388cash388cash

Cerita Sex Hot Bandung One Night Stand


Malam itu aku pergi ke Bandung dgn kereta eksekutif. Rasanya malas wajib pergi malam-malam, tp sebab tugas kantor besok wajib berjumpa klien di sana, maka akupun pergi juga. Suasana gerbong malam itu tdk terlalu ramai, terbukti bukan waktu liburan, jadi tidak tidak sedikit penumpang. Kusetel tempat dudukku supaya aku dapat tiduran. Tetapi baru saja aku mau memejamkan mata, pramugrari mendampingi makanan kecil serta minuman hangat.
“Mau teh alias kopi, Mas?” tanya pramugari itu.
Aku mengusap wajahku sebelum menjawabnya,

”Teh saja.” Sesaat kudongakkan wajahku, semacam kukenali wajah pramugari yg memperkenalkan kopi itu.
“Maaf, Neng. Apa kami sempat berjumpa ya?” tanyaku sebelum ia beranjak ke kursi berikutnya.
Ia menatapku lekat-lekat lalu tersenyum riang.
“Ya ampun, Randi. Apa berita?”
“Lina, kan?”
“Iya. Sebentar ya, aku berakhirkan dulu tugasku.” Tanpa menantikan jawabanku, Lina bergegas menyelesaikan tugasnya.
Berbagai menit kemudian ia lewat sambil meletakkan secarik kertas di meja makanku.

“Ke gerbong mesin saja, tugasku sdh berakhir. Letaknya dua gerbong di depan gerbong ini.” Pesan Lina dlm kertas itu.
Aku menggeliat sebentar sebelum bangkit serta beranjak dari tempat dudukku. Tidak ada yg memperhatikanku. Di samping hanya lampu tidur yg dinyalakan, nyatanya berbagai penumpang yg ada di gerbongku sdh terlelap semua. Aku bergegas menuju ke gerbong mesin dgn berhati-hati supaya tdk memunculkan curiga orang lain.

Lina sdh berada di sana, duduk di atas kotak kayu. Gadis itu langsung menghambur dlm pelukanku begitu aku menghampirinya. Aku pun membalasnya dgn pelukan yg erat. Kurasakan toketnya yg besar mengganjal di dadaku. Sesaat darah laki-lakiku berdesir.
“Sdh lama sekali sejak kami lulus SMA ya. Bahagia rasanya aku dapat berjumpa kalian lagi,” kata Lina di telingaku.
“Aku juga. Kangen deh rasanya sama kamu?”
“Ah, gombal. Kalian terbukti nggak berubah dari dulu, tetap pandai merayu.”

Suara bising mesin membikin kami wajib berkata dekat-dekat telinga. Peluang itu kugunakan untuk menggodanya. Aku pura-pura bakal membisikinya, tp bukan itu yg kuperbuat, aku malah mengecup pipi gadis itu.
“Ahhh, Randi nakal,” gerutunya dgn suara manja.

Bukannya berhenti, aku malah memindahkan bibirku mengecup bibirnya. Hari ini Lina tidak dapat berkata lagi, sebab aku sudah mengulum bibirnya berbagai saat lamanya. Ia hingga gelagapan dibuatnya. Kulepaskan ciumanku sesaat saja, selanjutnya kembali kupagut bibirnya yg tipis merah merekah itu. Lina membalasku. Gadis itu memelukku erat-erat, terasa sepasang toketnya mulai mengencang. Aku tahu, dirinya sedang bergairah.

Kupindahkan mulutku menjelajahi lehernya yg jenjang. Hanya berbagai saat saja di situ. Aku turun lagi sambil membuka kancing kemeja dinasnya. Kujilati pangkal toketnya yg tetap tertutup BH berwarna putih. Kutarik Bhnya ke bawah jadi toketnya terkesan terus mengencang. Kujilati putingnya yg mengacung. Lina menggelinjang berkali-kali. Kuremas-remas sepasang daging kenyal itu dgn lembut. Lina mendesah-desah perlahan.
“Ohhh…aahhhh….terusin, sayang…ohhhh….enak sekali….”
Berganti-ganti mulutku mengulumi puting kedua toketnya. Sesekali kuhisap serta kugigit-gigit lalu kuusap-usap dgn lidahku. Lina merintih lirih. Aku tahu birahi gadis itu terus meninggi, terkesan dari toketnya yg terus mengeras serta putingnya yg terus mengacung.
Kuhentikan permainanku di sana. Sepasang toket Lina tampak memar serta memerah sebab permainanku tadi. Kubopong tubuh serta kududukkan di atas kotak kayu yg tadi ia duduki. Kutarik sebelah kakinya supaya berada di atas kotak sedangkan yg satu lagi tetap menjuntai ke bawah. Kusingkapkan rok spannya ke arah perut. Saat ini selangkangan gadis itu terbuka lebar. Pangkal pahanya tetap tertutup celana dlm berwarna merah muda. Aku jongkok di hadapan selangkangannya. Kuremas-remas kemaluannya yg tetap tertutup celana dlm dgn ujung-ujung jemariku.
“Oh, ah..” Lina kembali menggelinjang.
Aku terus tidak tahan. Kuperosotkan celana dlm gadis itu, lalu kumasukkan celana dlmnya ke saku celanaku. Saat ini dapat kunikmati pemandangan yg indah terpampang di hadapanku. Tanganku pun segera beraksi pada pangkal paha gadis itu. Kemaluan Lina tampak bersih serta mulus tanpa sehelai rambut pun yg menghiasi kurang lebih bibir kemaluannya. Rupanya ia begitu memperhatikan tahap yg sangat pribadi itu. Kusibakkan bibir kemaluannya dgn jemari tangan kiriku. Lalu telunjuk tangan kananku mulai menggelitik klitorisnya.
“Ohhh….Ohhh….Ahhhh…” Lina mendesah lirih. Tubuh gadis itu meliuk-liuk semacam cacing kepanasan.
Ia memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Rupanya Lina sdh tidak mampu lagi menahan gejolak birahinya. Aku terus bersemangat untuk mempermainkan kemaluannya.
Kugelitik bibir dlm kemaluannya yg lembut serta terasa basah. Kemudian dgn lembut telunjukku menerobos masuk celah kemaluannya yg basah serta licin oleh lendir birahi gadis itu.
“Ahhhh….Uhhhh….Ssshhhh…” Kembali Lina mendesah-desah kenikmatan ketika telunjukku menekan-nekan G-spot yg ada di dlm kemaluannya.
Kurasakan otot-otot seputar celah kemaluannya berkontraksi menjepit jemariku.
Aku ingin membikin Lina terus melayg. Maka mulutku pun tdk tinggal diam. Kukecup bibir kemaluannya dgn lembut diiringi lidahku yg kemudian menari-nari kurang lebih klitorisnya. Kurasakan jari telunjukku yg tetap di dlm celahnya terus basah oleh lendirnya yg terus deras mengalir. Lidahku terus bermain-main di kurang lebih klitoris serta bibir kecilnya. Sesekali kutekan klitorisnya dgn lidahku serta kurasakan tahap itu terus menonjol serta mengeras. Yg kubaca di buku, bila wanita sdh begitu, berarti birahinya sdh memuncak.
“Ohhhh….Randiiii …Aku sdh nggak tahan lagi…” bisik Lina dgn suara serak.
Aku belum mau berhenti. Bisikan Lina justru membikinku terus bersemangat untuk merangsang birahinya. Saat ini kutarik jari telunjukku dari dlm celah kemaluannya. Kuhunjamkan mulutku pada kemaluannya. Kuhisap, kugelitik serta kujilati semua yg ada di sana. Lina terus histeris.
“Ouww!!” pekik Lina tertahan. Gadis itu meremas-remas rambut kepalaku sambil kedua pahanya menjepit kepalaku. Mulutku terus terbenam dlm kemaluannya serta membikinku susah bernafas. Aku pun terus menggila. Kuhisap klitorisnya dgn keras.
“Ouwww!!” Lina menjerit lagi.
“Ohhh..Randii, ayolah…aku sdh nggak kuat lagi..”
Lina melepaskan jepitan pahanya. Aku tahu isyarat itu. Kuangkat kepalaku dari pangkal pahanya. Kusapu mulutku yg basah dgn punggung tanganku. Kupandangi sebentar wajah Lina yg pucat sebab menahan birahinya yg terus memuncak. Aku jadi kasihan melihatnya. Kubuka ikat pinggangku serta kuperosotkan celanaku sebatas lutut berikut celana dlmku. Batang k0ntolku sdh tegang serta mengacung pertanda siap untuk bertempur.
Lina segera menggenggam kemaluanku, membelai-belainya sebentar, kemudian luar biasanya serta mengarahkannya pada celah kemaluannya sendiri. Aku merapatkan ujung kemaluanku pada permukaan celah kemaluan gadis itu. Seusai cocok, kutekan perlahan jadi batang batang k0ntolku menerobos celah meqinya perlahan-lahan. Kutekan lebih dlm lagi hingga seluruh kemaluanku hanyut dlm celah kemaluannya.
“Ohhhhhhh…..” Lina mendesah panjang ketika batang kemaluanku menerobos masuk celah meqinya.
Lina merebahkan tubuhnya 45 derajat bertumpu pada kedua sikunya. Kutarik kedua kaki gadis itu ke atas pundakku sebelum aku mulai menggerakkan kemaluanku. Dgn posisi itu kemaluanku terasa terus dlm menembus meqinya. Itu juga membikinku merasa nikmat. Dgn teratur aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Kemaluanku pun keluar masuk celah meqinya dgn teratur serta berirama.
“Ohhh…yaaahhh….ayo sayang bergerak makin cepat, aku sdh nggak tahan lagi,” bisik Lina diiringi desahan serta desisan nikmat.
Aku pun terus bersemangat mengocok. Saking bersemangatnya suara kemaluan kami yg beradu hingga mengeluarkan suara berdecak-decak. Tetapi semua teredam oleh bunyi berisik suara mesin kereta. Aku terus memacu menuju ke puncak serta agaknya Lina bakal hingga lebih dulu. Kurasakan tubuh Lina terus menegang. Otot-otot di seputar celah kemaluannya juga terus terasa kencang menjepit kemaluanku. Lendir yg ia keluarkan juga terus deras.
“Ayo Randi….aku sdh mau keluar nihh…” kata Lina dgn nafas tidak beraturan.
Aku justru menghentikan gerakanku. Kutarik tubuh Lina supaya berubah posisi. Kusuruh ia menungging dgn paha terbuka. Kuarahkan batang k0ntolku pada celah kemaluannya yg terbuka lebar. Sesaat saja langsung hanyut ditelan celah meqinya. Sesaat kemudian aku sdh kembali bergerak maju mundur. Hari ini gerakanku terus tidak beraturan.
“Yahhhh….ayooo…terus sayang…aku mau keluar nihh…” kata Lina lagi.
“Sabar, sayang. Aku juga mau keluar. Kami keluarin sama-sama,” sahutku.
Kucengkeram pinggang gadis itu serta kugerakkan kemaluanku terus cepat. Kurasakan dinding-dinding meqi Lina terus mengeras serta menjepit kemaluanku. Kurasakan tubuhku juga terus menegang. Ada sesuatu yg seolah bergerak dari sekujur tubuhku menuju satu titik pada kemaluanku.
Aku menekan dgn hentakan keras. Kupeluk tubuh Lina dari belakang dgn erat, jadi kemaluan kami berpaut erat sekali. Tubuhku mengejan serta muncratlah berkali-kali air maniku menyembur dlm meqi gadis itu. Kurasakan Lina pun mengejan serta membanjirlah lendirnya menyambut air spermaku.
Sesaat kemudian tubuhku terasa lemas. Kupeluk tubuh Lina dari belakang tanpa melepaskan kemaluanku dari dlm celah kemaluannya. Kurasakan juga tubuh Lina yg tadi tegang, kini sdh kembali normal.
“Ouw!” pekik Lina manakala batang kemaluanku kucabut dari dlm celah kemaluannya.
Aku duduk di atas kotak itu serta kutarik tubuh Lina ke atas pangkuanku. Kutatap wajahnya yg memerah dgn titik-titik keringat menghiasi dahinya. Kukecup dgn mesra bibirnya yg basah.
“Thanks ya, Randi,” bisik gadis itu. Aku hanya tersenyum membalasnya.
Kupeluk tubuh gadis itu dgn erat lalu kukecup puting susunya. Ia menggelinjang.
“Ahh, kalian terbukti nakal. Mau lagi?” tawarnya. Aku hanya mengangguk.
“Sdh satu jam. Kelak aku dicari kawan-kawanku,” sahut Lina sambil merapikan pakaiannya.
Aku seolah menunjukkan wajah sedih.
“Jangan marah dong. Kelak kan kami dapat ketemu lagi. Hari ini aku off, besok pagi aku baru kembali ke Jakarta. Kalian nginap dimana?” tanya Lina sambil mengecup pipiku.
Aku pun memberbagi alamat Hotel tempat aku bakal menginap yg rupanya tidak jauh dari mess pegawai kereta api tempat ia menginap. Seusai terkesan rapi, Lina pun meninggalkanku. Aku baru sadar seusai ia tidak kelihatan lagi, kalau celana dlmnya tetap kukantongi. Aku pun segera merapikan pakaianku lalu kembali ke tempat dudukku. Biarlah celana dlm itu kusimpan sebagai kenangan kalau kelak malam ia tidak jadi datang.
Aku gembira sekali sebab tender yg kuurus sukses. Seusai makan malam dgn klienku, aku kembali ke kamar hotelku. Sebetulnya aku ingin menikmati kota Bandung di malam hari, tp kuurungkan niatku sebab tetap ada dua hari lagi aku di sana. Seusai menggosok gigi, aku mengenakan kaos oblong serta celana pendek lalu merebahkan diri di atas sofa sambil melihat agenda di televisi. Ketika sedang mengganti-ganti channel TV, handphoneku berdering. Rupanya Lina yg menelpon. Ia sdh berada di lobi hotel.
“Naik saja langsung ke kamar 225,” kataku.
“Oke,” sahut Lina.
Tak lama kemudian Lina masuk serta mengunci pintu kamarku. Gadis itu mengenakan kaos putih serta celana jeans warna hitam, tampak serasi dgn tubuhnya yg atletis. Ia membawa soft drink serta makanan ringan kesukaanku, kacang mede.
“Kirain nggak jadi datang,” kataku.
“Wajib dong, kan celana dlmku tetap ada sama kamu. Masak aku pulang ke Jakarta nggak pakai celana dlm,” seloroh gadis itu.
“Terbuktinya cuma bawa satu?”
“He-eh,” jawabnya pendek sambil tersenyum menggoda. Aku tahu ia hanya bergurau.
Sesaat kemudian kami sdh tenggelam dgn candaan serta gurauan ringan sambil makan kacang mede. Sesekali kami saling menyuapi, share minum lalu main gelitik-gelitikan, persis semacam anak-anak ABG saja. Tp itu membikinku merasa fresh lagi.
Pukul sembilan malam makanan kecil serta minuman kami sdh habis. Lina pamit ke kamar mandi. Aku mematikan lampu ceiling serta menyalakan lampu baca di meja sebelah tempat tidur. Aku tetap melihat televisi. Tiba-tiba Lina duduk di pangkuanku dgn posisi mengangkangiku.
“Masih mau lanjutin yg tadi pagi?” bisiknya di telingaku. Nafasnya terasa panas menyulut gairahku. Belum sempat kujawab, Lina sdh melumat bibirku dgn bernafsu. Aku pun membalasnya dgn penuh nafsu pula. Bibir kami saling mengulum serta lidah kami saling mengait. Sementara kedua tangan Lina memeluk kepalaku, tanganku sdh menerobos masuk ke balik t-shirtnya.
Aku langsung mencari kancing BH di punggungnya. Sekali tarik saja kancing BH gadis itu sdh terlepas. Tanganku segera berpindah ke depan serta menemukan sepasang bukit kenyal dgn puncaknya yg mungil. Kusingkapkan ke atas t-shirt serta BH-nya, tampaklah sepasang toket yg putih montok tetapi tdk terlalu besar untuk ukuran gadis Indonesia.
Kuremas-remas dgn lembut onggokan daging mengkal sebesar buah apel Fuji itu serta kupilin-pilin putingnya yg mungil serta kenyal itu. Lina menggelinjang serta mendesah lirih. Dengan cara bergantian kusapukan lidahku di atas toket gadis itu, kugelitik putingnya sambil sesekali kuhisap dgn keras. Desahan Lina makin panjang.
“Sshhhhh….aaaahhhh…” semacam desisan kobra Lina mendesis serta mendesah meresapi permainan lidahku di atas toketnya.
Tangannya meremasi rambut kepalaku sambil sesekali menekan kepalaku ke dadanya jadi membikin wajahku tenggelam di atas toketnya yg empuk. Terus lama kurasakan toket gadis itu terus mengeras serta putingnya terus menonjol. Itu merupakan tanda birahi gadis itu mulai naik.
Kutanggalkan t-shirt serta BH Lina, sementara ia juga hebat kaos oblong yg kukenakan. Tahap tubuh atas kami sdh telanjang sekarang. Saat ini giliran Lina yg agresif. Gadis itu menciumi leherku, menggelitik tahap bawah telingaku, lalu turun menjilati putingku yg kecil serta meremasi dadaku yg cukup bidang. Bukan membikinku terangsang, malah membikinku geli. Aku tdk tinggal diam. Kuangkat tubuh Lina serta kubarangkan di sofa dgn punggung berada di sandaran sofa.
Kembali mulutku bermain-main di seputar dada gadis itu. Kuremas-remas toketnya yg semain lama terus mengeras. Kupilin-pilin, kujilati serta kuhisap putingnya yg juga terus mengeras sambil sesekali kugigit-gigit lembut. Lina mendesah-desah dibuatnya.
“Ouhhh…ouhh…aahhh..aahhh…shhhhh..” Tubuh gadis itu meliuk-liuk semacam cacing kepanasan.
Seusai puas bermain di sana, mulutku turun ke bawah serta menjilati perutnya, kemudian turun menggelitik pusarnya yg bersih. Kembali tubuh Lina meliuk-liuk, entah geli alias terus terangsang. Kubuka kancing jeans gadis itu. Kutarik resletingnya lalu kutanggalkan segera. Tinggal celana dlm yg saat ini membungkus tubuh sexy itu. Itu pun tdk berawet sebab aku segera luar biasanya. Serta tampaklah tubuh Lina yg sexy itu polos tanpa sehelai kain menutupinya.
Kuciumi sepasang pahanya yg putih mulus, bersih tanpa ada cacat sedikit pun. Terus lama mulutku terus ke atas serta berhenti pada pangkal pahanya. Kutemukan seonggok daging terbelah tanpa bulu yg biasa menghiasi kemaluan orang dewasa.
“Rajin cukur ya?” tanyaku setengah berbisik yg dibalas dgn anggukan kepala oleh Lina disertai senyuman manis serta pasrah.
Kesibakkan sepasang bibir luar alias yg biasa disebut labia mayora yg berwarna kehitaman. Di dlmnya kutemukan sepasang bibir dlm berwarna merah muda yg tipis serta halus serta sedikit basah, jadi tampak mengkilap di bawah bias sinar lampu. Tahap itu dinamakan labia minora. Di ujung atas ada tahap yg kecil serta menonjol, itulah klitoris alias kelentitnya. Dari buku yg kubaca, tahap itu merupakan tahap yg paling gampang terangsang. Maka akupun mendekatkan mulutku ke sana. Kusapukan lidahku pada bibir kecilnya lalu berhenti pada klitorisnya. Dgn ujung lidahku kugelitik tahap itu sambil sesekali kutekan-tekan, terasa terus lama terus menonjol. Benar saja, Lina terus kepayahan dibuatnya.
“Ohhhh…ohhh…ahhhh…ahhhh…” desah Lina kenikmatan. “Terusin sayang…ohhh… enak sekali sayang…”
Dibagian bawah ada celah kecil tempat keluar air seni, itu merupakan celah kencing. Lalu di bawahnya ada celah yg basah serta licin, itu merupakan celah senggama alias biasa disebut meqi. Dari celah itu melelh air lendir birahi gadis itu. Lidahku berpindah ke sana menjilat cairan bening yg rasanya payau itu, lalu ujung lidahku menerobos masuk serta menggelitik rongga meqinya.
“Ohhh…ohhh….aahhhhhhhh…” kembali Lina mendesah-desah kenikmatan.
Tangannya dgn kuat mencengkeram kepalaku serta membikin rambutku berantakan. Sesekali pahanya menjepit kepalaku jadi mulutku terus tenggelam dlm kemaluannya.
“Ohhh, Randi Sayanggg…aku sdh nggak tahan nih…” bisik Lina dgn nafas tersengal-sengal.
Nampaknya ia sdh tidak mampu menahan gejolak birahinya yg terus tinggi.
Aku melepaskan mulutku dari kemaluannya. Kuseka mulutku yg penuh lendir dgn punggung tanganku. Kemudian aku merebahkan diri di atas sofa sambil kutarik tubuh Lina untuk bangun. Gadis itu segera membuka celana pendekku berikut celana dlmku. Saat ini kami sdh sama-sama telanjang bulat. Pakaian kami berserakan di lantai. Kami tdk peduli lagi.
Lina segera menggenggam batang kemaluanku yg tegang mengacung serta berdenyut-denyut. Dgn lidahnya disapunya ujung batang k0ntolku yg botak serta licin itu, aku menggelinjang dibuatnya. Tangan gadis itu dgn cekatan mengocok-ngocok batang kemaluanku. Sekali-sekali Lina mengulum batang k0ntolku dlm mulutnya. Rasa hangat serta lembut membikinku terus terangsang.
“Sdh sayang, yuk kami lanjutin,” bisikku menyudahi permainan itu.
Aku duduk tegak serta punggungku merapat pada sandaran sofa dgn kaki menjuntai ke lantai. Lina berdiri mengangkang di atas kedua pahaku yg merapat. Kutarik pinggangnya perlahan. Lina menurunkan pantatnya perlahan. Kupegangi batang kemaluanku supaya mengarah ke celah meqi gadis itu. Seusai cocok kutarik pinggang Lina serta ia pun menurunkan pantatnya makin rapat ke atas pangkuanku. Maka amblaslah kemaluanku menerobos masuk ke dlm celah kemaluannya.
Lina membawa ke dua kakinya ke atas sofa serta merebahkan tubuhnya ke arahku. Dgn berpegangan pada sandaran kursi serta aku menahan pantatnya dgn kedua tanganku, Lina mulai bergerak naik turun. Kemaluanku dgn sendirinya keluar masuk dgn teratur. Tp posisi itu tdk berjalan lama, sebab kami jadi tdk bebas beraksi.
Lina mengubah posisi tetap tetap di atas, tp hari ini kami saling berhadapan. Lina mencondongkan tubuhnya ke arahku serta bertumpu pada sandaran sofa. Kembali ia menggerakkan pantatnya naik turun. Sementara aku memegangi pinggangnya sambil sesekali menekan serta menahannya berbagai detik jadi batang k0ntolku menerobos terus dlm.
“Ohhhhh…..” setiap kali aku meperbuat itu, Lina mendesah panjang. Ia tentu merasakan batang kemaluanku menembus hingga ke permukaan rahimnya. Serta aku yakin ia merasakan kenikmatan yg luar biasa.
Sepuluh menit sdh berlalu, tp kami sama-sama belum mau orgasmu. Kuangkat tubuh Lina tanpa melepaskan kemalun kami. Lina memelukku erat sekali saat aku menggendongnya, jadi kemaluan kami seolah lengket sebab berpaut begitu erat.
“Ouw..ouw…ahhhhh” jerit-jerit lirih Lina tertahan ketika aku menggendong serta membawanya ke tempat tidur. Kemaluanku melesak-lesak dlm meqi Lina ketika aku berjalan.
Sesampainya di tempat tidur kurebahkan tubuh Lina dgn pantat cocok berada di tepi ranjang. Dgn posisi Lina tidur serta aku berdiri, aku lebih bebas beraksi. Lina hebat bantal untuk mengganjal kepalanya. Kubka kedua paha gadis itu jadi kemaluanku lebih bebas lagi bergerak keluar masuk. Terus lama celah meqi Lina terus licin oleh lendir birahinya.
“Crett..cruttt…” suara kemaluan kami yg beradu seolah irama yg merdu mengiringi kami menuju ke puncak asmara. Aku terus bergerak dgn teratur. Terus lama gerakan ku terus cepat. Tubuh kami sdh bermandikan keringat meskipun kamar itu ber-AC.
Setengah jam sudah berlalu, ketika Lina tiba-tiba memekik.
“Aaaahhh..aku mau keluar, sayang…”
Segera kudorong tubuh Lina ke tengah ranjang, kami meperbuat gaya missionari. Kedua kaki Lina terangkat lalu mengait pinggangku. Aku jadi tdk dapat bergerak. Saat ini giliran ia yg bergerak berputar-putar. Kemaluanku melesak-lesak dibuatnya. Tidak lama akupun mulai merasakan tanda-tanda bakal orgasme.
“Ayo sayang, keluarin saja. Aku juga mau keluar,” kataku.
Lina terus cepat bergoyang. Serta tidak lama kemudian ia memelukku erat-erat. Akupun membalasnya. Tubuh kami bagaikan menyatu. Kemaluan kami semacam lengket. Sesaat tubuh kami sama-sama mengejang. Sedetik kemudian batang k0ntolku menembakkan air mani berkali-kali yg segera disambut dgn lendir birahi gadis itu. Rongga meqi Lina terasa banjir oleh cairan bahagia kami yg menyatu.
Kami tetap berpelukan erat selagi berbagai menit, menikmati sisa-sisa kenikmatan yg baru saja mencapai puncaknya. Sembari mengatur nafas kami yg tdk beraturan. Aku menggulingkan badanku dgn posisi Lina di atas. Kemaluan kami tetap menyatu. Tdk kami lepaskan hingga kami tertidur.
Pukul empat pagi kami tersadar sebab kedinginan. Kami kembali sama-sama terangsang. Lalu kami bersenggama lagi hingga kami berkeringat serta kelelahan. Pukul setengah enam pagi Lina mengajakku mandi sebab jam sembilan ia wajib kembali ke Jakarta.
Seusai mengisi penuh bath tub dgn air hangat serta sabun rendam, aku kembali ke kamar serta membopong tubuh Lina ke sana. Ku turunkan dgn perlahan tubuh gadis itu ke dlm bak mandi lalu aku pun menyusul masuk juga. Kuambil spon lalu kami bergantian saling membersihkan tubuh kami dgn sabun mandi. Seusai bersih, aku membuka tutup celah bath tub itu jadi air sabun itu terkuras habis, lalu aku mengganti dgn air yg baru. Lalu kami saling berbilas. Shower kunyalakan jadi kami seolah mandi di bawah air hujan.
Kami saling berhadapan. Kuambil shower serta kubersihkan sisa-sisa busa sabun di tubuh gadis itu. Lalu gantian Lina menyirami tubuhku. Kami meperbuatnya dgn bergantian.
Ketika aku membersihkan meqinya, aku kembali terangsang. Perlahan batang k0ntolku pun ereksi. Lina yg melihat faktor itu langsung membelai-belai kemaluanku.
“Kayaknya dirinya mau lagi tuh,” godanya.
“Ini juga, kayaknya terbuktigil-manggil supaya ini masuk ke sana,” balasku sambil menunjuk batang k0ntolku serta meqinya.
“Kita perbuat spontaneous sex yuk,” ajaknya.
“Oke, siapa takut.”
Spontaneous sex itu seks yg diperbuat dgn spontan serta cepat, tanpa pemanasan. Biasanya sebab buru-buru, tp nggak tahan lagi, padahal wajib bernagkat ke kantor. Alias sebab di lift, jadi horni nggak dapat tahan lagi, ya sdh main saja. Atau… semacam kami ini, sedang mandi, tiba-tiba terangsang lalu…ayo saja…
Kami sama-sama keluar dari air. Kami berpelukan sebentar, berciuman dgn panas lalu sesaat kemudian Lina segera mengambil posisi. Ia membungkukkan tubuhnya dgn berpegangan pada tepi bak mandi dgn paha terbuka. Aku berada cocok di belakangnya. Kuraba-raba sebentar kemaluan Lina.
“Nyatanya sdh basah ya,” kataku sambil ketawa.
“Iya, kayaknya anuku nggak dapat tahan lihat anumu berdiri,” balasnya sambil tertawa.
Kugenggam batang kemaluanku serta kuarahkan pada celah kemaluan Lina. Ia menundukkan tubuhnya lebih rendah lagi hingga menungging, jadi celah meqinya tampak jelas terbuka serta akupun lebih mudah mengarahkan batang k0ntolku ke sana. Kutekan perlahan serta kudorong dgn lembut, maka amblaslah kemaluanku ditelan kemaluan Lina.
Kupegang pinggang Lina serta aku mulai bergerak maju mundur dgn teratur serta berirama. Kadangkala Lina pun menggerakkan pantatnya maju mundur, jadi tubuh kami saling beradu.
“Ohhh..yaaahhhhh…ayo…sayang….lebih cepat lagi…” bisik Lina sambil mendesah.
“Oh..yaaaahhhh…” balasku dgn nafas memburu.
Gerakanku terus lama terus cepat serta tdk beraturan. Aku sengaja supaya permainan itu segera berakhir. Serta itu terbukti inti permainan spontaneous sex. Lina meperbuat faktor yg sama. Dgn jari-jarinya sendiri ia menggelitik klitorisnya. Serta tidak hingga sepuluh menit, Lina sdh menjerit.
“Aaahhhh!! Aku mau keluar sayang….!!!”
“Oooohhhhh…keluarin saja sayang, aku juga mau keluarrrr….”
Aku terus memburu. Gerakanku makin cepat. Kami saling memacu untuk menuju puncak kenikmatan kami. Tubuh Lina hingga terguncang-guncang. Toket gadis itu hingga terlempar ke kanan ke kiri. Tidak lama kemudian aku menekan batang k0ntolku dlm-dlm. Kupeluk tubuh Lina serta kucengkeram kedua toketnya dari belakang. Lina juga mendorong pantatnya ke belakang. Terasa batang k0ntolku menancap begitu dlm di celah meqinya.
“Ohh yaaa!!!!” jerit Lina ketika ia mencapai orgasme.
Aku pun menyusul berbagai detik kemudian dgn ditandai mucratnya air maniku berkali-kali.
“Hehh..hhh…ogghhhhhh..aaaaaahhhhhhh…” desah suara Lina dgn nafas tersengal-sengal.
“Nyatanya nikmat juga ya main cepat semacam ini. Kalian terbukti hebat, Randi sayang.”
“Kamu juga hebat,” bisikku sambil mengecup pipinya.
Aku melepaskan pelukanku. Kami duduk di tepi bak mandi. Kulihat dada Lina turun naik sebab nafas yg tdk beraturan. Tubuh gadis itu tampak sensual dgn bintik-bintik air serta keringat menghiasi sekujur tubuhnya, ditambah rambutnya yg basah tergerai, sangatlah wonderful girl.
“Thanks ya, sayang,” bisik Lina sambil mengecup bibirku lembut.
“Thanks juga,” balasku sambil memeluknya.
“Lain kali, boleh nggak aku minta?” tanya Lina berharap.
Aku tersenyum serta menatapnya lembut.
“Mau berapa kali?” tanyaku di telinganya.
“Ratusan,” sahut Lina meniru iklan Wafer Tango.
Kami pun segera berbilas. Seusai berpakaian serta sarapan Lina pun berpamitan. Aku menciumnya sekali lagi sebelum dirinya pergi.
“CD-nya nggak dibawa?” tanyaku mengulurkan celana dlm yg kemarin kukantongi.
“Nggak usah, buat kalian saja. Biar rutin ingat sama aku,” jawabnya sambil tertawa sebelum membuka pintu serta pergi.
Seusai Lina pergi, aku merebahkan diriku di tempat tidur. Aku mau tidur saja. Tubuhku terasa lelah sekali. Lina sangatlah menguras habis tenagaku. Sebelum tidur aku minum multi vitamin serta STMJ supaya kelak bangun tubuhku kembali prima.
Share: