388cash388cash

Cerita Sex : Tukar Guling


Sesampainya di rumah seusai terbang sana terbang sini di berbagai kota tetap di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan serta Sulawesi selagi 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu serta hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih serta penat menarik. Tetapi dengan cara psikologis justru sebaliknya, aku mulai bisa merasakan suasana rileks serta tentram. Merasa at home serta ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Faktor ini lumayan menolong keseimbangan diriku jadi tidak membuatku dilanda senewen.

Sebab penerbangan yang kuambil merupakan sore jam 6 dari Surabaya, maka tetap sore pula kurang lebih jam 7.30 aku telah mendarat serta lalu setengah jam kemudian dengan memakai jasa taksi aku telah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet sebab ini hari Minggu.

Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kita tinggal 4 orang saja. Aku yang berumur 38, isteriku 31, pesuruh laki-laki 52, serta pesuruh wanita 44. Oh ya, seusai 9 tahun menikah kita belum dikarunia anak. Jadi terus menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis sebab belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selagi ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.

Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pesuruh wanitaku sebab kebetulan dirinya pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Seusainya dirinya kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku lumayan besar dengan tetap ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali segi kiri sebab kepotong kamar-kamar pesuruh serta jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.

Benar, pintu tidak dikunci serta aku masuk dengan senyap demi membuat isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku serta dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Serta itu tidak jarang terjadi sebab aku tidak jarang bepergian dalam waktu lama pula, rekorku sempat hingga 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kita tidaklah demikian, tetapi 5 tahun akhir-akhir ini yah begitulah. Akibatnya merupakan kenasiban seks kita mulai menurun drastis frekuensinya maupun nilainya.

Hari ini aku meringkus suasana lain. Terbukti biasanya sebelum pulang aku mengumumkan isteriku bahwa dalam 2 hingga 5 hari bakal pulang. Sengaja hari ini aku tidak memkabarhu supaya lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana serta sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur siapa tahu di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada kurang lebih 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kita berada.

Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, tetapi hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.

Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya merupakan isteriku, mana mungkin aku pangling. Dirinya lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak semacam di kurang lebih kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Susah kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berjalan di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.

Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan serta makin kencang. Rasa penasaranku telah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang melihat film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku merupakan isteriku dengan pria yang tentu bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini hingga tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama semacam tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku terus ngaceng.
“Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang.
Terlambaten sekali si pria (aku telah meringkus sosok lawannya dengan jelas merupakan pria) jadi isteriku mulai bergerak meliuk-liuk serta menengadahkan kepalanya berkali-kali.
“Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.
Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan bukti diri sang pelaku pria. Mr. Karmin pesuruh priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengetahuii sosoknya. Belum sempat aku tidak sedikit berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.
“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”
Terus binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dirinya telah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga terus dilanda gairah jadi tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.
“Ahh…”
Ah isteriku akhirnya ambrol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin tetap meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang serta kekar itu (meskipun telah tua tapi tubuh pembantuku tetap gagah akibat pekerjaannya yang dengan cara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Terus kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibangun mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin telah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Terus menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku bakal dihujami oleh benda sebesar itu.
Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.
“Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”.
Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.
“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”
Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tidak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Seusai hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku serta dibalikkannya menjadi posisi menungging.
Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku terus mengobarkan hasratku.
“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”
Pompaan Mr. Karmin terus lama dibangun terus bertenaga serta terus cepat.
“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..”
Kupikir bakalan berakhir eh nyatanya isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah nyatanya si Pesuruh Wanita memergokiku sedang mengintip. Sebab jengah alias bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku merupakan suami isteri.
“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”
“Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..”
“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”
Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terbaru serta paling besar yang disertai ledakan kenikmatan menarik. Mr. Karmin akhirnya ambrol juga pertahanannya. Begitu adegan berakhir aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku tetap padat mnggembung tidak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku.
Ketika hingga dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kita saling menatap dalam kondisi bimbang serta resah. Kudekati dirinya ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berjalan selagi aku tidak di rumah.
“Telah tidak jarang kejadianya Mbok?” tanyaku. Dirinya mengangguk.
“Maafkan isteriku yah”
Entah kenapa tiba-tiba mata kita bertatapan kembali. Selagi ini dirinya tidak berani menatapku. Hari ini mungkin dirinya sedang kesepian serta masygul hatinya.
“Ayo ke kamarmu Mbok.”
Hasratku tetap tinggi serta wajib dituntaskan. Kita sekarang sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika hingga kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dirinya duduk di ranjang. Kupegang tangannya serta kuelus. Sosok wanita ini sebetulnya tidak terlalu kurang baik. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang serta hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek lumayan besar seusai kusadari saat ini. Dirinya rutin memakai kebaya serta kain.
Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dirinya lebih tua dari aku tetapi dalam kondisi begini dirinya memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Aroma minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium serta kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Terus erat dirinya mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku jadi menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang hingga akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dirinya mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka tahap dada dari kebayanya. Terbukti besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.
“Ehhmm.. Eehhf..”
Kusingkap kainnya serta kuelus pahanya.
“Ehh.. Ehhshs..”
Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.
“Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya.
Kutindih dirinya dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek hingga leher kanan kiri dengan lidahku.
“Oohh.. Paakk.. Oohh..”
Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dirinya mulai mengerti serta kita saling beradu lidah serta ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan tahap bawah diriku jadi tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.
“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang.
Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing seusai kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut hingga kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru hari ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali serta cenderung tidak rapi. Menarik. Sebab hasratku yang telah tinggi sejak tadi langsung kugumul
Dia serta menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama sebab penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut serta memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.
“Oohh.. Paakk.. Ohh..”
Dipegangi kepalaku serta ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik hari ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selagi ini.
“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”
Dia terbuktigilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga serta merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Terus dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.
“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”
Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan serta kuhujami memeknya dari belakang. Kita bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Tetapi dirinya telungkup jadi tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.
“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.
Akhirnya seusai 23 menit kita menegang bersama serta mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya hingga tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.
Kubiarkan kontolku tetap terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher serta pipinya hingga kontolku telah lemas tidak berdaya. Tanganku tetap aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang tetap mengencang. Kujilat-jilat serta kuhisap-hisap. Keringat kita campur aduk membanjiri spreinya yang telah agak kusam itu.

Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah seusai maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata telah tidak sempat lagi menggauli isteriku sendiri.
Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, tetapi aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dirinya mafhum saja. Toh ibaratnya kita semacam tukar pasangan. Sempat terbersit di kepalaku untuk meperbuat sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, sebab aku tetap merasa risih kalau rame-rame begitu.
Share: