388cash388cash

Cerita Sex: ML Sama Rektor


Nama ku Indah Pramesty, saat ini umurku 18 tahun, kuliah semester pertama di fakultas ekonomi salah satu perguruan tinggi di jawa.

Sekilas mengenai penampilanku, tinggi badanku 170cm dgn berat badan 54, boleh dibilang lumayan idealis, meski pakainku rutin terlihat sexy, tp aq suka dgn keindahan lekuk tubuhku, adalah kepuasan tersendiri bagiku bila ada pria yg memandang bahkan memuji penampilan ku.

Aq tdk tahu bagaimana semua ini berawal. Yg pasti, sejak aq merasakan adanya gejolak seks pada diriku, keberminatanku tertuju pada laki-laki setengah baya alias lebih, kebapakan serta gemuk. Anehnya lagi, puncak gairahku bukan pada wajah melainkan ketiak. Ya, aq rutin membayangkan ketiak laki-laki berusiaan 50 tahun.

Cita-cita mengenai ketiak laki-laki setengah 50 tahun itulah yg kemudian mengisi benakku apabila birahi datang. Di segi lain, aq tetap takut setengah mati apabila gairah misterius ini kuungkapkan. Dampaknya, selagi ini aq hanya dapat mencari lubang dgn tutorial melirik serta berharap dapat menonton ketiak itu pada setiap laki-laki yg memenuhi kriteria itu, berusiaan 50-an tahun serta gemuk.

Aq simpan gairahku ini sejak aq merasa mempunyai naluri seks, sangatlah penantian panjang yg tdk hanya menyiksa, melainkan juga merilis frustasi bagiku. Selagi itu pula keberanianku semacam lenyap ditelan bumi. Aq terus mencari tutorial supaya dapat menemukan laki-laki dgn ketiak semacam yg aq impikan namun sekaligus menyimpan mimpi rahasia ini dari siapapun. Hingga sebuahhari mimpi itu menjadi kenyataan.

Kisah itu terjadi ketika dimasa pertengahan kuliahku di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Jawa. Aq terbukti salah satu yg beruntung dapat kuliah di sana.
Saat itu aq serta teman-teman mahasiswaku sedang menggarap sebuah kegiatan sosial yakni menggelar aksi pasar terjangkau di sebuah daerah yg belum lama lalu tertimpa bencana banjir. Nah, sebagai anak buah panitia inti aq ketiban tugas menghadap Rektor universitasku untuk meminta ijin serta bantuan sarana semacam kendaraan pengantar serta beberapa peralatan yg kita perlukan di lokasi nanti.

Ini bukan tugas yg mudah sebab kesibukan rektor yg tdk sempat berakhir itu. Namun aq juga bersemangat sebab aq sungguh menyukai tampang rektorku ini. Meski tdk sempat bertatap muka dengan cara dekat, namun dari beberapa peluang aq sudah mengamati, rektorku adalah seorang pria setengah umur yg bagiku masuk daftar ‘sangat seksi’. Barangkali aq dapat menonton sekilas ketiaknya ketika berkata dgnku nanti, pikirku berharap.

Masih pagi ketika kakiku menginjakkan kaki di lantai tiga gedung rektorat, tempat ruangan rektor berada. Dari sekretarisnya aq tahu, aq mendapat urutan ketiga menghadap rektorku. Okey, aq lalu merebahkan pantatku di ruang tunggu. Seusai kurang lebih 30 menit menantikan, perempuan yg tampak anggun di usianya yg aq taksir kurang lebih 35 tahun itu terbuktigilku serta menyuruhku masuk.

Aq segera masuk ke ruangan ber-AC. Pak Rektor tetap sibuk menandatangani menandatangani beberapa berkas.
“Silakan duduk, dik,” katanya tanpa memandangku.
Tampaknya, mahasiswa terbukti rutin tdk hebat baginya. Namun beberapa menit kemudian aq sadar aq sudah keliru mekualitas rektorku.
“Apa yg dapat saya Bantu nih,” katanya santai, sembari bangkit dari kursi putarnya.
Dadaku makin bergemuruh. Beberapa menit kemudian, sosok yg kukagumi itu sdh berada hanya kurang lebih 50 centimeter di depanku. Sungguh membikinku terkesiap.
Hari itu beliau mengenakan kemeja putih lengan panjang, berdasi serta bawahan gelap. Wajahnya kebapakan, dadanya menyembul indah dibalik kemeja putihnya, membangun komposisi yg begitu eksotik berpadu dgn perutnya yg meski menyembul namun tdk lumayan gemuk. Lengannya besar serta tampak kuat dgn bulu-bulu di lengannya yg sedikit terbuka.
“Okey, apa yg dapat bapak bantu? Bapak sedang tdk begitu sehat nih?” katanya kemudian.
Penggunaan kata ‘bapak’ sungguh membikin andrenalinku mengalir cepat.
“Ini, Pak, saya mau meminta universitas menolong kita menggelar agenda pasar terjangkau..” aq lalu berceloteh menerangkan konsep agenda serta rangkaian kegiatan yg bakal kita gelar, mirip salesman produk elektronik.
“Wah, keren itu, menolong warga yg baru saja tertimpa musibah. Baik, apa yg dibutuhkan?” katanya.
Plong, langkah besar sudah kucapai. Aq lalu menyodorkan proposal serta beliau segera menandatanganinya seusai membaca sekilas.
“Saya setuju, saya dukung,” katanya.
Gol, tugasku sudah mencapai targetnya. Tiba-tiba aq lihat dirinya memijit-mjit leher dgn tangan kirinya, menampakkan ada yg salah pada urat leher. Peluangku, pikirku setengah ngelantur.
“Ee, bapak sedang tidak enak badan, apa yg sakit, Pak?” tanyaku setengah gemetar.
Hari ini otakku sdh dipenuhi fantasi mengenai orang ini. Aq berusaha memancingnya.
“Ini loh, leher saya kaku sekali, semacamnya bapak salah tidur nih,” katanya sembari mengelus leher kirinya.
“Mmm, boleh saya pijit, Pak, barangkali bakal menolong,” kataku begitu saja.
Aq merasa sdh lepas kendali ketika mengucap kalimat itu.
“Oya, boleh, wah itu bakal sangat menolong,” katanya.
Kuletakkan map berisi proposal serta sejurus kemudian kedua tanganku sdh memijit leher ektorku yg gagah. Persentuhan kulit tanganku serta kulit leher Pak Rektor segera membikin hormon seks-ku tersentak.
“Wah, bapak tidak lebih tidur, nih,” kataku berusaha memecah sunyi.
“Iya nih, soalnya beberapa malam ini lembur baca laporan. Wah ini enak sekali,” kata Pak Rektor sembari melepas dasinya.
Aq terkesiap sebab Pak Rektor lalu membuka beberapa kancing kemejanya. Tanganku segera bergerak. Urutan jariku tdk lagi hanya terpusat pada segi leher kirinya, melainkan bergerak ke arah depan serta pundak. Pak Rektor menengadah, kulihat matanya menutup, tanda merasakan keenakan. Tanganku lalu menuju ke dada atasnya.
“Wah, enak sehari ini, terus ya. Jangan kawatir, saya sdh bilang sekretaris saya tdk mau menerima tamu hingga siang nanti,” katanya.
“Ngg, lebih baik kemeja Bapak dibuka ya,” kataku setengah berharap.
Di luar dugaan, tanpa menantikan waktu Rektorku segera membuka kemeja. Saat ini tampaklah tubuh bapak yg seksi ini. Tanganku segera menyambutnya, jari-jariku bergerak ke arah dada, kembali ke leher, lalu ke dada serta terus mendekat ke putingnya. Tiba-tiba kedua tanganku diraihnya serta aq diminta bergerak hingga berhadapan dgn wajah rektor.
“Mau nggak adik mencium Bapak?” katanya.
Meski kaget, namun aq tdk boleh menyiakan peluang. Tanpa menantikan waktu, aq segera mendaratkan hidungku ke pipinya, lalu ke bibir Pak rektor. Ahh, luar biasa. Aq merasa sekujur tubuhku semacam kena setrum tegangan tinggi. Aq terus menciumi wajahnya, lalu leher, lalu pundaknya, lalu dadanya. Erangan lirih bergumam dari mulut rektorku. Saat ini dirinya tersandar pasrah di kursi panjangnya.
“Pak, saya ingin mencium ketiak Bapak,” kataku meminta.
“Perbuat, perbuat sekarang,” kata Pak Rektor.
Sekejab kemudian aq daratkan mulutku dibagian atas lengannya. Aq tdk mau terburu-buru. Sembari membawa lengan kirinya dgn tangan kananku, aq terus menciumi lengan Rektorku, terus dekat ke arah ketiak. Hingga lengan itu sangatlah terbuka.
Kulihat bulu-bulu itu merekah, wow, luar biasa. Darahku terkesiap. Pertama-tama aq ciumi ketiak itu dgn hidungku. Aroma parfum lembut menyapa indra pembauanku, bercampur dgn aroma keringat laki-laki.
“Oh, Pak Rektor. Kamu seksi sekali,” kataku.
Kini lidahku menyapu ketiaknya, membikin bulu-bulu rimbun itu basah. Sementara tangan kiriku terus meremas ketiak kirinya.
“Oohhh.. Oohhh..Oohhh… Terus, Nak, terus, Bapak bahagia.. Ougghh, nikmat sekali,” desah Rektorku tercinta itu.
Mmm, tanpa basa-basi lagi, aq lepas ikat pinggangnya, lalu kait celana, lalu aq pelorotkan. Wow, batang itu sudah sekeras batu. Aq lalu melepas celana dlm rektorku.
“Perbuat, nak, perbuat, bapak sungguh menikmatinya,” kata dia.
Kami berlumat bibir kembali, lalu aq jilati lehernya, lalu dadanya. Aq sedot puting toketnya hingga Pak rektor mengaduh. Lidahku terus bergerak, saat ini ketiak kanannya aq jilati, sementara tangan kananku meremas-remas bulu ketiak kirinya. Lalu sebalinya, aq lumat ketiak kirinya dgn lidahku hingga mengkilap-kilap sebab basah. Lalu perutnya aq jilati, bulu halus di sana membikin penisku sangat kencang sebab birahi.
Kini wajahku berada diantara dua kakinya. Penis itu aq ciumi, jembutnya aq jilati. Perutnya yg membuncit seksi aq remas. Sementara tangan kiriku terus meremasi ketiak kanannya.
“Oohhh.. Pakk, Oohhh.. Pak, bapak sangatlah seksi, ketiak bapak Oohhh..,” kataku sebelum mulutku sudah dipenuhi batang penisnya yg sdh sangat keras.
“Perbuat sekarang, perbuat sekarang.. Oughh,” kata Rektorku sembari bangkit serta membalikkan badannya.
Kini batang penisnya ada di antara selangkanganku. Kedua tangannya memegangi sandaran kursi. Aq lalu melepas celanaku. Lalu rektorku menggosok-gosokkannya kemaluannya pada selangkanganku. Tanganku terus sibuk meremasi ketiak serta dadanya yg gembul. Sejurus kemudian batang penisnya yg termasuk besar sdh masuk ke lubang yg ada di selangkanganku.
“Aahhh.. Aahhh. Aahhh..” teriak rektorku lirih.
“Oooh, enak sekali, ayo digenjot, Indah sdh ngga tahan nihh,” kataku.
Dia langsung menekan batang penisnya hingga masuk keseluruhan ke lubang memek. Beberapa menit kemudian rektorku yg seksi sdh berhubungan badan dgnku ku. Dirinya menggenjotnya, tarik-tekan-tarik-tekan.. Ougghh.. hebat nikmat.
“Aahhh.. Pak.. Saya sdh ngga tahan.. Aahhh..,” kataku serta air maniku sdh siap menyembur.
Tanganku kananku segera menyusup mencari ketiaknya, tangan kiriku meraih puting kirinya serta.
“Aahhh.. Pak, saya keluar.. Aahhh,” desahku sembari mengejangkan badanku menikmati sejuta pesona puncak ini.
“Oooohhhh.. bareng dikk! Oooohhhh” rektorku balas mendesah.
Sesaat kemudian rektorku membalikkan badan. Penisnya yg sdh sangat tegang semacam roket yg siap diluncurkan. Wajahku ditariknya, dibenamkan untuk menjilati penisnya yg terus dikocoknya. Aq jilati penis itu sementara tangan kananku terus mengocoknya.
“Oooohhhh.. Oooohhhh.. Nimat sekali.. Oooohhhh.. ” jeritnya.
Gerakan mengocok itu terus kukencangkan, sementara mulutku terus melumat pucuk penisnya yg merah membara. Tangan kiriku meremas-remas puting kirinya.
“Oooohhhh.. Bapak mau keluar lagi, awas, bapak mau keluarr lagiiii, Oooohhhh” katanya sembari mengejang.
Benar saja, beberapa detik kemudian cairan putih menyembur ke wajahku, memuncrati seluruh wajahku hingga kuyup.
“Ouugghh.. Nikmaat.. Nikmaat sekali..,” ucap Pak rektor di akhir ereksinya.
Kami lalu berangkulan. Aq tetap menciumi dada serta ketiaknya. Lalu kita berciuman.
“Bapak, jangan dicukur rambut ketiaknya ya, oh, bapak ini seksi sekali,” kataku.
“Tenang saja, ketiak bapak milikmu, bapak tdk bakal mencukurnya. Bapak bahagia kamu menciuminya,” katanya sembari mendaratkan ciuman ke mulut.
Kami berpagutan lagi.
“Jangan bilang siapapun. Ini hanya antara kita, okey. Bapak bahagia sama kamu, kita juga sangat seksi serta pandai membahagiakan saya. Bapak bakal calling kamu kelak untuk ketemu, okey,” kata Rektorku.
Aq tertawa bahagia lalu menghadiahinya dgn ciuman di bibir. Seusai kembali berpakaian serta membersihkan bekas pertempuran kami, aq meminta pamit kembali ke kampus. Aq melangkah keluar ruang rektorku semacam melayg. Dirinya tdk hanya seorang rektor, melainkan laki-laki cita-cita yg tiba-tiba hadir begitu saja, menjawab semua mimpi, membikinnya nyata serta mengajakku terbang ke langit tujuh.
Sejak itu aq serta rektorku tidak jarang membikin janji berjumpa di hotel alias tempat tertentu. Setiap kali berjumpa, ketiaknya adalah tahap yg paling aq gemari. Aq ciumi, jilati serta terus jilati. Kita sungguh menikmati semua itu sebagai dua orang penggemar. Hingga aq lulus serta kemudian bekerja di kota yg lain.
Sejak itu pula kita jarang berjumpa, rektorku sendiri ditarik ke Jakarta serta menjadi pejabat di Kementrian Pendidikan usai habis masa menjadi rektor yg hanya lima tahun itu. Lalu semuanya kembali semacam semula, serta aq terus memimpikan laki-laki berusia setengah abad alias lebih, gemuk serta ketiak yg lebat.
Hingga kisah ini aq tulis, mimpi itu terus menggema dlm ruang pikir serta setiap desah nafasku. Aq rutin berharap serta berharap, aq bakal berjumpa laki-laki setengah abad alias lebih tua, gemuk serta ketiak yg rimbun. Aq mengharapkannya, terus memimpikkannya, hingga kini. Seandainya aq berjumpa dgn laki-laki semacam itu, bakal aq beri semuanya, semuanya.
Share: