388cash388cash

Cerita Sex: Ibu Temanku Selingkuhanku


Aku Budi 42 thn, telah menikah serta telah memilkki 2 anak yg lucu-lucu. Seusai membaca cerita sex di cersex.com ini, aku ingin menceritakan pangalaman nyataku dengan bunda kawanku dua tahun yang lalu terhadap pembaca seklian. Selamat membaca…

Setiab malam minggu aku punya kebiasaan min catur di rumah tetanggaku. Catur merupakan salah satu dari sekian tidak sedikit kegemaranku tidak hanya otak-atik elektronik serta berolahraga. Aku biasanya main catur dengan tetanggaku, seorang bujangan yg rumahnya tidak jauh dri rumahku. Tetanggaku ini hanya tinggal bersama ibunya saja. Kakak perempuanya telah menikah, serta ikut suaminya tinggal di lain kota
Hubunganku dengan sahabatku terjalin sangat akrab, juga dengan ibunya. Kami saling menghormati satu sama lain, meskipun beda usiaku dengan sang bunda hanya 5 tahun, dirinya 5 tahun lebih tua dariku saat itu. Hingga terjadilah momen itu, yg tidak sempat kusangka-sangka sebelumnya. Momen yg akhirnya mengubah diriku 180 derajat. Semacam pada sabtu sebelumnya, aku bermaksud main ke rumahnya buat caturan. Kupamit pada istipsu serta segera bergegas ke rumahnya.

Udara malam itu terbukti dingin sekali dampak hujan lebat selagi 2 jam yg terjadi sore tadi. Pendek kata aku telah berada di pintu rumahnya. Kuketuk pintunya, serta tidak lama pintu itu terbuka. Nyatanya si bunda yg membukanya.
“Oh Ibu, ada Teguhnya bu?” tanyaku ramah.
“Nak Budi? oh Teguhnya lagi berangkat tuh…” jawab si bunda sama ramahnya.
“Pergi ke mana, Bu?”
“Ke pesta pernikahan kawan SMUnya. Baru aja dirinya jalan…”
“Oh begitu ya?” sahutku.
“Kalau begitu, aku pamit aja deh…”
“Oh, kenapa buru-buru, kan Nak Budi baru hingga?”
“Ah, nggak. Kalau Teguh nggak ada, saya pamit aja deh…”
“Ah, jangan terburu-buru begitu. Kawani Bunda ya?” Meski agak heran dengan permintaannya, aku akhirnya menurut juga.

Kuikuti dirinya masuk. Kamipun tidak lama asyik berbincang-bincang di ruang tamunya. Hingga akhirnya si bunda menawariku kopi.
“Oh iya, Nak. Keasyikan ngobrol jadi lupa nawari minum. Sebentar saya siapkan dulu ya…”
“Ah, Ibu. Nggak usah repot-repot…”
“Ah, nggak kok. Masa repot?” kata si bunda sambil tersenyum ramah.
Seusai itu, dirinya segera beranjak ke dapur. – cerita mesum stw –
Sambil menantikan, kuambil koran terbitan hari ini yg tergeletak di meja tamu lalu kubaca-baca. Sedang asyik kubaca koran itu, tiba-tiba si bunda terbuktigil dari dapur.
“Nak… Nak, dapat saya minta tolong?”
“Oh, ada apa, Bu?” Spontan aku segera beranjak dari sofa itu serta langsung menghampirinya.

Nyatanya kompor gas si bunda agak macet serta dirinya memintaku membetulkannya. Pas sedang membetulkannya, tidak sengaja aku menonton ke arah gundukan toket si ibu. Saat itu si bunda sedang membungkuk memperhatikanku yg sedang sibuk mengutak-atik kompor gasnya yg macet. Apalagi si bunda hanya mengenakan daster yg belahan dadanya agak rendah. Aku langsung terpana menontonnya. Tidak hanya besar, toketnya juga tampak ranum serta kenyal. Tidak kusangka perempuan ini tetap mempunyai toket seindah itu di usianya yg tidak muda lagi.

Pemandangan indah itu membikin Penisku mulai tegak membesar dari balik celana jeans yg kukenakan tanpa kusadari. Aku begitu terangsang menonton keindahan toket si ibu. Si bunda yg semula perhatiannya ke pekerjaanku, tidak urung kaget juga menonton perubahan ukuran Penisku. Tapi anehnya, dirinya tidak juga mengubah posisinya. Semacamnya dirinya sih tahu aku terangsang dengan kemolekan toketnya tapi dirinya tampak cuek saja, pura-pura tidak tahu. Akhirnya seusai berusaha sekuat tenaga mengendalikan malu sekaligus mengendalikan Penisku supaya tidak terus membesar ukurannya, berakhir juga persoalan kompor itu.
“Wah, Nak Budi hebat!” pujinya di sampingku.
“Ah, nggak persoalan… cuma persoalan kecil kok Bu” sahutku.
“Kalau gitu bunda dapat minta tolong lagi?” katanya sambil menatapku nakal serta tersenyum genit.

Walau aku telah menduga apa yg bakal dirinya minta itu, tidak urung hatiku berdebar-debar juga menanti pertanyaannya. Apalagi kulihat dirinya terus mendekatkan dirinya ke tubuhku.
“A.. aaa… pa Bu?” lidahku mendadak kelu, menyadari alangkah dekat wajahnya denganku saat ini.
Sambil mendesah, si bunda mengatakan parau,
“Ibu mau kalian cium ibu…” Belum sempat menyahut, dirinya langsung berjinjit, memeluk leherku lalu mencium bibirku.

Sejenak aku terkesiap, tetapi tidak lama kemudian kami telah asyik berciuman di dapur itu. Hilang telah akal sehatku seusai bibirku bersentuhan dengan bibirnya yg tipis serta indah itu. Sambil asyik berciuman, diraihnya tangan kananku untuk meremasi toketnya di sebelah kanan, sedangkan diarahkannya tangan kiriku ke pantatnya. Tangankupun langsung bergerak terampil. Keduanya langsung bergerak nakal menjalari toket serta pantatnya yg ranum serta montok itu.
Si bunda tampak melenguh-lenguh merasakan nakalnya tanganku meremasi toket serta jari-jariku menyusuri belahan pantatnya. Di lain pihak, tangan si bunda aktif meremasi Penisku dari luar celanaku, membikin juniorku itu terus meradang saja ukurannya. Satu tangannya dirinya julurkan ke dadaku untuk meremasi puting susuku yg tercetak jelas dari balik kemeja kaus ketat yg kukenakan ini.
Ketika nafsu kami terus memuncak, dituntunnya aku ke ruang keluarganya. Di sana dengan serempak, kami saling melucuti pakaian masing-masing, jadi tidak lama kamipun telah bugil. Kupandangi dengan sepenuh nafsu tubuhnya yg bugil itu. Luar biasa! Usia boleh kepala 4, tapi bodinya tidak kalah dengan bodi para perempuan yg lebih muda.
Tanda-tanda ketuaan terbukti tidak dapat ditutupi, tapi dengan cara garis besar, dirinya tetap sangat menggiurkan bagi para lelaki mana saja yg menatapnya. Apalagi kalau telah bugil begini. Bahunya lebar, toketnya besar, ranum serta mengkal. Tidak tampak tanda-tanda melorot semacam toket para wanita seusianya. Perutnya rata, nyaris tidak ada lemaknya. Pinggangnya bundar, pinggulnya montok. Kaki serta betisnya tampak mulus serta kencang. Mungkin si bunda suka olahraga juga nih, makanya bodinya begitu terawat serta indah.
Di lain pihak, si bunda tampak tidak kalah kagumnya menontonku telanjang. Maklumlah, kegemaran olahragaku yg telah kutekuni sejak SD, membikin fisikku menjadi sangat bugar. Otot-otot kekar nan liat tampak bersembulan di sekujur tubuhku. Membikin tidak sedikit wanita tidak jarang kelimpungan kalau menontonku telanjang.
“Tubuh Nak Budi bagus banget deh… Bunda suka sama lelaki macho kayak Nak Budi ini…” kata si bunda smabil menatapku penuh nafsu.
Dia mendekatiku lalu memelukku lagi. Kedua tangannya bergerak liar, meraba-raba bukit dada serta perut simetrisku, lalu bergerak turun ke arah Penisku. Sesaat kemudian, kami kembali asyik berciuman liar serta saling meremas apa yg dapat kami remas. Hanya sebentar kami meperbuat itu. Berikutnya, kami saling menggeletakkan diri di atas karpet tebal di ruangan itu. Kami seakan tahu apa yg wajib diperbuat selanjutnya. Kami membentuk posisi 69 serta tidak lama kami telah asyik saling menjilati kemaluan lawan mainnya. Si bunda tampak bersemangat mengulum kemaluanku sambil asyik mengocoknya. Sesekali dirinya ikut menjilat serta meremasi kantung spermaku. Rasanya sangat dahsyat kulumannya. Bahkan kuluman istipsu tdk sedahsyat kulumannya.
Tampaknya si bunda ini sangatlah telah lama tdk disentuh lelaki, hingga kulumannya tampak begitu ganas. Di bawah sana, lidah serta jari-jariku tidak kalah aktifnya dengan tangan si ibu. Lidahku bergerak naik-turun sambil menjilati bibir kemaluannya, labia mayoranya serta semua yg ada di kurang lebihnya. Tangan kiriku asyik meremasi bokongnya, sedangkan jari-jari tangan kananku asyik menusuki celah mekinya. Kami terus saling merangsang sambil mendesis-desis penuh kenikmatan. Kami saling mencium, menjilat, meremas, serta menggigit dengan rakusnya.
Sampai akhirnya kami sendiripun merasa tdk tahan. Tanpa ada instruksi sebelumnya, serentak kami berubah posisi. Si bunda ambil posisi di bawah, sedangkan aku bergerak menindih di atas tubuh moleknya. Sambil tersenyum mesum, dirinya buka selangkangannya lebar-lebar. Memamerkan liang meqinya yg sangat indah nan menggiurkan itu. Membikin jakunku naik-turun berulang kali. Tidak sabar segera kutuntun Penisku ke celah mekinya. Kugesek-gesekkan sejenak kepala Penisku di bibir mekinya, sebelum akhirnya kudorong pelan.
“Ssleebb… ssleebbb… bblessshhh…” sedikit demi sedikit Penisku tertelan liang neqinya, memunculkan sensasi nikmat yg susah difotokan rasanya.
Si bunda sendiri tampak meringis-ringis nikmat merasakan sodokan kemaluanku yg hangat serta keras ini memasuki liang meqinya. Meki si bunda kurasakan tetap sempit serta legit. Tdk kalah dengan meki para gadis. Tampaknya si bunda sangat pintar dalam menjaga kemaluannya itu. Membikin batang Penisku yg ukurannya king size itu tampak agak kesusahan menembusnya. Tetapi dengan rangsangan terus menerus dariku di titik-titik erotisnya, akhirnya meki si bunda menyerah juga. Lorong yg hangat itu terasa terus basah seiring meluapnya cairan pelumasnya, dampak rangsangan lidah serta tanganku di toketnya.
Penisku terus melaju hingga hingga di tahap terdalam liang meqinya. Lalu mulai kupompa dia. Aku bergerak dalam posisi push-up di atasnya. Sementara pantatku bergerak maju-mundur mengebor mekinya. Terus lama gerak pantatku terus kupercepat. Membikin jeritan erotis si bunda terus keras terdengar. Membikinku terus bersemangat dalam menjajah celah kemaluannya. Keringat mulai mengalir deras membasahi tubuh bugil kami.
Si bunda tampak menjerit-jerit keenakan dipompa senjataku. Sepasang tangannya meremasi rambutku. Tidak jarang tangan-tangan itu aktif mencakari punggungku yg liat ini, membikin sedikit pedih di kulitnya sebab kukunya yg agak panjang itu. Aku sendiri tidak mau kalah. Sambil terus memompa Penisku dalam-dalam, aku asyik mencumbui bibirnya yg seksi. Aku juga gigit-gigit pelan lehernya yg mulus kulitnya itu. Sesekali aku menyusui sepasang toketnya yg menggiurkan itu dengan cara bergantian.
Pantat serta pinggul si bunda tampak bergoyang-goyang liar menyambut sodokan Penisku, membikinku nyaris gila sebab begitu nikmat pengaruhnya di batang Penisku. Kurang lebih 15 menit kemudian si bunda keluar. Dirinya terus erat memeluk tubuh atletisku yg basah kuyup oleh keringat kami berdua. Kubiarkan dirinya beristirahat sejenak seusai orgasmenya itu. Kemudian kembali kuserang dia. Kucoba bangkitkan gairahnya lagi dengan meremasi setiap jengkal titik erotisnya.
Tak lama kami telah asyik berciuman dengan liarnya sambil saling meremas serta meraba. Tidak perlu lama untuk membangkitkan gairahnya. Ciuman kami yg liar sukses membikinnya panas kembali. Ketika aku hendak menggaulinya lagi dengan posisi serupa, dirinya menggeleng. Dirinya berdiri lalu memintaku untuk bercinta lagi di posisi lain. Aku tersenyum mendengar permintaannya itu. Lalu segera kubopong dirinya ke atas sofa di ruang keluarganya. Di sana kami tetap sempat bergelut sebentar sebelum dirinya bergerak lagi. Dirinya naik ke atas pangkuanku membelakangiku. Dipegangnya batang Penisku yg tetap perkasa ini ke arah mekinya yg telah mulai basah kembali, lalu…
“blesshhhh….” masuk telah seluruh batang Penisku ditelan mekinya.
Pada posisi yg kedua ini, rasa nikmat yg kami rasakan terasa luar biasa. Kemaluanku yg king size ini begitu menikmati pijatan otot-otot mekinya si ibu. Di lain pihak si bunda tidak henti-hentinya mendesis kenikmatan. Kepalanya tampak bergoyang-goyang liar merasakan pompaan Penisku. Kepala kemaluanku yg besar ini rupanya sukses hingga di mulut rahimnya, serta memberbagi kenikmatan tidak terhingga baginya. Turun-naik, keluar-masuk, memompa serta dipompa, menggoyang serta digoyang. Terus lama terus liar serta cepat. Sambil memompa, tidak henti-hentinya kuremasi toketnya yg montok itu dari belakang.
Semacam tadi, kurang lebih 15 menit kupompa mekinya, dirinya keluar lagi untuk yg kedua kalinya. Sebelum aku keluar, kami sempat bercinta dalam 2 posisi lagi. Kami meperbuatnya dalam gaya berhadapan serta gaya anjing di sofa itu. Aku sukses membikinnya keluar setidak sedikit 2 kali. Masing-masing dalam setiap gaya persetubuhan yg kami perbuat. 10 menit kemudian, seusai lebih dari sejam kami bercinta, ambrol juga pertahananku. Kutarik Penisku keluar dari jepitan mekinya semenit sebelum aku hingga di puncak. Lalu kusemburkan spermaku berkali-kali ke wajah serta toket si ibu.
Spermaku yg kental serta tidak sedikit itu membasahi wajah, leher, toket serta rambutnya. Dikocoknya batangku, seakan-akan dirinya tidak puas dengan seluruh sperma yg kutumpahkan tadi. Seusainya, dirinya raih sperma-sperma itu untuk ditelannya hingga habis. Sisanya dirinya balurkan ke dada serta kedua puting susuku, untuk dirinya jilati semacam seorang anak menjilati sisa-sisa es krimnya. Membikinku meringis-ringis kegelian.
Puas bercinta, kami sama terkapar di atas sofa. Kami bercanda sambil sesekali berciuman serta saling meremas. Setelahnya aku mandi di rumahnya untuk membersihkan tubuhku dari sisa-sisa pergumulan dahsyat tadi, supaya tdk ketahuan istipsu. Berakhir mandi, si bunda membikinkanku teh manis hangat dengan cemilan ringan. Kamipun berbincang-bincang sejenak semacam tdk ada terjadi apa-apa di antara kami.
Begitu kudapannya habis serta aku hendak pamit, si bunda buru-buru mencekal lenganku. Sambil menatapku genit, dirinya beramanat aku lebih tidak jarang-tidak jarang mampir ke rumahnya. Aku hanya tersenyum saja mendengar permintaannya itu. Dirinya lalu mencium bibirku dengan sepenuh perasaan. Dirinya juga sempat meremas kemaluanku dari balik celana, sebelum dirinya melepasku di teras rumahnya Dalam perjalanan ke rumah, aku berkali-kali menghembuskan nafas panjang.
Aku tidak sempat menygka akhirnya aku berselingkuh juga. Dengan wanita yg tidak kusangka-sangka pula. Tetangga sekaligus bunda sahabat baikku selagi ini. Sebelumnya tidak sempat sekalipun aku mengkhianati istipsu selagi 15 tahun pernikahan kami. Tidak sedikit wanita di luar sana yg begitu luar biasa, tetapi tidak sedetikpun aku berminat untuk berselingkuh dengan mereka. Apalagi istipsu juga tergolong wanita yg pandai memuaskanku di atas ranjang.
Hari ini semuanya terasa tidak sama. Mesikipun aku sangat rugi telah mengkhianati istipsu, aku tidak dapat membohongi diriku sendiri kalau perselingkuhan itu nyatanya nikmat juga. Sangat nikmat malah. Ibarat kalau selagi ini kami hanya makan ‘opor’ di rumah tangga kita, selingkuh berarti kami makan ‘opor’ di luar sana, tetapi dengan variasi, rasa serta sensasi yg tidak sama.
Begitu aku hingga di depan psupaya rumahku sendiri, sesungging senyum tiba-tiba timbul di aspek bibirku. Aku merasa yakin, bahwa perselingkuhan ini bukanlah yg pertama serta terbaru kalinya terjadi dalam nasibku.
Share: