388cash388cash

Cerita Sex Modal Chat



ini terjapada bulan Febuari 2001, aku Erlin 22 tahun, ciri-ciri diriku memiliki tinggi 165 cm serta berat 55 kg, kulit putih bersih, rambutku coklat ikal serta panjang. Kata kawan-kawanku wajahku mirip dgn seorang bintang film Hollywood Catherine Jetazones. Mereka bilang wajahku klasik serta tubuhku seksi, mungkin sebab 4 darah campuran yg kudapat dari kakek serta orangtuaku. Aku mahasiswi di PTS Bandung serta mengontrak sebuah rumah di kawasan jalan Anggrek bersama seorang kawanku yg bernama Sinta.

Sebuahhari cocoknya malam minggu aku berangkat ke warnet untuk mengerjakan tugas mengetikku serta mengecek email yg masuk. Kawan sekontrakanku sdh dari siang berangkat malam mingguan dgn pacarnya. Aku sendiri saat itu tetap sendiri serta aku menikmatinya.

Hampir 3 jam aku mengetik, akhirnya berakhir sdh tugas-tugasku, jam sdh menunjukkan pukul 8 malam. Seusai itu kubuka MIRC sebab aku berniat chatting berbagai jam. Aku masuk chanel Bandung. Tiba-tiba sebuah nickname ‘ayah_bdg’ mengajakku untuk mojok, aku pun mengobrol denganya, dialog kami makin asyik, mulai dari kuliah, kegemaran, serta sebagainya. Hingga tdk terasa hampir 1 jam aku mengobrol denganya.

Dari dialog itu aku mengenal kalau dirinya bernama Hendra, usia 40 tahun, memiliki perusahaan sendiri di Jakarta serta statusnya duda beranak satu, serta sekarang sedang ada di Bandung untuk refresing bersama anak serta baby sisternya. Pembicaraan kami pun berubah, dirinya menanyakan warnet tempat aku chatting. Tanpa curiga aku pun mengumumkannya. Lalu Hendra meminta kami bertukar nomor telpon serta photo. Aku pun memberbaginya dgn bahagia hati. Baru saja 5 menit berlalu, HP-ku berbunyi serta Mas Hendra menelponku langsung.

“Hallo.. Erlin.”
“Hallo.. ayah_bdg, wah engga nygka langsung nelpon nih..” jawabku.
“Iya.. habis Erlin cantik sih.”
“Hmm.. gini deh.., kami jalan aja yuk..! Aku jemput kalian disana yah..?”
“Boleh.. aja.” jawabku lagi. -cerita hot-
“Ok deh, tunggu 10 menit serta cari deh mobilku berplat B di depan warnet yah..!”
“Ok..” jawabku mengakhiri pembicaraan kami.

Seusai hampir sepuluh menit, Handphoneku berEdong serta Mas Hendra sudah menantikanku di tempat parkir. Kuselesaikan tasku serta kusisir rambutku, lalu kubayar jasa warnet serta berlangsung menuju tempat parkir. Kulihat sebuah mobil BMW hitam berplat B berwarna hitam, serta di dalamnya Mas Hendra tersenyum. Aku pun tersenyum serta menghampiri mobilnya lalu kubuka pintu mobilnya serta duduk di sebelahnya.
“Hallo.. ayah_bdg.” ucapku malu-malu.
“Hallo juga Erlin.., kami makan yuk..?” ajaknya sambil menjalankan mobil.

Aku pun mengangguk. Selagi diperjalanan kami cepat menjadi akrab, lagi pula kupikir Mas Hendra ganteng juga, tidak hanya badannya tinggi besar dirinya juga kebapakan.
Kami makan di Haritage Banda sambil meneruskan percakapan kami.
“Hmm.. Mas, engga pa-pa kan kalo Erlin panggil ayah saja..? Semacam nickname Mas.” tanyaku padanya.
“Ah.. boleh saja, tp khusus buat Erlin saja.” ucapnya tersenyum.
Seusai berakhir makan, tiba-tiba handphone ayah berbunyi, nyatanya dari baby sitter anaknya.

“Erlin, mau ikut Ayah engga besok..?” tanya Ayah sambil mengajakku keluar dari Haritage menuju tempat parkir.
“Terbuktinya Ayah mau kemana..?” tanyaku sambil membuka pintu.
“Ayah mau ke Ciater dgn Edo juga Cintia, baby sitter-nya.” jawab Ayah sambil menjalankan mobil keluar dari tempat parkir.
“Terbuktinya berapa hari di sana..?” tanyaku.
“Cuma dua hari.” jawab Ayah.
Akhirnya aku pun bersedia ikut, lalu Ayah mengantarku pulang ke kontrakanku.

Pagi-paginya Ayah sdh datang menjemputku. Aku pun berkenalan dgn Edo anaknya juga Cintia baby sitter anaknya. Selagi di perjalanan, Edo sdh dekat dgnku, bahkan dirinya terbuktigilku Ibu Erlin, aku sih cuek saja. Edo anaknya manis serta cerdas, sungguh kasihan dirinya ditinggal oleh ibu kandungnya sebab meninggal saat melahirkan Edo.
Akhirnya kami hingga di Ciater seusai memesan 2 kamar di sebuah hotel. Ayah, aku serta Edo berangkat berenang serta bercanda bersama. Pada saat itu kurasa kami bertiga bagai sebuah keluarga kecil yg bahagia. Seusai puas berenang, kami kembali ke hotel untuk makan, lalu aku menidurkan Edo di kamar bersama Ayah. Kami mendampinginya hingga Edo tertidur.
“Erlin.. terimakasih sebab kalian sdh baik pada Edo.” ujar Ayah sambil bangkit berdiri di depan jendela.
Aku mengikuti Ayah serta berdiri di sampingnya.
“Tdk butuh berterimakasih.., Erlin sayang pada anak-anak, apalagi Edo anak yg lucu serta pintar.” jawabku tersenyum.
“Baiklah, apabila mau istirahat, pergilah ke kamar sebelah..! Di sana Cintia pasti sdh menantikan.” ujar Ayah.
“Ok.., kalau ada apa-apa, Ayah panggil Erlin ya..!” jawabku sambil berlalu serta berangkat ke kamar sebelah.
Kulihat Cintia sdh tertidur dgn pulas. Lalu aku mengganti bajuku dgn lingerie yg biasa kupakai. Aku melamun selagi hampir 1 jam, serta anehnya aku mengkhayalkan bagaimana apabila aku menjadi istri Ayah. Itu ide gila ya pembaca..? Tp aku merasa sdh mengenal Ayah semacam bertahun-tahun. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk, Tok.. tok.. tok.
“Cintia.., Erlin..!” kata suara di balik pintu.
“Iya.., sebentar..” jawabku sambil membuka pintu.
Ketika pintu kubuka, kulihat Ayah terkejut serta menatapku lekat-lekat.
“Erlin, kalian cantik sekali.” ujar Ayah sambil tersenyum.
“Ah.., bisa saja.” jawabku sambil merapikan lingerie yg kupakai.
“Kebetulan Ayah mau ngajak kalian makan, Ayah memesan pizza tadi.”
“Wah.. Erlin suka tuh, tp Cintia sdh tidur Yah..!” ucapku singkat.
Akhirnya aku serta Ayah berangkat ke kamarnya. Kami duduk di sofa sambil menikmati pizza juga melihat televisi.
“Erlin.., Ayah sayang padamu.” kata Ayah tiba-tiba sambil menggenggam tanganku, aku tersenyum serta entah kenapa dengan cara spontan kucium kening Ayah.
“Erlin juga.” ucapku.
Ayah memeluk tubuhku serta aku membiarkannya. Lalu kurasakan Ayah menatap mataku dlm-dlm.
Kamu cantik sekali.” ujar Ayah lalu mengecup hidungku, aku diam saja serta menikmatinya.
Ayah terus berani, diciuminya seluruh wajahku hingga kurasakan hembusan napasnya yg hangat. Aku pasrah sebab menyukainya, lagi pula ada ajaran aneh pada tubuhku yg menuntut lebih tidak sedikit lagi. Lalu Ayah mendaratkan bibirnya di bibirku, dilumatnya serta kubalas dgn mengulum lidahnya lembut. Kuluman Ayah membikinku mulai susah bernapas. Sementara itu tangan Ayah mulai menurunkan tali lingerie-ku hingga buah dadaku terkesan setengahnya.
Ditariknya tubuhku untuk berdiri serta aku menuselaluya. Sambil terus melumat bibirku, kedua tangan Ayah luar biasa-narik lingerie-ku hingga akhirnya terjatuh di antara kakiku. Ayah mengelus-elus punggungku yg sdh telanjang serta mendorong tubuhku supaya duduk di sofa. Kupandangi Ayah yg sedang membuka kimono-nya, luar biasa..! Aku menyukai badannya yg berbulu. Lalu Ayah membuka CD-nya, aku melongo sebab kagum. Batang Ayah sangat panjang serta besar, belum lagi bulu-bulu di kurang lebihnya.
Ayah mendekatiku, kemudian berjongkok di antara kakiku. Dielus-elusnya memekku yg tetap terbungkus g-string. Aku melenguh saat jari-jarinya mengelus belahan memekku. Kemudian Ayah hebat CD-ku hingga terlepas. Lalu Ayah tersenyum sebab melihat memekku merekah di depan matanya. Ayah mencium bibirku serta aku membalasnya, kurasakan buah dadaku tergesek-gesek bulu-bulu dadanya yg membikinku kegelian.
Ciumannya makin liar sebab sudah beralih ke telinga serta leherku. Aku mulai mendesah pelan, kuusap-usap rambut Ayah dgn lembut. Ayah meneruskan jilatannya pada puting payudara kananku, dijilatnya beruputar-putar serta berulang-ulang, membikinku terus mendesah. Payudara kiriku diremas-remasnya dgn lembut. Napasku mulai memburu sebab perlakuan Ayah pada kedua buah dadaku. Selagi berbagai saat aku hanya mendesa-desah.
“Ayahh.., ohh.., ohh..!”
“Ayah ingin menjadikanmu sebagai istipsu, kalian mau Erlin..?” tanya Ayah menghentikan jilatannya di buah dadaku.
Aku menatap matanya serta kuanggukkan kepalaku sebab aku tdk bisa berpikir apa-apa lagi, sebab nafsuku sdh tinggi. Ayah tersenyum serta melumat bibirku sambil mengelus-elus buah dada ku yg sdh basah oleh air liurnya. Lalu Ayah menyuruhku membawa kedua kakiku ke atas sofa serta merengganggkannya lebar-lebar.
Kemudian Ayah mendekatkan kepalanya di memekku yg sdh basah, serta mulai menjilatinya. Aku mendesah saat ujung lidahnya menyentuh memekku,
“Ohh..!”
Ayah terus menjilatinya dengan cara teratur serta berulang-ulang. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku menahan kenikmatan. Ayah terus menjilatinya serta mulai menyedot-nyedot klitorisku. Aku meracau sambil menjambaki rambut Ayah.
“Ahh.. teruss.. teruss, enak Yahh..! Ohh..!”
Ayah terus menyedot-nyedot serta aku pun berteriak seiring dgn menjepit kepala Ayah kuat-kuat. Kusemburkan cairan kewanitaanku serta Ayah menjilati serta menghisapnya pelan sekali. Mungkin dirinya tahu aku menahan ngilu pada memekku. Ayah lalu mencium buah dadaku serta menghisapnya lumayan lama hingga aku terangsang kembali. Aku langsung menggenggam batangnya yg sdh tegang itu. Kuelus-elus, kemudian kumasukkan dlm mulutku. Kujilat-jilat, kugigit-gigit lembut kepala batangnya. Ayah melenguh mengusap-usap rambutku.
“Erlin.. teruss.. Sayangg..! Hisapp teruss Sayangkuu..! Ohh..!” desahnya.
Aku terus menghisap serta mengeluar-masukkan batang Ayah dlm mulutku terus cepat, kukocok-kocok terus cepat serta kuat.
“Akhh.. ErlCintia.. Ayahh.. mauu.. keluarr..!”
“Crett.. Crett.. Crett..!” batang Ayah menembakkan spermanya ke dlm mulutku aku tersedak serta menelan sperma Ayah.
Kuhisap-hisap ujung k0ntolnya hingga bersih, Ayah melenguh serta roboh di sampingku. Kemudian kucium bibir Ayah.
“Erlin sayang Ayah..!” ucapku sambil membiarkan Ayah meremas buah dadaku.
Lalu Ayah menggendongku sambil terus melumat bibirku, dibaringkannya tubuhku di samping Edo.
“Ayah.., kelak Edo bangun.” ucapku pelan.
“Ssstttt..!” guman Ayah sambil membawa Edo serta dibaringkannya di sofa.
Kemudian Ayah mendekatiku serta menindih tubuhku, diciumnya bibirku dgn hangat. Tangannya meremas-remas pantatku, lalu bibirnya turun di atas buah dadaku serta diciumnya sambil dihisapnya bergantian. Aku hanya mendesah keenakan ketika dibukanya kedua kakiku serta Ayah berjongkok serta mulai menjilati memekku. Aku mendesah-desah tdk kuat, tp Ayah terus menjilati serta menghisap-hisap memekku yg sdh basah lagi. Ayah pun semacamnya sdh tdk tahan, jadi diarahkannya batangnya ke celah memekku. Kemudian digesek-gesekkannya kepala batangnya yg plontos itu di belahan memekku berulang-ulang. Aku melenguh menahan sensasi nikmat di daerah memekku.
Seusai terus basah, Ayah menekan kepala batangannya untuk masuk lebih dlm pada celah memekku.
Diperperbuat semacam itu aku berteriak,
“Akhh.. sakitt.. Yah..!”
“Tahan sedikit Sayang..!” ujar Ayah menenangkanku.
Kemudian Ayah mencobanya lagi hingga berkali-kali. Serta akhirnya, Blessh.. Ayah menekan batangnya dlm sekali hingga selaput daraku robek. Aku menjerit menahan nyeri serta merasakan memekku begitu sesak.
Ayah mendiamkan aktifitas tubuhnya sambil mengelus-elus tubuhku. Tdk terasa air mataku menetes seusai berbagai saat ayah menggerakkan pinggulnya serta mulai mengeluar-masukkan batang kemaluannya. Aku melenguh nikmat sekaligus perih. Ayah menggenjotku selagi 10 menit. Memekku sdh terus basah serta aku menjerit sebab memperoleh orgasme lagi. Kurasakan memekku berdenyut-denyut. Ayah mendiamkan batang kejantanannya di dlm memekku sambil menyedot-nyedot buah dadaku.
Kemudian Ayah mencabut batangnya serta menyuruhku menungging. Kurasakan memekku dimasuki kembali batang kemaluan Ayah, seusai itu mulai dikeluar-masukkan kembali ke memekku dgn pelan. Sementara itu tangan Ayah tetap meremas-remas serta luar biasa-narik puting buah dadaku dgn kuat. Aku mulai mendesah menahan rasa nikmat.
“Ayahh.., ahh.. teruss.. sodokk.. sodokk.. nikmat sekali..!” racauku tdk tahu malu.
Ayah terus menekan serta hebat batangnya terus cepat, serta aku terus meracau tdk karuan.
“Akhh.., ErlCintia suka.. ohh.. teruss.. ahh..!”
Ayah terus meyodok memekku dgn kuat, aku pun memaju-mundurkan pantatku jadi persetubuhan kami sangat menggairahkan. Aku serta ayah mendesah-desah penuh kenikmatan.
“Ohh.. auhh.. akhh..!” aku pun makin keras mendesah.
Ayah terus cepat mengeluar-masukkan batang kejantanannya.
“Ahh.. Erlin mau keluarr.. Yahh..!” teriakku sebab aku bakal orgasme.
Ayah terus gencar menyodok-nyodok memekku sambil terus luar biasa-narik serta meremas-remas buah dadaku. Sodokan-sodokan pada memekku membikinku menjerit sebab merasa tdk tahan lagi.
“Akhh.. ehhmm..!” lenguhku.
Tubuhku lemas sambil memeluk Ayah kuat-kuat. Sebab Ayah belum orgasme, Ayah terus mengeluar-masukkan batangnya tanpa memperdulikan memekku yg tetap ngilu.
“Ohh.. ahh.. ErlCintia engga kuatt.. aughh..!” teriakkanku malah makin membikin Ayah terus cepat menghujamkan batangnya pada memekku.
“Ayahh.. hampirr.. Sayang.., tahan sebentar.. ohh..!” lenguh Ayah.
Lalu kurasakan Ayah memelukku erat-erat seiring dgn tembakan spermanya, rasanya hangat serta nikmat. Tubuhku lunglai serta Ayah tetap mendiamkan batangnya berada dlm memekku. Kami berpelukan sambil mengatur napas.
Seusai agak tenang, Ayah mencabut batangnya. Kemudian kami berciuman dgn mesra, lidah kami saling berpaut diselingi hisapan-hisapan Ayah di lidahku. Tangan Ayah pasti saja meremas-remas buah dadaku. Terus lama kami terus terangsang kembali. Ayah memainkan puting buah dadaku, dijilat-jilatnya dgn rakus serta terus menghisap dgn penuh nafsu. Aku mulai mendesah merasakan memekku basah kembali. Ayah meneruskan jilatannya ke perutku, kemudian menyuruhku membawa serta melipat kedua kakiku ke atas hingga berada di antara kepalaku. Dgn posisi ini sdh jelas memekku yg basah terbuka lebar di depan matanya.
Ayah menjilat-jilat memekku sambil menusuk-nusukkan lidahnya di antara belahan memekku. Mendapat rangsangan semacam itu aku mendesah tdk terkendali lagi.
“Ohh.. Ayahh.. enak sekali.. teruss.. ohh.. hisapp teruss..! Hisapp.. memekk Erlin.. ohh..!”
Ayah terus cepat menghisap-hisap memekku yg banjir oleh cairan kewanitaanku. Aku terus merengganggkan kedua kakiku lebar-lebar supaya Ayah lebih bebas meperbuat gerakannya.
Jilatan-jilatan di memekku yg enak itu membikinku memohon-mohon.
“Ohh.. Ayahh.., masukkan..! ErlCintia.. mohon..!” pintaku pada Ayah.
Ayah pun menggesek-gesekkan batang kejantanannya di memekku yg becek. Aku melenguh nikmat, mulutku mendesis-desis tdk tahan. Ayah memasukkan batangnya pada celah memekku.
Penetrasinya itu membikinku terus meracau,
“Oh.. nikmat Yahh.. mmmpphhhhh.. lebih cepat.. ohh.. nikmat sekali.. sodok.. terus.. memek Erlin Yahh..! Akhh.. mmff.. ohh..!”
“Iya Sayangku. Ayahh.. suka memek kamu.. ohh.. ErlCintia..!” racau Ayah membalasku.
Genjotan ayah di memekku terus cepat serta liar hingga terasa menyentuh rahimku.
“Erlin.. mau keluar Yahh.., ohh..!” teriakku.
“Ayahh.. juga Sayang.., ohh..!”
Crett.. Crett.. Crett..! Kami berdua menjerit, bersamaan itu kurasakan tembakan sperma Ayah yg kuat. Ayah mencium bibirku. Sebab kelelahan, kami pun tertidur lelap.
Paginya saat kami bangun, Edo naik ke ranjang.
Dia yg tdk mengerti apapun tersenyum manis sambil mengatakan,
“Edo juga mau.. bobo ama Ibu Erlin yah.”
Kami hanya berpandangan dgn penuh kemesraan sambil memeluk Edo.
Keesokannya ketika aku datang ke kamar Ayah, dirinya sedang berbaring di tempat tidur. Kudekati serta duduk di tepian ranjang.
“Kenapa Edo serta Cintia berangkat jalan-jalan tanpa Ayah..?” tanyaku pada Ayah.
“Ayah sedikit pusing Sayang.” jawab Ayah sambil tersenyum.
“Hmm.. Erlin pijit ya..?” Ayah pun mengangguk.
Aku pun memijit dahi Ayah sambil menatap matanya. Mungkin sebab gemas, Ayah hebat kepalaku serta mencium bibirku dgn lembut, lalu dikulumnya serta dihisap-hisapnya lidahku, aku pun membalasnya. Tiba-tiba tubuhku ditarik ke sampingnya serta Ayah menindihku sambil menciumi leherku, kemudian kembali lagi melumat bibirku yg basah.
Ayah hebat baju ketat yg kupakai. Aku pun menolong Ayah melepaskan seluruh pakaiannya hingga kami berdua sudah telanjang. Lalu Ayah berbisik di telingaku.
“Sayang.., Ayah ingin bercinta dgnmu.” aku hanya tersenyum.
Tanpa dikomando, Ayah mencium bibirku serta tangannya sibuk meremas-remas buah dadaku.
Aku pun mulai meresponnya dgn desahan,
“Ahh.. Ayahh..!”
Ayah meneruskan jilatannya ke leherku, ketiak serta mengakhirinya di buah dada kiriku. Dijilatinya seluruh buah dada ku hingga basah.
Lalu Ayah berdiri menuju selangkanganku. Aku pun mengangkangkan kedua kakiku serta kurasakan jari Ayah menyibakkan memekku. Jilatan lidahnya membikinku tersentak serta medesah tdk karuan, apalagi Ayah meperbuatnya berulang-ulang. Refleks kakiku bergerak menjepit kepala Ayah, tp Ayah memegangi kedua kakiku supaya tetap dlm posisi mengangkang. Yg kurasakan saat itu merupakan jilatan-jilatan Ayah yg sungguh luar biasa. Cairan kewanitaanku meleleh keluar terus menerus.
“Ohh.. Ayahh.. Erlin engga kuatt lagi.. ahh..!” jeritku sambil mencengkram seprei yg kami tiduri.
Seusai hampir 10 menit menjilati serta menghisap-hisap memekku, akhirnya aku mencapai orgasme, kujepit kepala Ayah. Ayah pun bangkit, kemudian tubuhku ditindihnya, bibirnya mencium bibirku dgn sangat bernafsu. Tangannya tdk mau kalah meremas-remas buah dadaku dgn kuat. Lalu Ayah bersimpuh di antara pahaku serta menggesek-gesekkan jempolnya di belahan memekku yg tetap basah.
Aku medesah keenakan,
“Ahh.. Ayahh.. enakk.. Sayangg.., nikmat sekalii..!”
Aku terus membuka kakiku lebar-lebar, Ayah dgn sigap mengarahkan batang kejantanannya yg sdh menegang itu ke memekku. Lalu kurasakan gesekan-gesekan kepala batang k0ntolnya yg sangat enak serta hangat.
“Ohh.. Ayahh.., teruss.. Sayangg.. aughh.. nikmat sekali..!”
Ayah pun menekan batang kemaluannyanya hingga amblas.
“Akhh..!” jeritku.
Lalu ayah mengeluar-masukkan batangnya. Saat itu juga aku mendesah-desah lagi, cairan kewanitaanku mulai keluar dari memekku.
Ayah nampaknya mengerti kondisiku, jadi dCintiaikkannya tempo gerakannya. Ditarik.. ditekan.. berulang-ulang. Dgn refleks kugoyang pinggulku ke kanan serta ke kiri. Akhirnya aku merasakan ada kekuatan yg menjalar di memekku.
Aku meracau keras,
“Ahh.. Sayang.. teruss.., Ayahh.. ohh.. ohh.. Erlin.. mauu..”
Ayah pun ikutan meracau,
“Iya.. Sayang.. ayo keluarkan.. ayo..! Supaya memekmu bisa meremas k0ntolku..! Aohh..!”
Tanpa bisa kami bendung lagi, aku serta Ayah menjerit bersamaan.
“Ayahh.. keluarr.. ohh..!”
“Ayahh.. ohh..!” jeritku sambil berpelukan dgn erat.
Kurasakan lelehan cairan keluar dari memekku. Ayah mencium bibirku, tubuh kami terkulai lemas.
Berbagai saat kami terdiam sambil berpelukan. Lalu Ayah menyuruhku berdiri di dekat meja. Aku menuselaluya saat satu kakiku dCintiaikkan di atas meja serta kedua tanganku bertumpu pada dinding. Ayah mencium bibirku, sedangkan tangan kirinya mengorek-ngorek memekku yg terbuka lebar. Aku mendesis saat jari-jari ayah menggesek-gesek klitorisku.
“Ahh.. Sayang.., teruss..! Ohh memek Erlin.. ohh..!” racauku.
Ayah tersenyum serta menimpali racauanku, namun tangannya tetap mengorek-ngorek memekku yg sdh lembab.
“Kenapa memek kalian Erlin sayang..?”
“Ohh.. Ayahh.. memek ErlCintia.. basahh.. Yahh.. ohh..!” jawabku sambil melenguh tdk kuat.
“Iya.. Sayang, memek kamuu basah.. Ayahh.. suka. Kelak k0ntol Ayah bakal bersarang di sana sayangku..!”
Mendengar kata-kata jorok Ayah, aku terus gila serta terangsang.
“Ohh.. Ayahh.. teruss.. lebihh.. cepatt..! Erlin.. mauu..” ucapku lirih.
“Mau.. apaa.. Sayang..?” ujar Ayah sambil terus menggesek-gesekkan klitorisku yg terus besar.
“Ohh.. ErlCintia.. mauu.. k0ntol Ayahh.. ahh.. Ayahh.. masukin dong..! Memek.. ErlCintia.. inginn.. k0ntol.. Ayahh..!” jawabku tdk terkendali lagi.
“Baikk.. Sayang.., memekmu sdhh tidak tahan ya..? Rasakan k0ntol.. Ayahh.. ini.. ohh..!” ujar Ayah sambil mengarahkan batang kejantanannya pada celah memekku serta menggesekkannya ke atas ke bawah.. berulang-ulang.
Aku medesah penuh kenikmatan,
“Ohh.. nikmat.. Yahh.. masukkan lagii.. ohh..!” pintaku pada Ayah.
Ayah pun langsung menekannya hingga hanyut pada memekku.
“Akhh..!” jeritku menahan rasa sakit.
Ayah mengeluar-masukkan batangnya dgn cepat. Aku terus menjerit histeris.
“Oh.. Ayahh.. enakk.. k0ntolmu.. masukk.. memekku.. ohh..!”
“Iya.. Sayang.. terimalahh.. k0ntolku.. oughh..!” lenguh Ayah sambil terus menggenjot memekku terus cepat.
Gerakanku terus liar, napas kami turun naik menahan kenikmatan yg sudah hingga pada ubun-ubun kepala kami.
Akhirnya aku menyerah sambil menjerit keras,
” Ahh.. Sayang.. memek.. Erlin.. mauu.. keluarr.. ohh..!”
“Iya.. Ayah.. jugaa.. tahan.. Sayangku.. rasakan.. pejuhku.. yg tidak sedikit ini.. ohh..!”
“Ayah, ErlCintia.. ohh.. ohh..!” desahku menyambut orgasme yg kurasa bakal meledak.
“Iyaa.. Sayang, keluarkan.. Sayang.. Ayahh.. ingin.. memek.. kalian mejepit k0ntol Ayahh.. ahh..!” racau Ayah menggenjotku keras serta sangat cepat.
Aku serta Ayah memekik bersamaan,
“Akh.. ohh..!”
“Crett.. Crett.. Crett..!” sperma Ayah memenuhi memekku.
Share: