388cash388cash

Cerita Sex: Gadis Penjual Minuman


ini mengenai pria berkeluarga serta WIL nya. Aku telah berkeluarga, tapi aku punya WIL yang juga sangat kucintai. Aku telah berpendapat ia sebagai istipsu saja. Sebab itu aku bakal terbuktigilnya dalam cerita ini sebagai istipsu. Dari dialog selagi ini ia mengatakan bahwa ia ingin menontonku ‘bercinta’ dengan wanita lain.

Akhirnya tibalah pengalaman kami ini. Di hari sabtu siang itu terasa panas sekali, tiupan AC mobil yang menerpa langsung ke arahku serta ‘istipsu’ kalah dengan radiasi matahari yang tembus melalui kaca-kaca jendela. Aku sedang melaju kencang di jalan tol menuju Bogor untuk sebuahkebutuhan bisnis.

 Semacam telah direncanakan, kubelokkan mobil ke arah pom bensin di daerah Sentul. seusai tadi tidak sempat aku mengisinya. Dalam setiap antrian mobil yang lumayan panjang terkesan ada gadis-gadis penjaja minuman berenergi. Sekilas lumayan mencolok sebab seragamnya yang lumayan kontras dengan warna sekelilingnya. Dari sederetan gadis-gadis itu tampak ada seorang yang paling cantik, putih bersih, lumayan serasi dengan warna-warni seragamnya. Ia terlalu manis untuk bekerja diterik matahari semacam ini mesikipun memakai topi. Tatkala tersenyum, senyumnya lebih mengukuhkan lagi kalau di sini bukanlah tempat yang layak baginya untuk bekerja.

Aku sempat khawatir kalau ia tidak berada di deretanku serta aku tetap amblas dalam beberapa terkaan mengenainya, aku tidak sempat bereaksi ketika ia mengangguk, tersenyum serta memperkenalkan produknya.
Akhirnya dengan wajah memohon ia mengatakan,
“Buka dong kacanya..” Segera aku sadar dengan keadaan serta refleks membuka kaca jendelaku.

Istipsu hanya memperhatikan, tidak ada komentar. Meluncurlah kata-kata standar yang ia ucapkan setiap kali berjumpa calon pembeli. Suaranya enak didengar, tapi aku tidak menyimaknya. Aku malah balik bertanya,
“Kamu ngapain kerja di sini?”
“Mom, kami kan tetap butuh sekretaris, kenapa tidak dirinya aja kami coba.”
“Ya, boleh aja”, jawab istipsu.
“Gimana mau?” tanyaku terhadap gadis itu.
“Mau.. mau Mas”, katanya.

Seusai kenalan sebentar serta saling tukar nomor telepon, kulanjutkan perjalananku seusai mengisi bensin hingga penuh. Istipsu akhirnya tahu kalau maksudku yang mutlak hanyalah ingin ‘berkenalan’ dengannya. Ia sangat setuju serta antusias. Malam kurang lebih jam 20:00 HP istipsu berdering, sesuai pembicaraan ia bakal datang menemui kami.

Seusai diberi tahu alamat hotel kami, beberapa hari kemudian ia timbul dengan penampilan yang lumayan rapi. Ia cepat sekali bersahabat dengan istipsu sebab nyatanya berasal dari daerah yang sama yaitu ** (edited), Jawa Barat. Tidak hingga 30 menit kami telah merasa betul-betul sebagai sebuahkeluarga yang akrab.

Ia telah berani menerima tawaran kami untuk ikut menginap bersama. Ia sempat pamit sebentar untuk menyuruh sopir salah satu keluarganya untuk pulang saja, serta telepon ke saudaranya bahwa malam itu ia tidak pulang. Seusai cerita kesana-kemari akhirnya dialog kami menjurus ke persoalan seks. Seusai agak kaku sebentar kemudian suasana mencair kembali. Saat ini dirinya mulai menimpali meski agak malu-malu.

Singkat cerita dirinya tetap perawan, telah dijodohkan oleh keluarganya yang ia belum begitu puas. Keingintahuannya terhadap persoalan seks tergolong agak tinggi, tapi pacarnya itu sangat pemalu, tergolong agak dingin serta agak kampungan meski berpendidikan cukup. Kami ceritakan bahwa dalam persoalan seks kami rutin terbuka, punya tidak sedikit koleksi photo pribadi, bahkan hari ini kami ingin membikin photo ketika ‘bercinta’.
“Udah ah, kami sambil tiduran aja yuk ngobrolnya”, ajak istipsu.
“Nih kalian pakai kimono satunya”, kata istipsu sambil memberbagi baju inventaris hotel.

Sedangkan aku yang tidak ada persiapan untuk menginap akhirnya hanya memakai kaos serta celana dalam. Ia serta istipsu telah merebahkan badannya di tempat tidur, kemudian aku menghampiri istipsu langsung memeluknya dari atas. Kucumbu istipsu dari mulai bibir, pipi, leher, serta buah dadanya. Istipsu mengerang menikmatinya. Aku menghentikan cumbuanku sejenak kemudian meminta tamu istimewaku untuk mengambil photo dengan kamera digital yang rutin kami bawa. Tampak ia agak kikuk, tidak lebih menguasai keadaan ketika aku menolehnya.
Seusai aku mengajarinya bagaimana memakai kamera yang kuberbagi itu, kemudian kuteruskan mencumbu istipsu. Dengan terlambaten kucumbu istipsu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Saat ini tamuku tampaknya telah menguasai kondisi, ia dengan bebas mengintip kami dari lensa kamera dari segala sudut. Akhirnya istipsu mencapai klimaksnya seusai liang senggamanya kumainkan dengan lidah, dengan jari, serta terbaru dengan batang istimewaku.
Sedangkan aku belum apa-apa.
“Sekarang gantian Rin, kalian yang maen aku yang ngambil photonya”, kata istipsu.
“Ah Mbak ini ada-ada aja”, kata Rini malu-malu.
Sebagai laki-laki, aku sangat paham dari bahasa tubuhnya bahwa dirinya tidak menolak.
Dalam keadaan telanjang bulat aku berdiri serta langsung memeluk Rini yang sedang memegang kamera. Tangan kirinya ditekuk semacam bakal memegang pinggangku, tapi telapaknya hanya dikepal seolah ragu alias malu. Kuraih kamera yang tetap di tangan kanannya kemudian kuberbagi terhadap istipsu. Saat ini aku lebih bebas memeluk serta mencumbunya, kuciumi pipi serta lehernya, sedang tanganku terus menggerayang dari pundak hingga lekukan pantatnya. Pundaknya beberapakali bergerak merinding kegelian. Kedua tangannya saat ini nyatanya telah berani membalas memelukku.
Kemudian aku terbuktikunya serta merebahkannya di tempat tidur. Kukulum bibir mungilnya, kuciumi pipinya, kugigit-gigit kecil telinganya, kemudian kuciumi lehernya punuh sabar serta terlambaten. Ia hanya mendesah, kadang hebat nafas panjang serta kadang badannya menggelinjang-gelinjang. Tidak terlalu sulit aku membuka kimononya, sejenak kemudian tampak pemandangan yang lumayan mempesona. Dua bukit yang lumayan segar terbungkus rapi dalam BH yang pas dengan ukurannya. Kulitnya putih, bersih dengan postur badan yang lumayan indah.
Sejenak aku menoleh ke bawah, tampak pahanya lumayan menawan. Sementara itu onggokan kecil di selangkangan pahanya yang terbungkus CD meningkatkan panorama keindahan. Ia tidak menolak ketika aku membuka BH-nya, demikian juga ketika aku melepaskan kimononya melalui kedua tangannya. Kuteruskan permainanku dengan mengitari kurang lebih bukit-bukit segar itu.
Seluruh titik di tahap atasnya telah kutelusuri tidak ada yang terlewatkan, saat ini kedua bukti itu kuremas perlahan. Ia mendesah,
“Eeehhh..” Tatkala kukulum puting susunya, badannya refleks bergerak-gerak, desahnya pun terus jelas terdengar.
Kuulangi lagi cumbuanku dari mulai mengulum bibirnya, mencium pipinya, kemudian lehernya. Kemudian kuciumi lagi bukit-bukit indah itu, serta kemudian kupermainkan kedua puting susunya dengan lidahku. Gelinjangnya terus terasa bergerak mengiringi desahannya yang terasa merdu sekali. Petualanganku kuteruskan ke tahap bawahnya.
Ia mencegah ketika aku bakal membuka CD-nya yang adalah pakaian satu-satunya yang tersisa.
“Ya nggak usah dibuka” ujarku,
“Aku elus-elus aja ya tahap atasnya pakai punyaku”, bujukku.
Ia tidak bereaksi, tapi aku langsung saja menyingsingkan CD-nya ke bawah. Tampaklah dua bibir yang mengapit lembah cintanya dihiasi bulu-bulu tipis. Kupegang burungku sambil duduk mengangkang di atas kedua pahanya, kemudian kuelus-eluskan burung itu ke ujung lembah yang sebagian tetap tertutup CD. Agak lama dengan permainan itu, akhirnya mungkin sebab ia juga penasaran, maka ia tidak menolak ketika kulepaskan CD-nya.
Kini kami sama-sama telanjang, tidak satu helai benang pun yang tersisa. Kuteruskan permainan burungku dengan lebih leluasa. Tidak lama kemudian cairan kenikmatannya pun telah meleleh menyebutkan kehadirannya. Burungku pun lebih lancar menjelajah. Tapi sebab lembahnya tetap perawan agak sulit juga untuk menembusnya. Ketika kucoba untuk memasukkan burungku ke dalam lembah sorganya, tampak bibir-bibir kenikmatannya ikut terdorong bersama kepala burungku.
Menyadari alam yang dilewatinya belum sempat dijamah, aku lumayan sabar untuk meperbuat permainan hingga lembah kenikmatannya betul-betul menerimanya dengan cara alami. Gelinjang, desahan, serta ekspresi wajahnya yang sedang menahan kenikmatan membikinku terus bersemangat serta lebih percaya diri untuk tidak segera ejakulasi. Ia telah tidak menyadari apa yang sedang terjadi.
Akhirnya kepala burungku sukses menembus celah kenikmatan itu. Kuteruskan permainanku dengan mengeluarkan serta memasukkan lagi kepala burungku. Ia merintih kenikmatan, ia pasrah saja dengan keadaan yang terjadi, sebab itu aku yakin bahwa rintihan itu bukan rintihan kesakitan, kalaupun ada, maka bakal kalah dengan kenikmatan yang diperolehnya.
Selanjutnya kulihat burung yang beruntung itu lebih mendesak ke dalam. Aku telah tidak tahan untuk memasukkan seluruh burungku ke tempatnya yang terindah. Kemudian kurebahkan badanku di atas tubuhnya yang indah, kuciumi pipinya sambil pantatku kugerakkan naik turun.
Sementara burungku lebih jauh menjangkau ke dalam lembah nikmatnya. Akhirnya seluruh berat badanku kuhempaskan ke tubuh mungil itu. Serta..,
“Blesss….” seluruh burungku masuk ke dalam surga dunia yang indah.
Ia mengerang, gerakan burungku pun segera kuhentikan hingga liang kewanitaannya menyesuaikan dengan situasi yang baru. Seusai agak lama aku pun mulai lagi memainkan gerakan-gerakanku dengan gentle. Saat ini ia mulai mengikuti iramaku dengan menggerak-gerakkan pinggulnya. Selang berapa lama kedua tangannya lekat mencengkram punggungku, kakinya ikut menjepit kedua kakiku.
Kemudian timbul erangan panjang diikuti denyut-denyut dari lembah sorganya.
“Eeehhh…” desahnya.
Aku pun telah tidak tahan lagi untuk menumpahkan seluruh kenikmatan, segera kucabut burungku kemudian kumuntahkan di luar dengan menekan ke selangkangannya.
“Eeehhh…” erangku juga.
Kami berdua hebat nafas panjang. Seusai agak lama kemudian aku duduk, kuraih kaos dalamku kemudian aku mengelap selangkangnya yang penuh dengan air kenikmatanku. Tampak tempat tidurnya basah oleh cairan-cairan bercampur bercak-bercak merah. Ia pun segera duduk, sejenak dari raut wajahnya tampak keraguan terhadap situasi yang telah dialaminya.
Aku serta istipsu memberi keyakinan untuk tidak rugii apa yang sempat terjadi. Besok paginya aku sempat bermain lagi dengannya sebelum check out. Betul-betul sebuahakhir pekan yang sulit dilupakan. Akhirnya ia kutitipkan bekerja di perusahaan kawanku. 
Share: