388cash388cash

Cerita Sex ABG » Kisah Ngentot Ananda


Kisah ini terjadi, ketika aku tetap di bangku kuliah berbagai tahun yang lalu serta pada akhirnya kuliahku juga berhenti di tengah jalan sebab kesibukanku dengan grup band yang aku bentuk.

Pagi itu semacam kebiasaan aku sebelum masuk ruang kuliah, rutin menyempatkan diri untuk menikmati makanan di cafetaria kampus yang suasananya lumayan asri dengan kehadiran taman di samping cafetaria kampus itu sendiri. Diantara berbagai mahasiswa yang sedang menikmati makanan, aku sempat terpaku oleh sosok yang sebelumnya belum sempat aku lihat di kampus.

Penampilannya lumayan membikinku terpesona, dengan tank top warna merah di padu dengan blue jeans skirt dengan tinggi lutut menjadikan dirinya juga patut untuk menjadi pusat perhatian semua cowok yang ada di cafetaria. Seusai memesan makanan serta minuman, aku melangkahkan kakiku menuju meja yang ada di luar ruangan cafetaria yang posisinya menghadap langsung ke arah taman kampus.

Pagi itu kebetulan aku seorang diri, nggak semacam hari-hari biasa yang rutin datang bersama kawan-kawan dekatku yang sekaligus juga kawan di grup bandku. Dengan santai aku duduk sambil menikmati segelas coklat hangat serta sepotong pancake nanas kesukaanku.

Di tengah asyiknya aku menikmati makanan, tiba-tiba telah berdiri kawanku yang bernama Dina serta seorang yang telah membikinku terpaku sebelumnya.
“Maaf Diet.. Boleh nggak kami gabung duduknya?” tanya Dina sambil tersenyum.
“Oh.. Kamu Din..!” ujarku spontan.

“Boleh-boleh… Lagian aku sendirian kok” sahuntuku meyakinkan.
“Tumben nih cafetari rame, hingga nggak ada satupun meja kosong” Kata Dina meningkatkankan.
“Kamu juga tumben Diet makan sendirian, biasanya khan sama grup band kamu?” kata Dina lagi.
“Iya nih Din.. Kebetulan ada kelas pagi jadinya aku pergi lebih awal deh” jelasku sesaat seusai Dina serta kawannya duduk.

“Oh iya Diet, kenalin ini anak baru di kampus kita” Dengan ramah Dina menawarkan kawannya.
“Ananda… Ini Adietya kawan kami juga, yang kebetulan juga dirinya vokalis di grup band di kampus kami ini” Dina menawarkan aku terhadap Ananda dengan cara panjang lebar.
“Dan dirinya ini Diet, mahasiswa pindahan dari Jakarta yang mengikuti orangtuanya sebab pindah tugas” Jelas Dina kepadaku.

“Namanya Ananda aprilia putri, yang memiliki hobby dengerin musik juga” sahut Dina lagi.
Yang di perkenalkan cuman tersenyum manis aja. Dengan ramah aku tersenyum terhadap Ananda, sambil menyodorkan tanganku.
“Adietya!” kataku pendek.
“Ananda!” dengan senyum manis dirinya menerima uluran tanganku.
Tangannya halus banget saat aku menggenggamnya lembut, apalagi di lengannya di tumbuhi bulu-bulu halus yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang mulus.
Dari jarak yang lumayan dekat aku dapat menikmati pesona kecantikan Ananda yang begitu menawan, Ananda memiliki rambut yang lumayan tebal serta hitam yang panjangnya di bawah bahunya sedikit. Bibirnya sensual serta rutin basah alamiah tanpa olesan lipstik. Pandanganku sesaat turun ke arah lehernya yang jenjang serta beres di kedua tonjolan di dadanya yang aku taksir ukurannya 36B.
Sampai di sini aku sempat menelan ludah sesaat, alangkah ranumnya buah dada Ananda yang menuruntuku begitu menggairahkan kalau di remas nan lembut serta putingnya di jilatin dengan gerakan erotis. Khayalanku buyar bersama teguran dari Dina mengingatkan kalau aku tetap menggenggam tangan Ananda.
“Telah dong Diet.. Lepasin tangan Ananda” tegurnya mengingatkan.
“Maaf.. Yah Ananda” kataku polos.
“Tangan kamu halus banget sih” kataku meningkatkankan.
“Tangan atau, kamu yang terpesona oleh kecantikannya” sindir Dina.
Aku hanya tersenyum mendengar Dina berbicara itu. Sejujurnya aku terbukti mengagumi pesona Ananda yang kayaknya bakal sehingga bunga kampus nantinya.
Seminggu seusai pertemuanku dengan Ananda di cafetaria. Aku berjumpa kembali dengannya tapi bukan di kampus semacam saat itu. Ananda datang bersama kedua orang tuanya untuk menikmati makam malam di salah satu cafe yang lumayan populer di kota itu. Serta kebetulan aku bersama kawan-kawanku bermain musik akustik di cafe itu setiap 3 kali seminggu.
Malam itu Ananda mengenakan gaun warna hitam yang membikin penampilannya sangat tidak sama dengan saat dirinya ada di kampus. Gaun malam yang panjang serta modelnya sedikit sexy pada tahap dadanya membikin Ananda tampil begitu anggun malam itu. Saat itu Ananda belum menyadari kalau yang ada di atas panggung adalah diriku.
“Selamat datang serta selamat menikmati suguhan musik akustik dari kami, semoga makan malam kamu lumayan berkesan bersama orang-orang yang kamu cintai” Sambutanku terhadap semua pengunjung cafe.
Seusai aku menyanyikan berbagai lagu serta mendapat sambutan yang lumayan meriah dari pengunjung malam itu. Dengan mantap, kembali aku memberi tau pesan khusus.
“Lagu ini bakal saya persembahkan buat pengunjung yang ada di meja nomer 5, yaitu Ananda bersama kedua orang tuanya serta semoga makan malamnya berkesan dengan hadirnya lagu ini” sahuntuku spontan.
Seketika pandangan Ananda bersama kedua orang tuanya tertuju ke panggung. Dengan sopan aku menganggukan kepala terhadap mereka, sambil tersenyum ramah. Ananda sempat terpaku, ketika menonton diriku tersenyum dari atas panggung.
Seusai melalui peristiwat sesaat yang adalah kejutan dariku. Perlahan aku mulai menyanyikan lagu lembut yang sempat dibawakan oleh Rod stewart” Have I told you lately”. Pandanganku beradu dengan pandangan Ananda yang sedang serius menatapku dari mejanya, ketika di awal lagu sambil tersenyum aku memandangnya lembut.
“Have I told you lately that I love you..” bunyi lirik di awal lagu itu.
Dengan penghayatan aku menyanyikan lagu itu yang dengan cara tidak sengaja terinspirasi oleh kedatangan Ananda di cafe malam itu. Seusai beres aku menyanyikan lagu itu, bersamaan juga saat aku bersama grupku mendapat peluang untuk break di session pertama. Di saat break aku pergunakan waktu yang ada untuk menemui Ananda bersama ke dua orang tuanya.
“Selamat malam Om, Tante serta juga Ananda” tegurku sopan.
“Perkenalkan nama saya Adietya, kawan Ananda satu kampus” dengan ramah serta sopan aku menawarkan diri di hadapan kedua orang tua Ananda.
Yang juga disambut dengan ramah oleh kedua orang tua Ananda.
“Pa, Ma, Ini kawan Ananda yang sempat Ananda ceritakan sebelumnya” terang Ananda kemudian.
Dalam hati sempat aku bertanya, apakah yang telah di ceritakan Ananda terhadap kedua orang tuanya mengenai diriku. Seusai berkenalan dengan kedua orang tuanya serta terlibat dialog yang panjang, akhirnya aku tahu kalau Ananda adalah anak semata wayang di keluarganya.
Tak mengherankan apabila, kalau Ananda memperoleh kasih sayang dengan cara penuh baik dari papanya serta juga Mamanya. Itu terkesan dari kesehariannya yang riang serta lincah saat dirinya berada di kampus. Seusai tiba waktu buat aku serta kawan-kawan untuk main di session kedua, dengan sopan aku berpamitan terhadap kedua orangtuanya serta juga Ananda.
Suasana cafe malam itu sangat special buat diriku, sebab kedatangan orang yang tidak jarang aku khayalkan setiap saat di tempat yang tidak sempat aku duga sebelumnya. Menjelang setengah sebelas, aku menyudahi penampilan malam itu lewat lagu”Cinta Sejati” Milik ari lasso.
Ketika beres acara, aku pamit terhadap kawan-kawan band, kalau aku ingin menemui Ananda serta kedua orang tuanya. Sesampainya di meja Ananda, serta ngobrol sesaat, kedua orang tuanya berpamitan ingin pulang sebab telah mulai di hinggapi rasa kantuk.
“Pa, Ma, Ananda boleh pulangnya akhir-akhir?” tanya Ananda terhadap kedua orang tuanya.
“Ananda tetap pingin ngobrol dengan Adiet nih bolehkan?” rajuknya manja.
“Baiklah, asal kelak pulangnya Adietya yang nganterin!” tegas papanya.
“Baik Om.. Terima kasih atas kepercayaan yang Om berbagi”jawabku kemudian.
“Makasih pa, Ma..” teriaknya sambil mencium pipi Papa serta Mamanya.
Seusai kepergian Papa serta Mamanya, kembali kami melanjuntukan dialog yang tertunda sesaat. Ketika waktu memperlihatkan pukul 23.30 aku berbicara terhadap Ananda.
“Ananda sebaiknya kami pulang yah” kataku pelan.
“Telah malam nih, ntar Papa serta Mami kamu gelisah menantikanmu” terangku lagi.
“Baiklah kalau menurut kamu begitu” jawab Ananda kemudian.
Yang tidak lama aku bergegas menyetop taxi yang sedang lewat di depan kita. Di dalam taxi aku terdiam sambil melamunkan kejadian yang barusan aku alami. Alangkah beruntung aku dapat duduk berduaan di dalam taxi dengan seorang gadis cantik yang begitu tidak sedikit di dambakan oleh setiap cowok yang ada di kampus.
“Diet kenapa diam?” tanya Ananda membuyarkan lamunanku.
“Oh.. Eh”jawabku gugup.
“Aku nggak sempat membayangkan kalau aku dapat sedekat ini dengan dirimu” jelasku seusai dapat menguasai kondisi.
“Maksud kamu?”tanya Ananda lagi.
“Kamu tahu khan, kalau di kampus tidak sedikit cowok yang menaksir kamu” terangku kemudian.
“Diet, kalaupun tidak sedikit cowok yang mengejar-ngejar aku, aku punya hak juga khan buat menolak?” tanyanya lagi.
Aku hanya terdiam mendengar penjelasannya, sambil tersenyum lembut menatapnya.
“Aku telah tidak sedikit menceritakan mengenai dirimu terhadap Papa serta Mama, makanya mereka percaya kalau aku pulangnya bersama kamu” terang Ananda meyakinkan aku.
Di kepala tetap teringat saat aku menawarkan diri di hadapan Papa serta Mamanya, ketika break time tadi yang Ananda bilang sempat menceritakan aku sebelumnya.
“Diet, sejak awal perkenalan di cafetaria, hatiku sempat berdetak entah kenapa” terangnya kemudian.
“Aku juga rutin berhayal mengenai dirimu” jelasnya lagi.
“Tidak sedikit cerita di kampus yang berkata, kalau kamu orangnya lumayan lembut setiap menghadapi cewek” tambahnya lagi.
“Semua itu terbukti adanya, apalagi dengan kamu memberbagi suatu  lagu romantis buat diriku saat malam tadi” dengan lembut Ananda berbicara itu.
“Papa serta Mami sempat memuji, kalau kamu orangnya dapat menghargai seorang wanita” terangnya lagi.
Terharu aku mendengar semua penjelasan dari Ananda yang nyatanya selagi ini dirinya bersimpati terhadap diriku. Taxi yang kami tumpangi melintasi suatu  jalan yang lampu penerang jalannya agak redup. Dengan keberanian di tengah keremangan, aku memeluk Ananda mendekat serta mengecup bibirnya yang ranum.
“Telah lama aku mendambakan kamu Ananda” bisikku mesra di telinganya.
Ananda hanya tersenyum manis mendengar bisikanku, sambil meremas mesra tanganku. Tidak lama berselang taxi telah hingga di depan suatu  rumah besar yang di halamannya ada suatu  taman serta balai-balai kecil di pojok rumah.
Share: