388cash388cash

Cerita Sex: Menikmati Bidadari Pemilik Apartemen



Aku tiba di Jepang pertama kali pada awal Februari. Saat itu kota kecil tempat aku belajar tengah tertutup oleh timbunan salju. Sewaktu mencari apartemen yg kemudian kutinggali, aku hanya tahu bahwa bunda pemilik apartemennya tetap muda dan sangat cantik. Waktu itu dirinya mengantarku menengok kondisi apartemen. Dirinya mengenakan celana jean dan jaket bulu yg longgar dgn mengenakan penutup kepala yg menyatu dgn jaket yg dirinya kenakan.

Setelah menandatangani kontrak sewa, aku tdk sempat bertemu lagi dengannya hingga akhir Maret. Mesikipun dirinya tinggal di rumah besar yg hanya berada di samping kanan apartemen yg kusewa, tetapi kesibukanku di kampus membikinku rutin pulang malam. Jg kebiasaan orang yg nasib di negara empat musim, pada musim dingan rumah besar itu rutin menutup pintu dan jendelanya rapat-rapat. Pada akhir pekan, waktu kuhabiskan di dlm apartemen dgn melihat kaset video.
Pembayaran uang sewa apartemen kulakukan dgn transfer u

ang lewat bank ke rekening dia. Dari situlah aku jadi hafal namanya: Amaya Kawamura.
Amaya nyatanya sangat mengajak hasrat lelaki. Aku baru menyadarinya pada akhir bulan April. Waktu itu hari Jumat, tanggal 30 April. Aku lupa pergi ke bank untuk bayar sewa apartemen. Sementara kalau menantikan hari Senin, hari sdh menunjukkan tanggal 3 Mei. Padahal sesuai perjanjian, uang sewa bulan berikutnya wajib sdh dibayarkan selambat-lambatnya pada hari terbaru bulan sebelumnya. Maka pada malam itu aku membawa uang sewa apartemen ke rumahnya siapa tahu dirinya mau menerima uangnya dengan cara langsung.

Dia sendiri yg membukakan pintu rumahnya saat itu. Aku mengemukakan alasanku, mengapa hingga aku menyalahi kontrak perjanjian, yakni tdk bayar lewat bank. Nyatanya dirinya mengatakan, faktor tersebut tdk menjadi persoalan. Lewat bank alias langsung diantarkan, baginya tdk ada pengaruhnya. Hanya orang Jepang biasanya tdk mau repot-repot alias belum pasti punya waktu jadi mereka bayar uang sewa melewati transfer otomatis antarrekening bank.

Waktu Amaya menemuiku tersebut, aku terpesona dgn kecantikan dan kemolekan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya kurang lebih 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya putih mulus dgn bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yg indah. Dari celada jean ketat dan sweater yg dirinya kenakan, aku bisa melihat jelas postur tubuhnya. Pinggangnya berlingkar kurang lebih 58 cm. Pinggulnya melebar indah, ukuran lingkarnya tdk tidak lebih dari 98 cm. Toketnya amat montok dan membusung indah, lingkarnya kurang lebih 96 cm. Kalau dibawa ke ukuran BH Indonesia pasti dirinya memakai BH dgn ukuran 38. Sebuahukuran toket yg enak diciumi, disedot-sedot, dan diremas-remas. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik sweater yg dikenakannya.

Melihat dirinya sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh kenyal indah tersebut digeluti dari arah belakang. Butuh diketahui, aku tetap single. Mesikipun aku gemar melihat video porno dan melakukan masturbasi, tetapi aku belum sempat melakukan hubungan sex dgn pacar-pacarku.
Sejak mengenal bahwa sewa apartemen bisa dibayarkan dengan cara langsung, aku memutuskan untuk tdk bayar lewat transfer bank lagi. Alasannya, aku bisa menghemat ongkos transfer. Di samping itu aku bisa menatap wajah cantik dan tubuh aduhai Amaya.
Bulan Mei, udara di kotaku sdh tdk terlalu dingin lagi. Sdh berubah menjadi sejuk. Amaya Kawamura pada hari Sabtu alias Minggu tidak jarang terkesan bekerja di halaman. Kadang dirinya memotong rumput, terbuktikas pepohonan kecil, alias merapihkan pot-pot tanamannya. Aku paling suka menatap tubuhnya bila dirinya membelakangi jendela apartemenku. Sungguh adalah sosok yg enak digeluti. Apalagi bila dirinya sedang menunggingkan pinggulnya yg padat, faktor itu membikinku teringat pada adegan perempuan Jepang yg sedang digenjot dlm posisi menungging pada video-video kaset permainan sex yg tidak jarang kupinjam dari persewaan.
Lama-lama aku tahu sedikit mengenai keluarga dia. Umur Amaya adalah 30 tahun. Anaknya dua, perempuan semua. Yg pertama berusia tujuh tahun, yg kedua lima tahun. Suaminya bekerja di kota lain, pulangnya pada akhir pekan. Sabtu dini hari dirinya tiba di rumah, dan pergi lagi hari Minggu tengah malam.
Di hari penutup bulan Mei, hari Senin, aku berniat bayar sewa apartemen di petang hari. Sebab itu aku pulang dari kampus lebih awal dari biasanya.
Saat itu tiba di apartemen baru jam 17:00. Setelah menyimpan tas punggung, aku pergi ke rumah Amaya Kawamura. Kuketuk pintu, tetapi tdk ada jawaban dari dlm. Kupencet bel yg terpasang di kusen pintu. Kutunggu kurang lebih satu menit, tetapi tdk ada suara apapun dari dlm rumah. Agaknya sedang tdk ada orang di rumah. Mungkin Amaya dan anak-anaknya sedang ke supermarket. Akhirnya aku kembali ke apartemen dan mandi. Sehabis mandi aku melihat TV, hingga akhirnya aku tertidur di depan TV.
Aku tersadar jam setengah delapan malam. Kutengok rumah Amaya dari jendela apartemen. Lampu-lampu rumahnya sdh menyala. Berarti mereka sdh datang. Akupun membawa amplop berisi uang sewa apartemen. Kupencet tombol bel pintunya, seraya mengucap,
“Gomen kudasai.”
Sejenak hening, tetapi kemudian terdengar sahutan,
“Hai. Chotto matte kudasai.”
Terdengar suara langkah di dlm rumah menuju pintu. Kemudian pintu terbuka. Aku terpana. Di hadapanku berdiri Amaya dgn hanya mengenakan baju kimono yg terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15 cm di atas lutut. Paha dan betis yg tdk ditutupi kimono itu tampak amat mulus. Padat dan putih.
Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yg pendek. Pinggulnya yg besar melebar dgn aduhainya. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yg menutupi dada atasnya belum sempat dirinya ikat dengan cara sempurna, menyebabkan belahan dada yg montok itu menyembul di belahan baju. Toket yg membusung itu dibalut oleh kulit yg putih mulus. Lehernya jenjang. Berbagai helai rambut terjuntai di leher putih tersebut. Sementara aroma harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya. Agaknya dirinya sedang mandi, alias baru saja berakhir mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, penisku berdiri melihat kesegaran tubuhnya.
“A… Bobby-san. Watashi no imoto to omotteta…,” sapanya membuyarkan keterpanaanku. Agaknya aku tadi dikiranya adik perempuannya. Pantas… dirinya berpakaian seadanya.
Untuk selanjutnya, percakapanku dengannya kutulis di sini langsung dlm bahasa Indonesia saja supaya semua pembaca mengenalnya, mesikipun perbincangan yg sebetulnya terjadi dlm bahasa Jepang.
“Kawamura-san, maaf… saya mau bayar sewa apartemen,” kataku.
“Hai, dozo… Silakan duduk di dlm, dan tunggu sebentar,” sahutnya.
Aku berjalan mengikutinya menuju ruang tamu. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yg besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Edan! Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan penisku di liatnya gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.
Aku duduk di bantal duduk yg disediakan mengelilingi meja tamu. Sementara dirinya naik tangga menuju lantai dua. Langkah-langkah betis indah di anak-anak tangga itu tdk sempat lepas dari tatapan liar mataku. Empat menit kemudian dirinya turun dari lantai dua. Baju yg dikenakan sdh ganti. Kini dirinya mengenakan baju kimono tidur putih yg berbahan licin. Diterpa sorot lampu, kain tersebut mempertontonkan tonjolan toket jadi tampak membusung dgn gagahnya. Dirinya tdk mengenakan bra di balik kimono tidurnya, jadi kedua puting toketnya tampak jelas sekali tercetak di bahan kimononya.
“Ingin minum apa? Kopi, teh, alias bir?” tanya Amaya.
“Teh saja,” jawabku. Selagi ini aku terbukti belum sempat minum bir. Bukan aku antialkohol alias berpendapat bahwa bir itu haram, tetapi hanya argumen takut ketagihan minuman alkohol saja.
Amaya kemudian membawa baki berisi poci teh hijau dan sebuah cangkir untukku. Untuk dirinya sendiri, diambilnya satu cangkir besar dan tiga botol bir dari kulkas. Kemudian aku pun menikmati teh khas Jepang tersebut, sementara dirinya menikmati bir.
“Kok sepi? Anak-anak apa sdh tidur?” tanyaku.
“Mereka sedang main ke rumah adik perempuan saya. Tadi perginya bersama-sama saya. Lalu saya pulang duluan sebab wajib ke supermarket dulu untuk membeli sayur dan buah. Mungkin sebentar lagi mereka bakal tiba, diantar oleh adik perempuan.”
“Oh… pantas, tadi saya ke sini tdk ada orang. Sepi.”
“Bobby-san berasal dari mana? Tai? Malaysia? Filipina?”
“Saya dari Indonesia.”
“Indonesia…,” Amaya tampak berpikir, “… dgn Pulau Bali?”
“A… itu. Bali adalah salah satu pulau dari Indonesia.”
“O ya? Sungguh pulau yg indah. Saya belum sempat ke sana, tetapi ingin bisa mengunjungi Bali. Saya memiliki brosurnya.”
Amaya beranjak dari duduknya dan mengambil sebuahbuku tipis mengenai pulau Bali dari rak buku. Pada posisi membelakangiku, aku menatap liar ke tubuhnya. Mataku berusaha menelanjangi tubuhnya dari kain kimono mengkilat yg dirinya kenakan. Pinggangnya ramping. Pinggulnya besar dan indah. Kemudian betis dan pahanya yg putih mulis tampak licin mengkilap di bawah sorot lampu TL. Betapa harum dan sedapnya bila betis dan paha tersebut diciumi dan dijilati.
Amaya kemudian membuka brosur mengenai pulau Bali tersebut di atas meja tamu. Dirinya bertanya-tanya mengenai gambar yg ada dlm brosur tersebut sambil kadang-kadang meneguk bir. Saat ini dari mulutnya yg indah tercium wanginya aroma bir setiap kali dirinya mengeluarkan suara. Kupikir sungguh kuat dirinya meminum bir. Tiga gelas besar sdh hampir habis diteguknya. Perhatian dirinya ke gambar-gambar di brosur dan bir saja. Ngomongnya kadang agak kacau, mungkin sebab pengaruh alkohol. Tetapi bagiku adalah peluang menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Dirinya tdk menyadari bahwa belahan kain kimono di dadanya mempertontonkan keindahan gumpalan toket yg montok dan putih di kala dirinya agak merunduk. Edan, ranumnya! Penisku pun menegang dan terasa hangat. Sebersit kenikmatan terasa di saraf-saraf penisku.
Kring… kring… Tiba-tiba telpon berdering.
Amaya bangkit dan berjalan menuju pesawat telpon. Pengaruh tidak sedikit minum bir mulai terkesan pada dirinya. Jalannya agak sempoyongan.
“Sialan…,” makiku dlm hati sebab dering telpon tersebut memutus keasyikanku melihat kemontokan toketnya.
Amaya terlibat pembicaraan sebentar di pesawat telpon. Kemudian kembali lagi ke bantal duduknya semula dgn jalan yg sempoyongan.
“Anak-anak tdk mau pulang,” Amaya membahas isi pembicaraan telponnya.
“Malam ini mereka bermalam di rumah adik perempuan saya. Besok mereka diantarnya langsung ke sekolah mereka.”
Amaya menuangkan bir ke gelasnya lagi. Sdh gelas yg keempat. Edan jg perempuan Jepang ini. Jalannya sdh sempoyongan tetapi tetap terus meningkatkan bir.
“Bobby-san sdh menikah?” tanyanya.
“Belum,” jawabku.
“Sdh ada pacar?”
“Sdh. Saat ini tetap kuliah di Indonesia.”
“Syukurlah. Nikmati masa pacaran. Masa pacaran adalah masa yg indah. Bagaimana permainan cinta sang pacar?”
Kukualitas kata-kata Amaya terus mengacau. Terus berada di alam antara sadar dan tdk sadar.
“Permainan cinta?”
“Iya… permainan sex.”
“Saya belum sempat melakukan hubungan sex, termasuk dgn pacar saya. Tidak sedikit perempuan di negara saya tetap menjaga kegadisan hingga dgn menikah.”
Amaya tertawa lirih mendengar kata-kataku. Suara tawanya amat menantang kejantananku.
“Di Jepang gadis-gadis sdh melakukan hubungan sex dgn pacar mereka pada usia 17 alias 18 tahun.
Kalau belum melakukan faktor tersebut, mereka belum merasa menjadi orang dewasa. Mereka bakal diejek kawan-kawannya tetap sebagai anak ingusan.”
“O… begitu. Baru tahu saya…”
“Kalau begitu Bobby-san tetap perjaka?”
“Saya tdk tahu tetap disebut perjaka alias tdk. Saya belum sempat melakukan hubungan sex. Tetapi sejak usia 15 tahun saya suka melakukan masturbasi untuk menanggulangi kebutuhan sex saya.”
Amaya tertawa lagi. Tawa yg membangkitkan hasrat. Sialan. Aku diejek sebagai anak ingusan oleh pemilik bibir ranum sensual itu. Ingin rasanya kubuktikan kedewasaan dan kejantananku. Ingin rasanya kulumat habis-habisan bibir merekah itu. Ingin rasanya kusedot-sedot toket aduhai itu dgn penuh kegemasan. Dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Amaya itu hingga dirinya menggial-gial keenakan. Supaya dirinya kapok.
“Kenapa tdk cari pacar yg bisa diajak berhubungan sex sekarang-sekarang ini? Bobby-san ganteng, badan tinggi-tegap dan berpenampilan jantan. Kalau di sini cari pacar, pasti tidak sedikit perempuan Jepang yg mau. Sayang kalau energi pada usia muda tdk dinikmati.” Omongan Amaya terus ngelantur.
Pasti sebab tidak sedikit minum bir.
“Sebab kalau Bobby-san berusia tua sedikit, energi bakal bertidak lebih. Alias bahkan loyo seperti suami saya. Baru main empat alias lima menit sdh ambrol pertahanannya. Dan langsung mendengkur, tdk memperdulikan saya yg baru setengah jalan… Dasar laki-laki payah.”
Nah, benar terkaanku. Dirinya mulai tdk sadar. Bicaranya tambah mengacau. Kebiasaan orang Jepang, kalau mulaihilang kesadarannya sebab tidak sedikit minum bir, apa yg dirinya pendam dlm hati bakal dirinya keluarkan satu per satu.
Amaya menenggak bir lagi. Habislah gelas yg keempat. Dan dirinya mengisinya kembali hingga penuh. Padahal matanya sdh merah dan kelihatan mengantuk. Tetapi dlm kondisi demikian kulihat keayuan aslinya. Mata mungil yg setengah tertutup kelopak mata itu tampak sangat keren. Terus terang aku menyukai perempuan bermata sipit, contohnya perempuan Jepang, Cina, alias Korea. Bibir Amaya yg sensual dan berwarna merah muda tanpa polesan lipstik itu mengeluarkan keluhan-keluhan mengenai keloyoan suaminya dlm persoalan sex. Tetapi biarlah dirinya mengoceh, bagiku yg paling penting adalah menatap bibir merekah itu tanpa rasa risih sebab yakin si empunya dlm kondisi tdk tersadar. Wuih… enak sekali kalau bibir ranum tersebut dilumat-lumat.
“A… Bobby-san. Gomen… hingga lupa ke persoalan utama. Sebentar, saya ambilkan kuitansi untuk pembayaran apartemen… “
Amaya Kawamura menenggak bir lagi.
“Kawamura-san. Daijobu desu ka?” aku mengkhawatirkan kesadarannya sebab dirinya sdh tidak sedikit minum bir.
“Daijobu desu. Saya sdh terbiasa minum bir tidak sedikit-tidak sedikit. Terus tidak sedikit minum bir dunia terasa terus indah.”
Amaya beranjak dari duduknya. Dirinya mencoba berdiri, tetapi sempoyongan terjatuh. Aku bersiap-siap menolongnya, tetapi dirinya mengatakan,
“Mo ii desho. Daijobu…”
Amaya berusaha berjalan menuju rak buku. Tetapi baru menapak dua langkah… Gedebrug! Dirinya terjatuh seperti yg kukhawatirkan. Untung tangannya tetap sempat sedikit menjaga badannya jadi dirinya tdk terbanting di lantai kayu. Mesikipun lantai kayu tersebut ditutup karpet, tetapi bakal lumayan sakit jg bila badan hingga jatuh terbanting di atasnya. Tetapi tidak ayal, betis kanan Amaya tetap membentur rak kayu.
“Ak… ittai…,” dirinya berteriak kesakitan.
Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong dirinya ke atas karpet bulu yg tebal.
Kuletakkan kepalanya di atas bantal duduk. Dlm waktu seperti itu, tercium aroma harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Kimono atasnya terbuka lebih lebar jadi mataku yg berada hanyakurang lebih 10 cm dari toketnya melihat dgn leluasa kemontokan gumpalan daging kenyal di dadanya. Betapa merangsangnya. Nafsuku pun naik. Penisku terus tegang. Dan ketika aku luar biasa tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yg tersingkap. Paha itu hangat, licin, dan mulus.
“Ittai…,” sambil tetap pada posisi tiduran tangannya berusaha meraih betisnya yg terbentur rak tadi.
Tetapi pengaruh tidak sedikitnya bir yg sdh dirinya minum membikinnya tidak sanggup meliukkan badannya dlm menggapai betis. Kulihat bekas benturan tadi membikin sedikit memar di betis yg putih indah itu.
Aku pun berusaha menolongnya. Kuraih betis tersebut seraya meminta permisi,
“Sumimasen…” Kuraba dan kuurut tahap betis yg memar tersebut.
“Ak… ittai…,” Amaya meringis kesakitan. Tetapi kemudian dirinya bilang,
“So-so-so-so-so… Betul tahap situ yg sakit. Ah… enak… Ah… ah… terus… terus…”
Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Amaya, kupandang wajahnya. Matanya kini terpejam. Nafasnya jadi teratur, dgn aroma harum bir terpancar dari udara pernafasannya. Dirinya sdh tertidur. Kantuk dampak tidak sedikit minum alkohol sdh tdk sanggup dirinya tahan lagi. Aku terus melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.
Aku pun bingung. Apa yg wajib aku lakukan? Kuambil uang sewa apartemen dari saku kemeja dan kuletakkan di atas meja tamu di samping cangkir tehku. Terus bagaimana dgn kuitansi pembayarannya?
Kupandangi Amaya yg tengah tertidur. Betapa cantiknya wajah dia. Lehernya jenjang. Daging montok di dadanya bergerak naik-turun dgn teratur mengiringi nafas tidurnya, seolah menantang kejantananku. Dan dada tersebut tdk dilindungi bra jadi putingnya menyembul dgn gagahnya dari balik kain kimononya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yg besar melebar dgn indahnya. Kain kimono yg mengkilap tersebut tdk sanggup menyembunyikan garis segitiga celana dalamnya yg kecil. Sungguh kontras, celana dlm minim membungkus pinggul yg maksimum. Celana dlm yg di antara dua pahanya terkesan membelah. Pasti di situ letak lobang meqinya.
Terbayang dgn apa yg ada di balik celana dalamnya, penisku menjadi terus tegang. Apalagi paha yg putih mulusnya dipertontonkan dgn jelas oleh kimono tahap bawah yg tersingkap. Dan paha tersebut tersambung dgn betis yg indah.
Edan! Melihat lekuk-liku tubuh aduhai yg tertidur itu nafsuku naik. Terbangunkah dirinya bila kutiduri? Beranikah aku? Kawan-kawan Jepangku yg tertidur sebab tidak sedikit minum bir biasanya bakal pulas hingga kurang lebih satu alias dua jam. Apakah Amaya jg begitu? Akankah dirinya tersadar bila tubuhnya kugeluti tanpa memasukkan penis ke liang meqinya?
Hasratku terus memuncak. Kuelus betis indah Amaya. Kemudian sedikit kuremas itu untuk memastikan bahwa dirinya lumayan pulas. Nyatanya dirinya tdk terbangun. Keberanianku bertambah. Kusingkapkan tahap bawah kimononya hingga sebatas perut. Saat ini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Paha yg menantang kejantananku. Di atas paha, berbagai helai bulu jembut keluar dari celana dalamnya yg minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih.
Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Amaya. Dirinya tdk terbangun. Kueluskan perlahan bunda jariku di tahap celana yg mempertontonkan belahan bibir meqinya. Tiba-tiba jari-jari tangannya bergerak seperti tersentak. Aku kaget. Segera kuhentikan aksiku sebab khawatir bila Amaya terbangun. Tetapi dirinya tetap tertidur dgn nafas yg teratur.
Keberanianku timbul kembali. Saat ini kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut dengan cara otomatis bergerak membuka agak lebar. Tetapi si empunya tetap tertidur. Aroma harum yg terpancar dari pahanya mengajar hasrat kejantananku untuk meneruskan pendakian.
Dia sedang tertidur pulas! Dirinya sedang tdk tersadar! Dirinya sedang di bawah pengaruh alkohol! Kenapa aku wajib takut?
Aku berjalan ke pintu dan menguncinya dari dlm, untuk berjaga-jaga kalau ada orang dari luar mau masuk. Kemudian aku melepas celana dlmku. Celana dlm kulipat dan kumasukkan ke dlm kantong celana singkat yg kupakai. Celana singkat yg kukenakan adalah longgar dan terbuat dari bahan yg tipis dan lemas, jadi tanpa lindungan celana dlm kontolku bisa bergerak leluasa di salah satu lobang kakinya yg terbukti lebar.
Kemudian kuhampiri Amaya yg tertidur pulas. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis mulus yg berbau harum tersebut. Seusai berbagai saat kukeluarkan penis dari lobang kanan celana pendekku. Penisku sdh begitu tegang. Kutempelkan kepala penisku di paha mulus tersebut. Rasa hangat mengalir dari paha Amaya ke kepala penisku. Kemudian kugesek-gesekkan kepala penis di sepanjang pahanya. Rasa geli, hangat, dan nikmat menyelimuti sel-sel penisku. Penisku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Terus terasa nikmat. Penis terus tegang. Nafsu seks-ku terus tinggi.
Aku terus nekad. Kulepaskan ikatan baju kimono tidur Amaya, dan kusingkapkan baju itu ke kiri dan kanan. Tergoleklah tubuh mulus Amaya tanpa helaian kimono menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. Toket yg besar membusung, pinggang yg ramping, dan pinggul yg besar melebar dgn kerennya. Toketnya menggunung putih, putingnya berdiri tegak berwarna pink kecoklat-coklatan, dan dikelilingi oleh warna coklat kulit toket di kurang lebihnya hingga dgn diameter kurang lebih dua setengah centimeter.
Perlahan-lahan kucium toket montok Amaya. Hidungku mengendus-endus kedua toket yg berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku. Kemudian puting toket kanannya kulahap ke dlm mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika puting itu kugencet perlahan dgn memakai lidah dan gigi atasku. Aku pun terperanjat. Tetapi dirinya tetap tertidur. Saat ini kusedot-sedot puting toketnya dengan cara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku.
Kini puting dan toket kurang lebihnya yg berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dlm mulutku. Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Yg penting perlahan-lahan tanpa irama yg menyentak, supaya dirinya tdk terbangun. Tetapi mesikipun tetap tertidur, mimik wajah Amaya tampak sedikit berubah, seolah menahan sebuahkenikmatan.
Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot dengan cara berirama. Penisku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dgn bibir, lidah, dan wajahku, aku terus menggesek-gesekkan penis di kulit pahanya yg halus dan licin. Rasa nikmat dan hanya merembes dari penisku ke sel-sel otak di kepalaku. Dan mulut kecil di kepala penisku ikut-ikutan mencari rasa geli dan nikmat lewat kecupan-kecupan kecilnya nya di permukaan mulus kulit paha Amaya.
Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Amaya. Kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yg adalah batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati dengan cara bergantian. Keharuman yg terpancar dari badannya kuhirup dgn rakusnya, dgn habis-habisan, seolah tdk rela bila ada tahap kulit tubuh yg terlewatkan barang satu milimeter pun.
Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Amaya. Sementara gesekan-gesekan kepala penisku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yg putih mulus. Kemudian wajahku bergerak lebih ke bawah. Dgn nafsu yg menggelora kupeluk pinggulnya dengan cara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke celana dlm tipis yg membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan celana dlm. Kemudian ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yg keluar dari celana dalamnya. Lalu kuendus dan kujilat celana dlm pink itu di tahap yg tdk sanggup menyembunyikan lekuk belahan bibir meqinya. Kuhirup kuat-kuat aroma khas yg terpancar dari balik celana dlm yg membikin nafsuku terus meronta-ronta.
Seusai lumayan puas, aku mengakhiri kecupan dan jilatanku di celana dlm kurang lebih meqinya tersebut.
Aku bangkit. Dgn posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuh mulus yg begitu menggairahkan tersebut. Penisku yg tegang kemudian kutempelkan di kulit toket Amaya. Kepala penis kugesek-gesekkan di kehalusan kulit toket yg menggembung montok itu. Kembali rasa geli, hangat, dan nikmat mengalir di syaraf-syaraf penisku. Sambil kukocok batangnya dgn tangan kananku, kepala penis terus kugesekkan di gumpalan daging toketnya, kiri dan kanan. Rasa nikmat terus menjalar. Aku ingin berlama-lama merasakannya.
Seusai kurang lebih dua menit aku melakukan faktor itu, nafsuku yg terus tinggi mengalahkan rasa takut. Kulepas celana pendekku. Tampak penisku yg besar dan panjang berdiri dgn gagahnya. Kuraih kedua belah gumpalan toket mulus Amaya yg montok itu. Aku berdiri di atas lutut dgn mengangkangi pinggang ramping Amaya dgn posisi badan sedikit membungkuk. Penisku kemudian kujepit dgn kedua gumpalan toketnya. Saat ini rasa hangat toket Amaya terasa mengalir ke seluruh penisku.
Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur penisku di cekikan kedua toket Amaya. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit penisku, memberi rasa nikmat yg luar biasa. Di kala maju, kepala penisku terkesan mencapai pangkal lehernya yg jenjang. Di kala mundur, kepala penisku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur penisku bertambah cepat, dan kedua toket montoknya kutekan terus keras dgn telapak tanganku supaya jepitan daging kenyal di penisku terus kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toket indah.
Bibir Amaya pun mendesah-desah tertahan,
“Ah… hhh… hhh… ah…” Mungkin mesikipun tetap dlm kondisi tertidur pulas, dirinya merasa geli dan ngilu-ngilu enak di kedua gumpalan toketnya yg kutekan-tekan dgn telapak tanganku dan kukocok dgn penisku.
Bibir mungil di kepala penisku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Amaya. Oleh gerakan maju-mundur penisku di dadanya yg diimbangi dgn tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yg menjepit penisku. Cairan tersebut menjadi pelumas yg memperlancar maju-mundurnya penisku di dlm jepitan toketnya. Dgn adanya sedikit cairan dari penisku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yg luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala penisku dgn kulit toket indahnya.
“Hih… hhh… edan… edan… Luar biasa enaknya…,” aku tidak kuasa menahan rasa enak yg tidak terperi.
Sementara nafas Amaya dlm tidurnya menjadi tdk teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya yg sensual, yg kadang diseling desahan lewat hidungnya,
“Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…”
Desahan-desahan Amaya baik yg lewat hidung maupun lewat bibir terus menuntun nafsuku untuk menaiki sebuahperjalanan pendakian yg indah. Gesekan-gesekan maju-mundurnya penisku di jepitan gumpalan toketnya terus cepat. Penisku terus tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yg melewati penisku berdenyut-denyut, meningkatkan rasa hangat dan nikmat yg luar biasa.
“Sugoi… edan… oh… hhh…,” erangan-erangan keenakan keluar tanpa kendali dari mulutku.
“Sugoi… sugoi… Enak sekali, Amaya… Heh… rasa cewek Jepang luar biasa… Hhh… enaknya toket Jepang… hhh… enaknya gesekan kulit mulus Jepang… ah… Enaknya… mulusnya… hangatnya… enak sekali toket Jepang…”
Aku menggerakkan maju-mundur penisku di jepitan toket Amaya dgn terus cepatnya. Rasa enak yg luar biasa mengalir dari penis ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Amaya Kawamura. Walupun tertidur, tetapi alis matanya yg keren bergerak naik turun seiring dgn desah-desah perlahan bibir sensualnya dampak tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada kurang lebih lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.
Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu mengajar penis dan menggesek-gesekkan kepala penis dgn gerakan memutar di kulit toketnya yg halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Amaya, penisku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di kurang lebih pusarnya, kepala penisku kugesekkan memutar di kulit perutnya yg putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya. Rasa hangat, nikmat, dan bercampur geli menggelitiki kepala penisku.
Keberanianku terus tinggi. Kini kedua tanganku mencopot celana dlm minimnya. Pinggul yg melebar indah itu tdk berpenutup lagi. Kulit perut yg semula tertutup celana dlm tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yg hitam lebat menutupi daerah kurang lebih lobang kemaluannya. Kedua paha mulus Amaya kemudian kurenggangkan lebih lebar. Saat ini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan alat kemaluannya. Bibir meqi Amaya nampak berwarna coklat tua bersemu pink.
Aku pun mengambil posisi supaya penisku bisa mencapai alat kemaluan Amaya dgn mudahnya. Dgn tangan kanan memegang penis, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Amaya. Rasa geli menggelitik kepala penisku. Kemudian kepala penisku bergerak menyusuri jembut menuju ke meqinya. Kugesek-gesekkan kepala penis ke sekeliling bibir meqinya. Terasa geli dan nikmat.
Kemudian kepala penis kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dlm. Lama-lama dinding mulut lobang kemaluan itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan penisku sambil terus memasuki lobang meqi. Saat ini seluruh kepala penisku yg berhelm pink tebenam dlm jepitan mulut meqi Amaya. Jepitan mulut meqi itu terasa hangat dan enak sekali. Sementara getaran perlahan dgn amplituda kecil tanganku pada penis membikin kepala penisku merasa geli dan nikmat dlm sentuhan-sentuhannya dgn dinding lobang meqi.
Kembali dari mulut Amaya keluar desisan kecil tanda nikmat tidak terperi.
Penisku terus tegang. Sementara dinding mulut meqi Amaya terasa terus basah. Perlahan-lahan penisku kutusukkan lebih ke dlm. Saat ini tinggal separuh batang yg tersisa di luar. Tusukan kuhentikan untuk memastikan bahwa Amaya tdk terbangun. Seusai yakin dirinya tdk terbangun, kembali dengan cara perlahan kumasukkan penisku ke dlm meqi. Terbenam sdh seluruh penisku di dlm meqi Amaya. Sekujur penis kini dijepit oleh daging hangat yg basah di dlm meqi Amaya dgn sangat enaknya.
Sesaat aku diam. Kulihat ekspresi wajah Amaya kembali mengendur. Artinya dirinya tdk terbangun. Kemudian dengan cara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk penisku ke dlm meqinya. Sewaktu keluar, yg tersisa di dlm meqi hanya kepala penis saja. Sewaktu masuk seluruh penis terbenam di dlm meqi hingga batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yg luar biasa saat ini seolah memijiti seluruh tahap penisku. Aku menyukai rasa nikmat ini. Aku terus memasuk-keluarkan penisku ke lobang meqinya. Tetapi semua gerakanku kujaga tdk menghentak-hentak supaya Amaya tdk terbangun. Dlm kondisi tetap tertidur alis matanya terangkat naik setiap kali penisku menusuk masuk meqinya dengan cara perlahan. Bibir segarnya yg sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan,
“Sssh… sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…”
Aku terus mempertahankan kenikmatan yg mengalir lewat penisku dgn mengocok perlahan-lahan meqi perempuan Jepang tersebut. Enam menit sdh faktor itu berjalan. Lama-lama aku membutuhkan kocokan yg agak menghentak-hentak supaya bisa mengakhiri perjalanan pendakian tersebut. Tetapi bila kocokan itu kulakukan ke meqi Amaya bisa-bisa dirinya terbangun. Jadi kocokan yg menghentak-hentak pada penis wajib kulakukan di luar meqinya.
penis itu kulakukan. Aku kembali memasukkan seluruh penisku ke dlm meqinya. Kembali kukocok dengan cara perlahan meqinya. Kunikmati kehangatan daging dlm meqinya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot meqi pada penisku.
Kubiarkan kocokan perlahan tersebut hingga selagi dua menit. Kembali kutarik penisku dari meqi Amaya. Tetapi saat ini tdk seluruhnya, kepala penis tetap kubiarkan tertanam dlm mulut meqinya. Sementara penis kukocok dgnjari-jari tangan kananku dgn cepatnya. Walaupin sdh berhati-hati, tetapi kepala penis itu menggelitiki dinding meqi dgn amplituda kecil tetapi berfrekuensi tinggi dampak kocokan tanganku di batangnya. Faktor tersebut menyebabkan rasa enak tidak terperi. Geli, hangat, dan nikmat.
Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Amaya. Terbukti mesikipun dlm kondisi tidur, dirinya mendesah-desah dampak sentuhan-sentuhan getar kepala penisku pada dinding mulut meqinya,
“Sssh… sssh… zzz… ah… ah… hhh…”
Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh penisku ke dlm meqi Amaya. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada meqinya hari ini lebih lama. Hingga kira-kira empat menit. Lama-lama aku tdk puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk penisku pada meqinya, tetapi tetap kujaga supaya jangan menyentak-sentak. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur penisku. Aku hingga tidak kuasa menahan ekspresi keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis,
“Subarashii… subarashii… sugoi… sugoi… edan… enaknya… Edan, hangatnya meqi Jepang… Edan jepitan meqinya… Amaya… meqimu luar biasa… Edan… nikmatnya…”
Gerakan keluar-masuk dengan cara cepat itu berjalan hingga kurang lebih empat menit. Kemudian rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur penisku. Berarti berbagai saat lagi aku bakal mengalami orgasme. Ke mana wajib kusemprotkan? Yg jelas jangan di dlm meqinya. Bisa diketahui Amaya nantinya. Apalagi kalau Amaya hingga hamil dan terlahir anak Indonesia.
Kucopot penisku dari meqi Amaya. Segera aku berdiri dgn lutut mengangkangi tubuhnya supaya penisku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit penisku yg berdiri dgn amat gagahnya. Supaya penisku bisa terjepit dgn enaknya, aku agak merundukkan badanku. Kemudian penisku kukocokkan maju-mundur di dlm jepitan toket aduhai itu. Cairan dinding meqi Amaya yg membasahi penisku saat ini adalah pelumas yg pas dlm memberi keenakan luar biasa pada gesekan-gesekan penisku dan kulit toket yg mulus itu.
“Edan… Amaya. Edan… luar biasa… Enak sekali… Toketmu kenyal sekali… Toketmu indah sekali… Payadaramu montok sekali… Toketmu mulus sekali… Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya… Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan.
Sementara di dlm tidurnya Amaya mendesis-desis keenakan,
“Sssh… sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah.
Aku mempercepat maju-mundurnya penisku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya supaya penisku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat penisku. Rasa hangat menyusup di seluruh penisku. Sebab basah oleh cairan meqi, kepala penisku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Amaya. Leher penis yg berwarna coklat tua dan helm penis yg berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yg menyusup ke segenap penjuru penisku terus menjadi-jadi.
Terus kupercepat kocokan penisku pada toket Amaya. Rasa gatal terus hebat. Rasa hangat terus luar biasa. Dan rasa enak terus menuju puncaknya. Tiga menit sdh kocokan luar biasa penisku di toket montok itu berjalan. Dan ketika rasa gatal dan enak di penisku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan penis di kempitan toket indah Amaya dgn sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yg luar biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tidak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku.
“Amaya…!” pekikku dgn tdk tertahankan. Mataku membeliak-beliak.
Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yg luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel penisku saat menyemburkan cairan sperma.
Creett! Creett! Creett! Creett!
Spermaku menyemprot dgn derasnya. Hingga empat kali. Kuat sekali semprotannya, hingga menghantam rahang keren Amaya. Sperma tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang sperma yg tidak sedikit sekali itu mengalir turun ke arah leher Amaya yg putih dan jenjang.
Sperma yg tersisa di dlm penisku pun menyusul keluar dlm tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Hari ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya hingga pangkal batang leher mulus Amaya, sedang yg terbaru hanya jatuh di atas belahan toketnya.
Sejenak aku terdiam. Aku menikmati belakangan kenikmatan pada penghujung pendakianku ini.
“Sugoi… luar biasa… Amaya, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam lirih.
Baru hari ini aku mengalami kenikmatan sex yg indah luar biasa. Diri bagaikan terlempar ke langit ketujuh. Jauh lebih indah daripada masturbasi dgn menghadapi gambar artis sexy yg bugil.
Seusai nafsuku menurun, penisku pun mengecil. Kulepaskan toket Amaya dari raupan telapak tanganku. Penisku kini tergeletak di atas belahan toketnya. Sebuahkomposisi warna yg kontras pun terkesan, penisku berwarna coklat dgn kepala penis berhelm pink, sedang kulit toket montok Amaya adalah putih mulus. Tetap tdk puas aku memandangi toket indah yg terhampar di depan mataku tersebut.
Kemudian mataku memandang ke arah pinggangnya yg ramping dan pinggulnya yg melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke meqinya yg dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Kubayangkan betapa enaknya bila bermain sex dlm kesadaran penuh dgn Amaya. Aku bisa menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya yg sangatlah menantang kejantanan. Aku bisa mengocok meqinya dgn penisku dgn irama yg menghentak-hentak kuat. Dan aku bisa menyemprotkan spermaku di dlm meqinya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya di saat orgasmeku.
“Engh…” Tiba-tiba Amaya menggeliatkan badannya.
Aku terkejut dan tersadar. Cepat-cepat aku meraih celana pendekku dan berlindung di belakang meja tamu. Sebentar menantikan reaksi, tetapi Amaya tertidur kembali dgn nafas yg teratur. Aku segera mengelap penis dgn tissue yg ada di atas meja, dan memakai celana pendek. Sementara kubiarkan celana dlmku tetap di dlm saku celana singkat supaya aku penisku segera tertutup kembali.
Kemudian berbagai lembar tissue kuambil untuk mengelap spermaku yg berleleran di rahang, leher, dan toket Amaya. Ada yg tdk bisa dilap, yakni cairan spermaku yg sdh terlajur jatuh di rambut kepalanya.
“Ah, nggak apa-apalah. Masak dirinya tahu. Dirinya kan hilang kesadarannya. Mungkin jg dirinya baru tersadar besok pagi,” demikian pikirku.
Celana dlm pink kupakaikan kembali ke pinggul Amaya. Dan… edan! Penisku mulai berdiri lagi melihat kemolekan tubuh Amaya. Tetapi aku tdk boleh melakukannya lagi. Salah-salah dirinya terbangun. Lumayan sdh sekali aku menikmati tubuhnya di saat dirinya tertidur pulas oleh pengaruh alkohol jadi berjalan aman. Daripada aku menanggung resiko lagi.
Kurapihkan kembali baju kimono tidurnya. Tissue-tissue bekas pengelap penis dan sperma di tubuh Amaya kukumpulkan menjadi satu. Bakal kusimpan sebagai kenang-kenangan bahwa aku sdh sukses menggeluti tubuh perempuan Jepang yg molek mesikipun dirinya dlm kondisi tertidur. Akhirnya aku memutuskan kembali ke apartemenku sendiri, meninggalkan Amaya yg tertidur pulas di atas karpet di samping meja tamu.
Sempat kulirik jam dinding di ruang tamu Amaya, jarum jam menunjukkan pukul sembilan tidak lebih seperempat. Kututup pintu rumah Amaya sambil bergumam lirih, “Terimakasih atas servis kenikmatannya, Amaya-san.”
Jam duduk di atas TV menunjukkan pukul 22:30 ketika pesawat telpon berdering. Aku bangun dari tidur-tiduran di depan TV. Gagang telpon pun kuangkat dari pesawatnya yg tergeletak di samping TV.
“Hai, Bobby desu keredomo…,” ucapku sambil menempelkan ujung gagang telpon ke telinga.
“A… Kawamura Amaya desu ga…,” suara merdu perempuan menyahut di telpon.
Deg! Jantungku berdegup keras. Telpon tersebut nyatanya dari Amaya. Dirinya sdh tersadar dari tidurnya. Ada apa menelponku malam-malam begini? Tahukah dirinya dgn apa yg kulakukan kepadanya dua jam yg lalu?
“A-ada apa?” tanyaku dgn suara agak bergetar.
“Gomenasai… tadi saya terlalu tidak sedikit minum. Jadi saya jatuh tertidur sebelum membikin kuitansi pembayaran apartemen. Uang sewa yg Bobby-san letakkan di atas meja sdh saya ambil, dan kini sdh saya buatkan kuitansinya. Harap datang ke sini kini untuk mengambilnya.”
Aku bernafas lega. Nyatanya hanya urusan kuitansi. Suara Amaya tetap lembut. Tdk bernada tinggi. Berarti dirinya tdk sedang marah. Berarti dirinya tdk tahu kalau tubuhnya kuesek-esek dua jam yg lalu.
Aku lalu menuruni tangga apartemen dan berjalan menuju pintu rumah Amaya. Sebelum aku menekan bel pintu, dirinya sdh membuka pintu. Dirinya berdiri dgn luar biasanya, bagaikan bidadari yg turun dari kaygan.
Rambutnya sdh tersisir rapih, dgn tahap belakang dijepitkan ke atas. Dgn gaya sisiran seperti itu, leher jenjangnya yg putih mulus seolah dipamerkan dgn jelasnya. Kimono yg dikenakan tetap kimono yg tadi. Kimono yg terbuat dari bahan putih, lembut, dan mengkilat. Dadanya membusung dgn gagahnya, dan putingnya tergambar jelas di kain kimono yg menutup dadanya. Wow… ada perubahan. Aroma parfum! Saat ini aroma parfum yg harum dan segar terpancar dari tubuhnya. Aroma harum yg tidak sama dgn wangi sabun mandi yg tadi terpancar dari tubuhnya.
“Ayo, masuk. Saya ambilkan kuitansinya.” Bibir sensual Amaya menyunggingkan senyum.
Senyum manis yg amat menggoda nafsuku. Dan tidak sama dgn tadi, bibir sensualnya itu kini sdh berlapis lipstik tipis berwarna pink. Sexy, ranum, dan segar sekali bibir tersebut. Seolah menantang bibirku untuk melumat bibir tersebut habis-habisan.
Aku melangkah masuk.
“Sumimasen…,” kataku sambil menganggukkan kepala.
Pintu tertutup dengan cara perlahan sebab adanya pegas yg terpasang di dekat engselnya.
Aku kemudian berjalan di belakangnya menuju ruang tamu. Kuperhatikan goyang pantatnya yg sungguh aduhai. Gumpalan daging pantat itu tergambar jelas menggunduk di kimono tidurnya. Gundukan tersebut menggial ke kiri-kanan di saat melangkah, seolah menantang batang kejantananku untuk memijit-mijit kekenyalannya.
Amaya mengambil buku kuitansi dari rak buku, kemudian menyobeknya selembar.
“Ini Bobby-san, kuitansinya,” kata Amaya sambil memberbagi lembaran itu padaku. Bibirnya menyunggingkan senyum. Matanya menatap diriku tajam. Tetapi menurut pekualitasanku, sunggingan bibir dan tatapan mata itu menantang diriku.
Aku mengulurkan tangan kanan untuk menerima kuitansi itu. Belum lagi kuitansi kupegang, Amaya sdh melepaskan kertas kuitansi tersebut. Dampaknya kertas kuitansi melayg jatuh. Dengan cara refleks tanganku bergerak ke bawah berusaha menyelamatkan kuitansi sebelum menyentuh lantai. Agaknya Amaya pun melakukan gerak refleks yg sama dgnku, bahkan dirinya bergerak sedikit lebih cepat. Tangan Amaya sukses meringkus kuitansi, sementara tanganku dgn tdk sengaja meringkus jari-jari tangan Amaya.
Aku terpana dgn ketdksengajaanku. Kehalusan jari-jari tangan Amaya terasa benar di dlm genggaman tanganku. Sementara posisi tubuh Amaya yg agak membungkuk membikin mataku bisa melihat belahan toket montok yg amat mulus itu dgn jelas dari belahan baju kimononya. Edan… penisku berdiri lagi.
Amaya menatap tanganku yg tanpa sengaja menggenggam jari tangannya. Kemudian tatapan matanya beralih ke wajahku. Sinar matanya itu… sinar mata meminta. Sinar mata orang yg sedang kehausan. Sinar mata orang yg sedang penuh hasrat.
Tiba-tiba Amaya merangkul pundakku. Toketnya menekan dadaku dgn hangatnya.
“Bobby-san. Buat apa kau berpura-pura,” kata Amaya,
“Aku tahu kau melakukan masturbasi di sini saat aku tertidur pulas tadi. Saat aku terbangun, rambutku ada yg basah oleh air mani. Dan itu pasti air manimu…”
Amaya mempererat rangkulannya pada bahuku. Dirinya berdiri sedikit berjinjit. Bibir sensualnya yg berwarna pink merekah itu dgn ganasnya mendarat di bibirku dan melumat-lumat bibirku. Nafasku jadi terengah-engah tdk beraturan.
“Kawamura-san…,” kataku tersenggal di saat bibirku sedikit terbebas dari bibirnya.
“Bobby-san… jangan gunakan nama keluarga saat ini. Panggil saja namaku… Amaya…,” pinta Amaya. “Bobby-san… cumbulah diriku… Sdh lama saya merindukan cumbuan hangat yg menggelora… Cumbuan laki-laki jantan yg penuh tenaga… Dan sejak pertamakali melihatmu, saya mendambakan cumbuan geloramu. Saya suka bermasturbasi dgn membayangkan tubuhmu yg tegap berisi… Bila suamiku sedang menggelutiku, kubayangkan bahwa yg menggelutiku itu adalah dirimu…”
Nafsuku terbakar. Nyatanya hasratku untuk merasakan keaduhaian tubuhnya yg sdh lumayan lama timbul dlm diriku tdk bertepuk sebelah tangan. Nyatanya dirinya jg menyimpan hasrat untuk bercinta dgnku.
“Amaya…,” desahku penuh nafsu.
Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yg menantang itu kulumat-lumat dgn ganasnya. Tdk kusisakan satu milimeter pun bibir itu dari seranganku. Sementara Amaya pun tdk mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dgn dahsyatnya, seakan tdk mau kedahuluan oleh lumatan bibirku.
Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuh sexy dan kenyal itu kini berada dlm dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Amaya pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, meski lembaran kain baju tetap memerantarai kami. Toketnya yg membusung terasa terus menekan dadaku. Jari-jari tangan Amaya mulai meremas-remas kulit punggungku dari sela-sela lobang leher T-shirt yg kupakai.
“Bobby-san… kami langsung lepas pakaian dulu saja…,” kata Amaya sambil berusaha melepas T-shirtku.
Aku membawa kedua tangan ke atas untuk memberi peluang dirinya mencopot T-shirt. Tercopot sdh kaos yg kupakai itu. Saat ini kedua tangan Amaya dgn sigap melepaskan ikatan tali celana pendekku. Dan mencopotnya, jadi aku saat ini tinggal memakai celana dlm saja.
Amaya pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Amaya sambil melumat kembali bibirnya. Sambil tangan kiri terus mendekap tubuh, tangan kananku bergerak ke samping pinggang Amaya dan melepaskan ikatan baju kimono tidurnya. Begitu terbuka kusingkapkan bukaan kimono tadi. Kemudian kedua tanganku menyusup ke dlm kimono dan langsung mendekap erat punggungnya yg berkulit halus. Amaya kemudian melepaskan rangkulannya ke tubuhku dan melambaikan kedua tangannya satu per satu ke belakang supaya kimononya terlepas dari tubuhnya. Dan terjatuhlah kimononya ke lantai. Saat ini dirinya seperti diriku, hanya mengenakan celana dlm saja.
Dlm kondisi hanya memakai celana dlm saja, kami kembali berpelukan erat dan saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh tahap depan kami yg saling menempel. Saat ini kurasakan toketnya yg montok menekan nakal ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, putingnya seolah-olah menggelitiki dadaku. Penisku terasa hangat dan mengeras di dlm celana dlm. Penisku serasa protes, ingin ikut-ikutan menyerang tubuh mulus Amaya.
Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Amaya, kemudian menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. Saat ini tetap di dlm celana dlm, penisku tergencet perut bawahku dan perut bawah Amaya dgn enaknya. Sementara bibirku melepaskan diri dari bibir Amaya, dan bergerak ke arah lehernya. Leher jenjang yg putih mulus dan berbau harum segar itu pun kuciumi, kuhisap-hisap dgn hidungku, dan kujilati dgn lidahku.
“Ah… geli… geli…,” desah Amaya sambil menengadahkan kepala, supaya seluruh leher hingga dagunya terbuka dgn luasnya.
Amaya pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dgn posisi begitu, mesikipun wajahku dlm kondisi menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap bisa menyatu dgn rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yg montok, dan meremas-remas toket tersebut dgn perasaan gemas.
Seusai puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dgn agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Wajahku kemudian menggeluti belahan toket Amaya, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku.
Segala kemulusan dan kehalusan belahan dada itu kukecupi dgn bibirku. Segala keharuman yg terpancar dari belahan toket itu kuhirup kuat-kuat dgn hidungku, seolah tdk rela jika ada keharuman yg tersisa sedikitpun. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket yg membusung dgn gagahnya itu. Dan kumasukkan puting toket di atasnya ke dlm mulutku. Saat ini aku menyedot-sedot puting toket kiri Amaya. Kumainkan puting di dlm mulutku itu dgn lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di kurang lebih puting yg berwarna coklat.
“Ah… ah… Bobby-san… geli… geli…,” mulut indah Amaya mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan, bagaikan desisan ular yg kelaparan mencari mangsa.
Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket montok yg kenyal Amaya sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dgn tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan bunda jariku pada puting di atas puncak bukit toket kanan itu.
“Bobby-san… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…”
Aku terus gemas. Toket aduhai Amaya itu kumainkan dengan cara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dgn tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yg kusedot hanya putingnya dan kucepit dgn gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dgn daerah tangkap sebesar-besarnya dgn remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yg mencuat gagah di puncaknya.
“Ah… Bobby-san… terus Bobby-san… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Amaya mendesis-desis keenakan.
Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri terus tidak jarang frekuensinya.
Sampai akhirnya Amaya tdk kuat melayani serangan-serangan awalku. Dirinya dgn gerakan cepat memelorotkan celana dlmku hingga turun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kurapatkan lututku jadi celana dlm melorot jatuh ke karpet ruang tamu. Jari-jari tangan kanan Amaya yg mulus dan lembut kemudian meringkus penisku yg sdh berdiri dgn gagahnya. Sejenak dirinya menunjukan rasa terkejut.
“Sugoi… Bobby-san, sugoi… Penismu besar sekali… Penis pacar-pacarku dulu dan jg penis suamiku tdk ada yg sebesar ini. Sugoi… sugoi…,” ucapnya terkagum-kagum.
Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan penisku dengan cara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di liatnya menara kejantananku. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada penisku.
“Bobby-san, kami main di dlm kamar saja…,” ajak Amaya dgn sinar mata yg sdh dikuasai nafsu birahi.
Tangan kirinya mendorong perlahan diriku untuk membebaskan toketnya dari gelutan wajah dan tanganku. Dirinya lalu mengunci pintu dari dlm dan membiarkan kunci tetap tertanam di lobangnya supaya orang dari luar tdk bisa membukanya. Seusai itu dirinya luar biasa tanganku.
Aku dan Amaya pun berjalan menuju menuju kamar yg ada di sebelah ruang tamu. Kamar itu berkapasitas dua belas tatami. Sebagaimana kamar-kamar tidur tradisional Jepang, kamar itu kelihatan kosong, tanpa perabotan rak alias lemari. Tetapi di salah satu dindingnya, tersedia dua buah pintu geser dimana di dalamnya tersedia sebuahruang bersusun untuk menaruh futon.
Futon adalah kasur tidur yg gampang digulung. Kebiasaan orang Jepang, bila mereka mau tidur mereka membuka futon, sedang bila berakhir tidur maka futon tersebut mereka gulung kembali dan mereka simpan di ruang bersusun yg menyatu dgn dinding tersebut. Dgn tutorial inilah orang Jepang menghemat tempat sebab di saat tdk tidur maka kamar tersebut bisa digunakan untuk agenda lainnya.
Amaya yg tinggal tertutup celana dlm itu berjalan di depanku. Dari belakang, bentuk tubuhnya sungguh terkesan aduhai. Rambut belakang yg diikatnya ke atas itu menyebabkan lehernya yg jenjang terkesan jelas tahap belakangnya. Berbagai helai rambut tahap bawahnya yg singkat terlepas dari ikatan tersebut dan terjatuh menghiasi lehernya yg jenjang. Kulit punggungnya kelihatan licin. Tubuh tersebut meramping di tahap pinggangnya. Di bawah pinggang, tampak pinggulnya yg melebar dgn indahnya. Celana dlm pink minimnya tdk sanggup menyembunyikan keindahan gundukan daging pantatnya yg putih dan amat mulus. Gundukan daging pantat itu menggial ke kiri-kanan dgn amat merangsangnya bergerak mengimbangi setiap langkah kakinya. Kemudian bentuk paha dan betisnya amatlah keren, berkulit putih mulus tanpa terkesan goresan sedikitpun.
Perempuan Jepang bertubuh aduhai itu membuka pintu geser dan mengambil satu futon lebar dari dalamnya. Lebar futon itu kira-kira satu tiga per empat lebar futon yg kupunyai. Agaknya futon tersebut adalah futon untuk tidur dua orang. Amaya lalu membuka futon tersebut di atas lantai kamar yg berkarpet tebal berwarna biru tua. Dlm mengatur letaknya, dirinya merunduk menghadap ke arahku. Toketnya yg besar dan montok itupun tampak menggantung kenyal dgn indahnya di dadanya. Di bawah lampu neon, gundukan toket itu tampak amat mulus dan putih mengkilat.
Sementara ujungnya berwarna coklat tua, dgn putingnya yg menyembul gagah di tengah-tengahnya berwarna pink kecoklat-coklatan. Amaya kemudian mengambil sprei dari ruang susun atas, lalu menutup kembali pintu geser tersebut. Ketika mengambil sprei, tubuh tampak kanannya kelihatan jelas dari tempatku berdiri. Dari samping kanannya, toketnya kelihatan begitu membusung dgn kerennya, di mana ujung dan putingnya kelihatan meruncing tajam dgn aduhainya. Sungguh toket dan puting yg sangat enak dilahap dan disedot-sedot.
Berakhir melapisi futon dgn sprei, Amaya mematikan lampu neon dan berjalan membelakangiku dlm rangka mengnasibkan lampu bercahaya kuning yg agak remang-remang. Tetap pada posisi membelakangiku, dirinya lalu mencopot celana dalamnya. Wow… luar biasa! Saat ini tubuh yg membelakangiku itu telanjang bulat, tanpa sebuahpenutup kain selembarpun. Gumpalan daging di pantatnya yg tadi tetap ditutupi celana dlm itu saat ini terkesan menggunduk dgn amat kerennya. Di bawah sorot lampu kekuningan, kulit pantat yg putih itu menjadi terkesan kuning licin. Sungguh mulus sekali.
Aku tdk bisa berlama-lama memandang tubuh Amaya yg sungguh aduhai itu. Segera kurengkuh tubuhnya dari belakang dgn gemasnya. Kukecup daerah antara telinga dan lehernya. Aroma harum dan segar yg terpancar dari kulitnya kuhisap dlm-dlm. Kadang daun telinga sebelah bawahnya yg kebetulan sedang tdk memakai anting-anting kukulum dlm mulutku dan kumainkan dgn lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yg jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yg terjatuh di kulit lehernya.
Sementara tanganku mendekap dadanya dgn eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sementara di tahap bawah, penisku kutekankan ke gundukan pantatnya yg amat mulus. Penisku merasa hangat dan nikmat berada di himpitan pantat kenyal Amaya dan kulit perut bawahku sendiri. Sambil telunjuk dan bunda jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan puting toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yg bebau harum, penisku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke pantatnya. Amaya pun menggelinjang ke kiri-kanan bagaikan ikan yg hampir kehabisan air.
“Ah… Bobby-san… ngilu… ngilu… terus Bobby-san… terus… ah… geli… geli… terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Amaya merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dgn berirama sejalan dgn permainan tanganku di toketnya.
Dampaknya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membikin penisku yg sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan pada kenyalnya bukit pantatnya merasa terus keenakan. Penisku serasa diremas-remas dan dipelintir-pelintir oleh pantat mulus Amaya.
“Amaya… enak sekali Amaya… enak sekali pantatmu… sssh… luar biasa… enak sekali…,” aku pun mendesis-desis keenakan.
“Hi-hik… Bobby-san… kalian keenakan ya? Penismu terasa besar dan keras sekali memijat-mijat pantatku. Wow… penismu terasa hangat di kulit pantatku… Ah…
sssh… Bobby-san… tanganmu nakal sekali di dadaku… ngilu, Bob… ngilu…,” rintih Amaya.
“Benar, Amaya… tanganku terbukti nakal… tetapi penyebabnya sebab toketmu besar dan kenyal sekali.
Toketmu mulus sekali… Toketmu licin sekali… Sssh… luar biasa indahnya…”
“Bobby-san… ngilu… suka sekali kau memainkan toketku… Ah… geli ah, geli… Jangan mainkan hanya putingnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Amaya terus menggelinjang-gelinjang dlm dekapan eratku.
“Amaya… sugoi… indah sekali toketmu… Kenapa kau tdk jadi artis saja… Toketmu lebih indah dari toket Natsumi Kawahama… Toketmu lebih keren dari toket Ai Iijima… Sewajibnya kau jadi artis saja…”
“Auw! Bobby-san… remasanmu kuat sekali… Tanganmu nakal sekali… Sssh… sssh… ngilu… ngilu… Ak… penismu di pantatku jg nakal sekali… besar sekali… kuat sekali…”
“Habis… pinggulmu keren sekali… pantatmu kenyal dan mulus sekali… licin sekali… Wow… pantatmu bergoyang ke kanan-kiri… Edan… edan… enak sekali…”
Aku terus bersemangat menekan-tekankan penisku di pantat Amaya yg licin dan mulus sekali itu. Tekanannya menjadi berputar-putar dampak goyangan ke kiri-kanan pinggul Amaya. Rasa hangat dan enak sekali mengalir terus luar biasa di seluruh sel-sel penisku. Seiring dgn rasa enak itu aku terus meningkatkan permainan tanganku di toket montok itu dan kecupan-kecupan bibirku di leher dan daun telinganya.
“Sssh… Bobby-san. Ngilu… ngilu… geli… geli… Nakal sekali tangan, mulut, dan penis kamu. Auw…! Ngilu… ngilu…,” suara rintihan Amaya mulai terdengar melayg. Seolah dirinya sdh berada di antara alam sadar dan alam tidak sadar.
“Sdh Bobby-san… aku sdh tdk tahan lagi… Aku inginkan permainan yg sebetulnya… “
Tanpa menantikan instruksi kedua kalinya, tubuh telanjang Amaya yg mulus itu langsung kubopong ke atas futon.
Di dlm boponganku, Amaya merangkulkan tangannya ke leherku sambil bibirnya mengecupi lengan tanganku. Untuk ukuran perempuan Jepang, tubuh Amaya sebetulnya termasuk istimewa. Tidak sedikit perempuan Jepang, tinggi badan mereka hanya kurang lebih 160 cm, sedang toket mereka relatif kecil. Kalau persoalan pinggul, mereka terbukti rata-rata memiliki bentuk yg melebar dgn kerennya, yg lumayan kontras dgn pinggang mereka yg ramping-ramping.
Tidak sama dgn Amaya, dirinya memiliki badan yg termasuk tinggi, yakni 167 cm. Toketnya besar, padat, dan montok. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya luar biasa. Kecuali melebar dgn kerennya, gumpalan pantatnya pun membusung ke luar dgn amat indahnya. Mesikipun kulitnya putih dan mulus, tetapi tubuhnya tdk lunak dan empuk. Seluruh tahap tubuh yg sdh kugeluti terasa padat dan kenyal. Makanya kalau dipandang dari kejauhan kulit tubuhnya mengesankan licin dan mulus sekali. Tetapi untuk membopong tubuh aduhai Amaya yg berkapasitas serba istimewa itu bagiku tdk ada persoalan. Enteng-enteng saja. Tinggi badanku sendiri 174 cm. Badanku padat dan tegap. Dadaku bidang. Orang-orang Jepang kawanku dlm latihan aikido bilang tubuhku sangat atletis ditambah dgn otot-otot badan yg berisi.
Tubuh Amaya kubaringkan di atas futon. Amaya tdk mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh futon, tangannya luar biasa wajahku mendekat ke wajahnya. Tidak ayal lagi, bibirnya yg pink merekah itu melumat bibirku dgn ganasnya. Aku pun tdk mau mengalah. Kulumat bibirnya dgn penuh nafsu yg menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dgn kuatnya. Kulit punggungnya yg teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dgn gemasnya.
Kemudian aku menindihi tubuh Amaya. Penisku terjepit di antara kemulusan pangkal pahanya dan perutku tahap bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke penisku yg tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Amaya. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Amaya yg keren. Kukecup leher jenjang Amaya yg memancarkan aroma wangi dan segarnya parfum yg dirinya pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dgn wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif jadi penisku menekan dan menggesek-gesek paha Amaya. Gesekan maju-mundur di kulit paha yg licin itu membikin penisku bagaikan diperas dgn gerakan maju-mundur. Kepala penisku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Amaya.
Puas menggeluti leher indah itu, wajahku pun turun ke toket montok Amaya. Dgn gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah toketnya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman toketnya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dgn menyungsep ke belahan dadanya, wajahku saat ini menggesek-gesek memutar jadi kedua gunung toketnya tertekan-tekan oleh wajahku dengan cara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dlm-dlm daging toket yg besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit toket kiri Amaya. Daerah toket yg kecoklat-coklatan beserta putingnya yg pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dlm mulutku. Kulahap ujung toket dan putingnya itu dgn bernafsunya, tidak ubahnya seperti bayi yg menetek susu seusai kelaparan selagi seharian. Di dlm mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dgn lidahku.
“Bobby-san… geli… geli…,” kata Amaya kegelian.
Aku tdk perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit toket Amaya. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit toket itu sebesar-besarnya. Apa yg masuk dlm mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara toket sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya dgn tanganku. Faktor tersebut kulakukan dengan cara bergantian antara toket kiri dan toket kanan Amaya. Sementara penisku terus menekan dan menggesek-gesek dgn beriramanya di kulit pahanya. Amaya terus menggelinjang-gelinjang dgn hebatnya.
“Bobby-san… Bobby… ngilu… ngilu… hihhh… nakal sekali tangan dan mulutmu… Auw! Sssh… ngilu… ngilu…,” rintih Amaya.
Rintihannya itu justru terus mengipasi api nafsuku. Api nafsuku terus berkobar-kobar. Terus ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas toket montoknya. Sementara penisku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Amaya.
Akhirnya aku tdk sabar lagi. Kulepaskan toket montok Amaya dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku saat ini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku mengajar penisku untuk mencari liang meqinya. Kuputar-putarkan dulu kepala penisku di kelebatan jembut dikurang lebih bibir meqi Amaya. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala penisku. Kepala penisku pun kegelian. Geli tetapi enak.
“Bobby-san… kalian sdh ingin masuk? Hi-hi-hik… dasar tetap perjaka. Baru pertama kali menggeluti perempuan, jadi tdk sabar untuk merasakan meqi perempuan. Hi-hi-hik… kau bakal cepat terlempar ke langit ketujuh, Bob. Kau bakal segera ejakulasi… Tetapi bukan persoalan, kelak kami bisa melakukan babak kedua…”
Jari-jari tangan Amaya yg lentik meraih penisku yg sdh amat tegang. Pahanya yg mulus itu dirinya buka agak lebar.
“Sugoi… sugoi… penismu besar dan keras sekali, Bob…,” katanya sambil mengarahkan kepala penisku ke lobang meqinya.
Sesaat kemudian kepala penisku menyentuh bibir meqinya yg sdh basah. Kemudian dgn perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, penis kutekankan masuk ke liang meqi. Saat ini seluruh kepala penisku pun terbenam di dlm meqi. Daging hangat berlendir saat ini terasa mengulum kepala penisku dgn enaknya.
Aku menghentikan gerak masuk penisku.
“Bobby-san… teruskan masuk, Bob… Sssh… enak… jangan berhenti hingga situ saja…,” Amaya protes atas tindakanku.
Tetapi aku tdk perduli. Kubiarkan penisku hanya masuk ke lobang meqinya hanya sebatas kepalanya saja, tetapi penisku kugetarkan dgn amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dgn ganasnya menggeluti lehernya yg jenjang, lengan tangannya yg harum dan mulus, dan ketiaknya yg bersih dari bulu ketiak. Amaya menggelinjang-gelinjang dgn tdk karuan.
“Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, Bob. Geli… Terus masuk, Bob…”
Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dgn kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! Penisku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dlm meqi Amaya dgn sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dgn pangkal pahanya yg mulus yg sedang dlm posisi agak membuka dgn kerasnya. Sementara kulit penisku bagaikan diplirid oleh bibir dan daging lobang meqinya yg sdh basah dgn kuatnya hingga memunculkan bunyi: srrrt!
“Auwww!” pekik Amaya.
Aku diam sesaat, membiarkan penisku tertanam seluruhnya di dlm meqi Amaya tanpa bergerak sedikit pun.
“Sakit Bobby-san… Nakal sekali kamu… nakal sekali kamu…,” kata Amaya sambil tangannya meremas punggungku dgn kerasnya.
Aku pun mulai menggerakkan penisku keluar-masuk meqi Amaya. Aku tdk tahu, apakah penisku yg berkapasitas panjang dan besar ataukah celah meqi Amaya yg berkapasitas kecil. Yg saya tahu, seluruh tahap penisku yg masuk meqinya serasa dipijit-pijit dinding lobang meqinya dgn agak kuatnya. Pijitan dinding meqi itu memberi rasa hangat dan nikmat pada penisku.
“Bagaimana Amaya, sakit?” tanyaku
“Sssh… enak sekali… enak sekali… Barangmu besar dan panjang sekali… hingga-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang meqiku…,” jawab Amaya.
Aku terus memompa meqi Amaya dgn penisku perlahan-lahan. Toket kenyalnya yg menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku dampak gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yg sdh mengeras seolah-olah mengkilik-kilik dadaku yg bidang. Kehangatan toketnya yg montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Penisku serasa diremas-remas dgn berirama oleh otot-otot meqinya sejalan dgn genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penisku menyentuh sebuahdaging hangat di dlm meqi Amaya. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala penis jadi aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
Kemudian aku mengambil kedua kakinya yg putih mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga supaya penisku tdk tercabut dari lobang meqinya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Amaya kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok meqinya perlahan dgn penisku, betis kirinya yg amat indah itu kuciumi dan kukecupi dgn gemasnya. Seusai puas dgn betis kiri, ganti betis kanannya yg kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpan
Share: