot klitorisnya. Ririn menjerit kecil kenikmatan, hingga tdk berapa lama.
“Oom, nikmat banget sih, Ririn bahagia sekali, terussinnn…” pinta Ririn.
Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Ririn, serta Ririn terus mendesah tdk karuan. Aku yakin Ririn hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selagi nasib.
“Oommm… ssshhh… Ririn mau pipis nich..”
Ririn merasakan ada sesuatu yg mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.
“Tahan dikit Ririn… tahan yaaa…” sambil aku terus menjilati, serta menghisap-hisap meqi nya.
“Udah ngga tahan nich Oommm… aahhh…”
Tubuh Ririn mengejang, tangan Ririn berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yg tetap berada di antara selangkangannya.
Ririn nyatanya telah hingga pada klimaks orgasme pertamanya. Aku bahagia sekali, kulihat dari bibir celah perawannya merembes keluar cairan lumayan tidak sedikit. Itulah cairan mani nikmatnya Ririn.
“Oohhh… Oom Agus… Ririn merasa lemes serta nikmat sekali… apa sih yg barusan Ririn alami, Oom…?” tanya Ririn antara sadar serta tdk.
“Itulah puncaknya Ririn.., Ririn telah mencapainya, pingin lagi ngga?” tanyaku.
“Iya.. iya.. pingin Oom…” jawabnya langsung.
Aku merasakan kalau Ririn ingin merasakannya lagi. Aku tdk langsung mengiyakan, kusuruh Ririn istirahat sebentar, kuambilkan seperti obat dari dompetku, obat dopping serta kusuruh Ririn untuk meminumnya. Sebab sebentar lagi, aku bakal menembus celah perwannya yg sempit itu, jadi aku ingin Ririn dalam keadaan segar bugar.
Tdk berapa lama, Ririn kulihat telah kembali fit.
“Ririn… tadi Ririn telah mencapai puncak pertama, serta tetap ada satu puncak lagi, Ririn ingin mencapainya lagi kan..?” bujukku.
“Iya Oom, mau dong…” Ririn mengiyakan sambil manggut-manggut.
“Ini kelak bukan puncak Ririn saja, namun juga puncak Oom Agus, ini finalnya Ririn” kataku lagi membahas.
“Final?” Ririn mengernyitkan dahinya sebab tdk paham maksudku.
“Iya, final.., Oom ingin memasukan Burung Oom ke celah meqi Ririn, Oom jamin Ririn bakal merasakan sesuatu yg lebih nikmat lagi dibandingkan yg tadi.” akhirnya aku katakan final yg aku maksudkan.
“Ooh ya, tp.. Oom.. apa Burung Oom bisa masuk tuh? Celah meqi Ririn kan sempit begini sedangkan Burungnya Oom.. gede banget gitu…” Ririn sambil menunjuk celah nikmatnya.
“Pelan-pelan dong, ntar tentu bisa masuk kok.. cobain ya..?” pintaku lagi.
“Iya deh Oom…” Ririn dengan cara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.
Kuarahkan kepala penisku ke celah meqi Ririn yg tetap super sempit tersebut. Begitu menyentuh celah nikmatnya, aku merasa seperti ada yg menggigit serta menyedot kepala penisku, terbukti sangat susah untuk memasukkannya. Sebetulnya bisa saja kupaksakan, namun aku tdk ingin Ririn merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala penisku bisa masuk, Ririn mengaduh serta menjerit sebab merasa perih. Aku menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat.
“Blusss…”
Ririn menjerit lumayan keras, “Ooommm… Burungnya sudaaahhh masuk… kkaahhh?”
“Udah sayang… tahan ya…” kataku sambil mengelus-ngelus rambut Ririn.
Aku mundurkan batang penisku. Sebab sangat sempitnya, nyatanya bibir meqi Ririn ikut menggembung sebab berminat. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan namun pasti. Berbagai waktu, Ririn pun sepertinya telah merasakan nikmat. Seusai cairan mani Ririn yg ada di celah perawannya terus membanjir, maka celah kenikmatan itu telah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Nikmat sekali nyatanya. Hisapannya terbukti tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Ririn pun telah sedemikian tidak sedikitnya.
Sambil kuterus berpacu, puting susu Ririn kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Ririn aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Ririn telah keluar berbagai kali, sebab aku merasa kepala batang penisku seperti tersiram oleh cairan hangat berbagai kali dari dalam celah surga Ririn. Aku ganti posisi. Apabila tadi aku yg di atas serta Ririn yg di bawah, kini berbalik, aku yg di bawah serta Ririn yg di atas. Ririn seperti kesetanan, bagai cowboy menunggang kuda, oh nikmat sekali rasanya di batang penisku. Naik turun di dalam celah surga Ririn.
Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku telah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas serta Ririn di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang penisku. Aku menegang hebat.
“Crroottt… crrooottt…”
Cairan maniku keluar tidak sedikit sekali di dalam celah meqi Ririn, sedangkan Ririn telah merasakan kelelahan yg amat sangat. Aku cabut batang penisku yg tetap tegang dari celah meqi Ririn. Ririn kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Ririn langsung tertidur, aku bersihkan celah kelaminnya dari cairan mani yg perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yg terkulai lelah serta sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Ririn atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.
Keesokan harinya, Ririn mengeluh sebab tetap merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tdk tahu. Hari berlalu terus. Tidak jarang kali aku meperbuat olahraga senggama dengan Ririn, pastinya tanpa sepengetahuan Oom Joko serta Tante Linda.
Share: