388cash388cash

Cerita Sex : ABG Onani Dirumahku


Saya, suami serta anak-anak tinggal di apartemen (kalau di Indonesia sih disebutnya mesti condominium). Apartemen kami tidak jauh dari sekolah anak-anak, lumayan jalan kaki saja. Saya 45 tahun, suami 5 tahun lebih tua dari saya. Anak-anak kami telah ada yang sekolah di SMA.

Anak saya yang SMA itu namanya Bayu. Kawan-kawan Bayu tidak jarang main serta menginap di apartemen kami. Kadang-kadang numpang tidur siang juga. Biasa lah anak-anak. Ada satu kawannya yang paling rapat dengan anak saya, namanya Hasan. Mereka sekelas serta dari SMP kelas 1 terbukti telah berkawan. Hasan ini sangat sopan terhadap saya, dirinya rutin panggil saya Tante. Saya juga kenal baik bunda Hasan yang rumahnya satu condo dengan saya. Meski Bayu sedang keluar, Hasan tetap tetap suka juga datang serta ikut nonton TV, alias malah numpang istirahat di kamar Bayu.

Walau Hasan sangat sopan, namun saya juga maklum,bahwa di usia yang abg ini, dirinya mesti sedang mekar-mekarnya serta mencari tau mengenai lawan jenis. Saya kadang-kadang bercanda juga sama dirinya mengenai soal punya pacar, namun dirinya cuma nyengir serta senyum malu. Katanya kalau anak-anak perempuan SMA sih payah, tidak luar biasa. Kalau udah gitu kami sehingga saling bergurau, meski tetap sopan. Di rumah saya biasa pakai daster panjang yang hingga di bawah lutut.

Sopan deh pokoknya. Yang saya tidak menyadari merupakan Hasan mempunyai perasaan berminat ke saya. Mungkin sebab kami tidak jarang ngobrol di apartemen, ada Bayu alias tidak ada Bayu, Hasan serta saya tetap saja tetap juga ngobrol. Entah ya, mungkin dirinya pikir tingkah laku serta tutorial saya ngomong elegan gitu (maklum kan ibu-ibu mesti elegan). Dirinya sangat memperhatikan saya. Saya sih bahagia saja diperhatikan. Meski saya awalnya tidak curiga bahwa perhatian Hasan itu ada makna yang lain. Namun lama-lama saya rasa dirinya tidak jarang memperhatikan gerak gerik saya dari ekor matanya, serta kalau saya pandang balik, dirinya pura-pura menonton ke arah lain. Apa dirinya mulai memperhatikan tubuh saya?

Walau saya sangat terhormat di lingkungan kami, serta di antara ibu-ibu. Tiada orang yang tahu bahwa saya sangat suka browse internet serta khususnya membaca cerita-cerita yang erotik. Sehingga kalau untuk member-member DS sih mesti udah maklum dak kebayang deh bagaimana imajinasi serta lamunan saya dampak didikan DS. Di DS, yang saya suka itu baca cerita seru serta kadang-kadang es-lilin.

Balik pada cerita saya, saya pun mulai juga mikirin si Hasan ini, serta menebak-nebak apa yang ada di dalam pikiran dia. Nah, episode yang berikut ini menyadarkan saya apa yang tengah terjadi.
Suatu hari Hasan main ke rumah serta biasa ngobrol dengan Bayu serta saya di ruang tamu. Saya kebetulan minta Bayu berangkat untuk beli sesuatu keluar. Meski diajak, Hasan menolak untuk ikut dengan argumen males badan lagi capek. Sehingga sambil selesaiin rumah, saya ngobrol serta bergurau dengan dia. Lagi-lagi terasa alangkah intensnya tutorial dirinya ngomong ke saya serta juga tutorial dirinya memandang.

Kurang lebih pukul 5 sore, sesuai dengan kebiasaan harian, seusai selesai-selesai saya mandi. Kebetulan saja saya mandi di kamar mandi dekat dapur, bukan di ruang tidur mutlak (istilahnya master bedroom). Tiba-tiba selintas saya menonton kelebat bayangan di lubang pintu kamar mandi yang retak kecil pada sambungan papan di pintu tahap bawah. Rasanya ada yang mengintip. Kalau ada yang ngintip mungkin bisa keliatan kaki saya tahap bawah hingga lutut serta paha tahap bawah saya. Tapi siapa? Bukankah di rumah hanya ada Hasan, lagi pula dirinya kan pemuda yang sopan. Ah, mungkin hanya kebetulan. Saya balik lagi meneruskan mandi. Saya bersihkan seluruh tubuh. Tiba-tiba saya menonton lagi bayangan tadi. Ah, ini tentu Hasan. Namun hendak apa dia? Apakah dirinya sedemikian ngebetnya ingin buang air hingga menantiku dengan tidak sabarnya? Tiba-tiba bayangan cerita-cerita di DS menerpa, ah apakah terbukti dirinya berminat pada saya serta menyimpan nafsu tersendiri? Apa ini bukan pertama dirinya mengintip saya sedang mandi. Alias jangan-jangan dirinya mengintip saya juga di kamar, alias tempat lain?
Berakhir mandi saya lihat Hasan sedang duduk membaca majalah. Saya ke kamar, bukan untuk ganti baju, namun hanya menyisir di depan cermin saja. Lagi-lagi saya merasa diperhatikan dari balik pintu yang terbukti tidak saya tutup. Gerakan Hasan di balik pintu tampak dari cermin saya. Saat saya keluar kamar nyatanya Hasan di sofa serta saya yakin dirinya hanya pura-pura saja baca majalah. Tiba-tiba saya teringat ada janji mau ketemu tetangga di condo, ada titipan dari kawan yang mesti saya ambil. Saya beri tahu Hasan, saya bakal ke tempat bunda Susi, serta balik kira-kira sejam, sehingga tolong titip rumah.
Sampai di apartemen bu Susi, nyatanya terkunci sebab sedang ke luar. Wah bisa-bisanya janjian tapi ditinggal berangkat begini. Terpaksa saya balik lagi ke rumah, yang semula maunya balik setelah 1 jam, ini baru 15 menit telah hingga rumah lagi.
Walau pintu dikunci, saya tau Hasan ada di dalam. Bayu pastilah belum hingga rumah lagi. Saya buka dengan kunci saya sendiri pelan-pelan, serta masuk ke dalam. Sebab di ruang tamu tidak ada orang, saya yakin Hasan mesti di kamar Bayu anak saya, mungkin main computer semacam kebiasaan mereka. Di luar pintu kamar, saya mendengar suara menderit-derit krek, krek, krek, berulang-ulang. Saya sehingga ingin tahu, saya buka perlahan pintu kamar Bayu. Kamar-kamar di tempat saya terbukti tidak berkunci, kecuali pintu masuk serta pintu master bedroom. Pintu terbuka sedikit serta saya bisa menonton ke dalam dari lubang sempit itu. Serta di dalam Hasan sedang duduk di bangku computer. Celana panjangnya telah turun serta teronggok di lantai dibawah bangku. Celana dalamnya tidak tampak lagi. Posisi Hasan menyamping dari saya tapi sebab jaraknya yang sangat dekat ke pintu, saya bisa menonton semua dengan jelas.
Sekarang ini mata Hasan tertutup rapat serta bernafas berat, dengan kaki membuka, serta tangannya mencengkeram erat batang anunya yang sedang tegak berdiri. Suara krik krik krik bangku terdengar sebab irama tangannya yang mengocok batang keras itu berirama. Tidak hanya dari foto es lilin di internet, tidak hanya milik suami, saya tidak menonton lagi lelaki telanjang dengan cara langsung. Serta tiba-tiba kini saya menonton pemuda abg yang sedang terangsang berat. Batang tegang Hasan yang tengah dirinya remas keras-keras itu tampak panjang, kira-kira 12-13 cm berkapasitas langsing, serta tampak agak melengkung sedikit. Kulit batangnya tampak kemerahan sebab Hasan terbukti putih kulitnya. Kedua kulit kantung telurnya tampak bersih tidak berambut. Ada sedikit rambut halus serta jarang di daerah pubicnya. Saya bisa menonton kepala batangnya berlumuran dengan air mazi bening, serta tampak merah keras berkilat. Dari tempat saya mengintip, saya bisa menonton sedikit pada layar computer serta menonton foto seorang perempuan bule yang telah dewasa (ibu-ibu) sedang meperbuat oral sex mengisap penis pemuda bule. Batang pemuda bule itu telah tampak tidak tegang lagi serta diisap semacam lollipop. Muka wanita bule itu berlumuran mani si pemuda. Saya heran, kenapa Hasan onani dengan menonton perempuan dewasa serta bukannya perempuan muda. Tiba-tiba terbukalah pikiran saya. Selagi ini Hasan tidak menyukai anak perempuan SMA sebab dirinya lebih mengagumi perempuan dewasa. Serta itu sebabnya dirinya sangat memperhatikan saya.
Terdengar oleh saya, Hasan menggumam sambil terus meremas serta mengocok batangnya. Meski tidak jelas yang dibisikkan, tapi semacamnya dirinya menggumam,
“Auh tante, jilat terus, remes serta jilat. Isep hingga Hasan keluar mani tante”.
Saya tidak lebih pasti, apa yang dikatakan, sebab memmang nggak jelas. Saya lihat pinggulnya mulai naik turun di atas bangku yang diduduki. Sebagai wanita dewasa yang telah berpengalaman, saya tahu dirinya mesti telah hamper-hampir memancurkan air maninya. Saya rasa sedikit tidak enak hati mengintip macam ini, tapi saya tidak mampu untuk mengalihkan pandangan mata saya dari batangnya yang merah serta basah ujungnya sebab remasan-remasan yang kencang itu. Saya merasa daerah kemaluan di antara kedua paha saya mengecup-kecup serta kegatalan timbul di daerah itu. Saya yakin, kebasahan mulai terjadi di sana. Sama dengan efek yang terjadi masa saya membaca cerita di DS.
Hasan mulai terdengar mengerang keras. Dirinya onani serta berfantasi dengan leluasa tidak menyangka kalau saya telah balik ke rumah serta menyaksikan pemandangan yang indah ini.
Erangannya terdengar jelas, “Ya ya tante, isep air maninya, isep kepala kontolku tante, isep airnya ….. ahhhh…”.
Sambil mengerang demikian, tiba-tiba dirinya muncrat serta memancar ajaran ke atas. Pancrutan itu naik ke atas serta akhirnya jatuh lagi memancur ke bawah mengenai seluruh tahap perut serta daerah kemaluannya. Saya tidak sempat menonton pancrutan air mani yang demikian kencang. Tapi terbukti ini pertama kali saya menonton onani abg yang sedang mengeluarkan air maninya.
Saat itu saya telah panas dingin, kepala saya terasa mengambang. Meki saya terasa berdenyut dengan kegatalan yang melanda. Saya juga merasa tahap dalam lubang kenikmatan saya mulai mengembun serta menerbitkan kebasahan yang sangat. Namun pemandangan yang saya saksikan tidak membikin saya beranjak pergi.
Luar biasa sekali, meski telah mengeluarkan air mani, batang Hasan tidak juga menyurut lunak. Batang itu tetap tampak keras serta diselimuti oleh kebasahan mani serta mazi yang ditumpahkan. Hasan tetap mengurut-urut lembut batangnya. Dirinya tampak mengubah foto di layar komputer, serta saat ini terpampang foto lain lagi. Seorang pemuda Cina (atau Jepang) berbaring, serta seorang wanita dewasa (Jepang juga alias Cina) jongkok di atasnya serta memposisikan mekinya serta anusnya di atas muka pemuda yang tampaknya semacam sedang menjilati. Tahap mulut serta hidung pemuda tadi tampak tenggelam di dalam kerimbunan rambut memek si wanita. Sambil jongkok wanita tadi yang tampak sedang kenikmatan, juga memegang batang kemaluan pemuda tadi.
Kembali Hasan mengocok batangnya yang berlumuran mani itu. Batang itu sama sekali tidak mereda kekerasannya, panjangnya tetap tegar sepanjang 13 cm. Serta tampak berkilat sebab cairan putih yang menyelimuti. Kepala batangnya tampak terus merah. Hasan mengocok sambil menjilati bibirnya, sedikit mani ia oleskan dari batangnya ke bibir.
Sambil terus mengocok serta membekas bibir Hasan mengerang “Gimana jilatan Hasan tante..? Enak tante? Aduh ah Hasan mau liat memek tante? Jembutnya lebat mesti ya punya tante…? AH kocok juga punya ku tante?”
Saya panas dingin serta tidak kuasa menahan birahi, sedemikian dahsyat imajinasi pemuda ini. Hingga-sampai dirinya membayangkan meki saya semacam apa. Tidak terasa jari-jari saya telah menyelinap masuk ke dalam celana dalam. Kebasahan yang sangat terasa di sana. Jariku mulai membelai lipat-lipatan bibir bawah, menyebarkan kebasahan kearah kelentit yang terasa sangat sensitive serta gatal. Sambil jari tengah menggosok-gosok serta menekan lubang-lubang bibir tahap dalam meki, jempolku menekan serta menggosok-gosok batang kelentit.
Birahi saya tidak terbendung lagi. Kegatalan itu terus memuncak memunculkan kenikmatan yang sangat di tahap dalam lubang memek. Saya terus onani sambil memandang onani yang tengah diperbuat Hasan. Aroma air mani terasa kuat dari batang berlumuran yang terus dikocok kencang. Puncak kenimmatan Hasan serta saya datang hamper bersamaan. Saya mesti menutup mulut saya dengan tangan takut erangan serta desisan keluar dari mulut saya. Ledakan nikmat melanda, serta badan saya kaku sejenak menikmati terpaan-terpaan rasa nikmat bersumber dari dalam sepanjang lubang kenikmatan saya, menuju kelentit serta meyebarkan keenjoyan di seluruh tubuh. Terasa cairan merembes keluar dari dalam lubang saya. Ah kenikmatan yang luar biasa.
Disusul kemudian oleh Hasan yang tampak badannya menegang “Ah remes tante batang Hasan…”, membayangkan aksi semacam di layar komputer.
“Ah …. eh….”, serta kemudian tampak cairan sperma merembes ke luar dari lubang di ujung batangnya. Ada juga puncratan, namun tidak setidak sedikit serta sekeras tadi.
Saya buru-buru dengan perlahan ke luar dari rumah, menguncinya dari luar serta berdiri di luar pintu menenangkan diri. Saya turun dengan lift ke lantai bawah serta duduk di bawah untuk menenangkan diri. Untung juga saya tidak menjumpai orang yang saya kenal. Saya mesti tampak pucat. Meski orang tidak tahu, saya merasa pangkal paha saya lengket sebab cairan meki yang keluar tadi telah melai mengering.
Setelah ada lima menitan di bawah saya naik lagi ke atas. Memencet bel di pintu. Agak lama menantikan, akhirnya Hasan membuka pintu dari dalam.
“Ah tante sori lama, tadi Hasan pas lagi di kamar mandi”, katanya nyengir sambil muka dirinya agak terkesan pucat. Ini mesti pucat sebab capek onani tadi, saya berbicara di dalam hati.
“Telahlah biar, tapi tante capek, mau istirahat”, saya cari argumen masuk ke kamar, takut dirinya menonton ada perubahan-perubahan penampilan saya.
Hasan juga pamit pulang sebab telah terlalu lama di apartemen saya.
Di ranjang saya berbaring letih. Momen tadi sangatlah mengganggu, baik fisik maupun mental. Saya mulai berpikir, mungkin Hasan telah lama onani demikian sambil membayangkan saya. Semua erotisme yang terjadi tadi terus bermain di benak saya. Tapi kenikmatan serta ketegangan itu tidak bisa meninggalkan pikiran saya. Apakah benar yang saya perbuat, kenapa saya malah menikmati momen tadi, serta bukannya tersinggung serta marah. Mungkin terlalu tidak sedikit baca cerita erotik telah mengubah saya.
Ah telahlah, biarkan yang telah terjadi tetap terjadi. Saya tidak tahu bagaimana kelak kalau bertemu lagi dengan Hasan seusai melewati momen ini serta tahu apa yang dipikirkan Hasan mengenai saya. Biarlah itu urusan nanti.
Share: