388cash388cash

Cerita Sex: Imelda Yang Cantik


Namaku Anto ( nama samaran) seorang karyawan swasta berusia 33 tahun. Dalam kenasiban pergaulan sehari-hari saya tidak jarang menjadi perhatian di lingkungan tempat saya bekerja, tidak hanya pergaulan yang luwes, saya mempunyai postur yang bisa dikatakan lumayan. Dengan warna kulitku yang putih, tinggi 170 dan berat kurang lebih 67 Kg dan single, tidaklah susah bagi diriku untuk mencari kawan-kawan baru.

Di perusahaan tempat saya bekerja, ada salah seorang kawan wanita yang (pernah) menjadi perhatianku. Sebut saja namanya imelda. Dalam pergaulannya, imelda juga seorang yang luwes, oleh sebab itu dirinya di tempatkan oleh ceo perusahaan di tahap marketing, yang sebelumnya merupakan kawan satu tahap dengan saya.

Awal tahun 2003 yang lalu imelda melangsungkan pernikahannya dengan seorang kawan kuliahnya. Mesikipun kini telah menikah, imelda tetap semacam yang dulu, luwes dan anggun. Mesikipun postur tubunya bukanlah jenis seorang yang bertubuh tinggi dan langsing, tapi dirinya mempunyai kharisma tersendiri. Dengan kulit yang putih bersih, buah dada kurang lebih 34 dan betis yang indah, senyumnya yang menawan, tidak mengherankan bila menjadi perhatian para lelaki.
Awal kedekatan diriku dengan imelda sejak dirinya bekerja dibagian yang sama denganku 3 tahun yang lalu.

Sejak dirinya pindah tahap (lantai tidak sama mesikipun dalam satu gedung) dan menikah, saya sehingga jarang sekali berjumpa. Paling hanya berkata melewati telpon alias saling kirim email. Kami tidak jarang bercakap-cakap mengenai kantor dan kadang-kadang menjurus ke faktor yang pribadi. Sebab imelda kadang-kadang berkeluh kesah mengenai persoalan-persoalan kantor, yang tidak jarang membikin pikirannya cemas. Dan faktor itu terbawa dalam keluarga. Rasa cemas imelda terkadang terbukti berlebihan, yang membikin hingga awal tahun 2004 ini belum ada tanda-tanda bahwa dirinya hamil.

Setiap ada anak buah keluarga alias kawannya yang bertanya mengenai faktor itu, meningkatkan gundah dirinya. Segala upaya tergolong konsultasi terhadap dokter telah dilakukan, namun hasilnya tetap nihil. Rasa cemas dan bersalah timbul pada diri imelda, sebab rutin menjadi bahan pertanyaan terutama dari pihak keluarga. saya tidak jarang kali memberi semangat dan dukungan kepadanya untuk rutin belajar menerema seadanya dalam situasi apapun. Bila ada sesuatu pikiran yang membikin gundah imelda, saya rutin bisa membikin dirinya lupa dengan persoalannya. saya rutin bisa membikin dirinya tertawa, dan semakin tertawa. Sempat sebuahketika, imelda tertawa hingga berlutut dilantai sambil memegang perutnya sebab tertawa hingga keluar air mata dan sakit perut!!
Suatu hari (aku lupa persisnya) minggu ke 2 pada bulan Februari 2004 yang lalu, imelda menelponku melewati HP. Pada saat itu saya baru saja hingga di rumah, seusai seharian bekerja.

“Haloo mel.. Lagi dimana lu? Tumben nih malem-malem nelpon, hehehehe..” kataku kemudian.
“Lagi di rumaah. Lagi bengong-bengong, laper and cuapek buanget nih, tadi sayaada meeting di Kuningan (jalan kuningan-Jakarta) dari siang, lu sendiri tetap dikantor?” kata imelda kemudian.
“Nggak laah, baru aja hingga di rumah. Eh, lu dirumah bengang-bengong ngapain sih? Emang di rumah lu kaga ada beras, hingga kelaperan gituh?” candaku kemudian.
Disana imelda terdengar tertawa renyah sekali,
“Hehehehehehehe.. Emang sangatlah nih anak!! sayacapek sebab kerja! Semakin belum sempet makan dari pulang kantor!!”
“Oooooo, gitu. sayakira lu capek sebab jalan kaki dari kuningan ke rumah!” kataku kemudian.
“Eeeeee, enak aja!! Ntar betis sayabesar sebelah gemana?”
“Lhaaaa kan, tadi sayabilang jalan kaki, bukan ngangkat sebelah kaki semakin loncat-loncat? Kenapa betis lu bisa besar sebelah?”
Disana imelda hanya bisa tertawa, mendengar kata-kataku tadi.
“Telah lu istirahat dulu Nit, jangan lupa makan, mandi biar wangi. Seharian kan telah kerja, capek, ntar kalau lu dikerjain ama laki lu gemana, sementara kini aja lu tetap capek?” saya bicara seenaknya saja sambil meneguk minuman juice sparkling kesukaanku.
“Kalau itu mah laeen.. sayaenjoy aja!! Nggak usah mandi dulu laki sayajuga tetep nempel. Lagian kini laki sayanggak ada, kok. Lagi ke Australia..” kata imelda kemudian.
“Ke Autralia? Wah, enak amat! Gini hari jalan-jalan kesono sendirian, lu kok kaga ikut? Ngapain Nit, beli kangguru ya?” tanyaku seenaknya.
“Eh, ni anak dodol amat sih!! Urusan kantornya lah!!” kata imelda sengit, sementara saya hanya cekikikan mendengar imelda mengatakan sengit kepadaku.
“So anyway, semacam pertanyaan sayatadi, lu tumben Nit, malem-malem gini telpon. Baru hari ini kan?” tanyaku.
“Iya, sayamau ngobrol aja ama lu. Abis disini sepi.. nggak ada yang bisa diajak ngomong” lalu imelda menceritakan apa-apa saja yang menjadi pembicaraan dalam meeting tadi.
Semacam biasa, saya diminta pendapat dalam persoalan kantor yang sedang ditangani, dalam aspek pandang saya pastinya.
Baca jug cerita sex terakhir di www.orisex.com
Tak terasa, kami berkata telah satu setengah jam yang kemudian kami berniat mengakhiri, dan berjanji bakal di semakinkan esok harinya di kantor.
Sebelum saya menutup telpon, tiba-tiba imelda menanyakan sesuatu kepadaku,
“Eh, saya mau tanya dikit dong, boleh nggak? Tapi kalau lu nggak mau jawab, nggak apa-apa..”
“Apa?” tanyaku kemudian.
“Maaf Nto, kalau saya boleh tanya, Hmm.. Lu sempat ML nggak?”.
Mendengar pertanyaan semacam itu saya sedikit kaget, sebab mesikipun pembicaraan saya dan imelda rutin seadanya dan kadang bersifat pribadi, tapi belum sempat semacam ini.
“Ngg, pernah.. Kenapa Mel?” tanyaku ingin tahu.
“Nggak, cuma tanya doang.. Lu pertama kali ML kapan, tentu ama cewe lu yah?” tanya imelda.
“Gue pertama kali ML waktu SMA, sama kawan bukan ama cewe gue, lu sendiri kapan?”
Mendengar jawaban ku tadi imelda langsung mengatakan,
“Gue sih, waktu kuliah. Itu juga seusai TA, sama Randy (suaminya). Rasanya gemana Nto, ML pertama kali?” tanya imelda.
“Lhaah, lu sendiri waktu ML pertama kali gemana?”.
“Awalnya sih, sakit. Tapi enak juga.. Hehehe. Abis Waktu itu Randy buru-buru amat. Maklum waktu itu kami takut ketauan..”.
“Emang lu ML dimana, di kantor RW?”
“Hahaha, nggak lah!! saya lakuin di ruang tamu rumah saya sendiri. Waktu itu lagi nggak ada orang lain. Pesuruh sayajuga lagi keluar rumah”
“Wah, nyatanya waktu saya ke rumah lu kemarin, sayanggak sangka duduk di sofa yang sempat digunain untuk perang antar kelamin..”
Imelda hanya tertawa mendengar celotehanku itu.
Kemudian kami saling bercerita mengenai pengalaman kami masing-masing, hingga dengan persoalan posisi yang paling disukai dan yang tidak disukai dalam berhubungan intim. Kami juga sama-sama bercerita kalau kadang-kadang melakukan masturbasi apabila keinginan telah menggebu dan tidak tertahankan.
“Wah, Nto.. kalau lu abis mastur, jangan dibuang sembarangan dong, kasiankan, anak lu pada teriak-teriak di got. Mending lu bungkus semakin kirim ke sayaaja, kali-kali berguna”
“Emang lu mau sperma gue, bawanya gemana? Dibungkus? Kaya bawa nasi rendang! Kirim lewat apa dong? Mending langsung tuang ke lu langsung. Praktis dan enjoy, hehehehe”.
“Week, mengharap amat! Lu yang enjoy, tapi sayayang nggak aman!! Nggak, saya cuma mau sperma lu aja” celetuk imelda dengan sengit.
“Telah ah, saya mau mandi dulu semakin tidur, besok kami kan tetap kerja..” kata imelda kemudian.
Seusai itu kami sama-sama berpamitan untuk menutup telpon.
TGF (Thanks God is Friday), hari itu saya melakukan semacam biasanya. Mesikipun saya terasa mengantuk, tapi saya bahagia dan bekerja dengan semangat sekali sebab besok dan lusa libur. Semacam janji semalam, saya makan siang dengan imelda untuk melanjutkan pembicaraan persoalan kantor yang sedang dihadapinya. saya dan imeldapun pergi bersama, menuju restoran yang menyaapabilan masakan Thailand di bilangan Jakarta Selatan. Sepanjang perjalanan dan di tempat tujuan pembicaraan kami hanya berkisar persoalan pekerjaan yang serius, sekali-kali bercanda dan tertawa. Tidak ada satupun topik yang mengungkit-ungkit pembicaraan akhir di telepon semalam. Hingga pada saat kami diperjalanan pulang, kami hanya diam seribu bahasa. Mungkin sebab imelda tetap mengingat pembicaraan yang tadi dibicarakan. Kalau saya sih, sedang mengingat-ingat rencana apa yang bakal dilakukan liburan nanti.
Entah apa yang ada di benak imelda, mungkin pusing liat kemacetan lalu lintas yang sedang dihadapi, maklum dirinya yang sehingga sopir. Sementara saya bersantai-ria disampingnya sambil mendengarkan lagu slow R&B.
“Kenapa sih, kok ngelirik sayasemakin?” kata saya tiba-tiba, sebab saya perhatikan dari aspek mataku, imelda tidak jarang melirik ke arah saya.
“Ge-Er aja sih lu? sayacuma liatin jalan, bukan liat lu! Jalan kan macet, sehingga sayabingung mau ambil arah mana?” celetuk imelda.
“Weleh, muka liat jalan, kok biji mata lu ke arah gue? Emang, tampang sayakaya pengamen yah?”. imelda tertawa mendengar celotehan saya tadi.
Kemudian dirinya mengatakan, “Nto, lu benar mau kirimin ke gue?”.
“Kirimin apa sih?”.
“Itu-tu, .. Pembicaraan kami semalem..” kata imelda.
“Mengenai mastur..”
Aku langsung memalingkan wajahku ke imelda, bingung
“Mastur? Oooooo, yang itu. Emang kenapa sih Nit? Lu emang ingin benih gue?”.
“Sebenernya bukan itu, sayacuma ingin punya anak doang. Cuma sayabingung wajib gemana?”
“Mungkin kini belum rezeki lu, kali Nit. Lu jangan nyerah gitu donk! Sebuahsaat nanti, kalau rezeki lu telah dateng, tentu juga dapet kok. Sabar ajah, ya Nit” kataku.
“Jadi maksudnya, lu nggak mau kasih peluang ke gue? Maaf ya, Nto? Bukannya sayatelah kehilangan akal sehat, sayacuma mau tes aja. saya tahu lu orangnya bisa dipercaya. Apapun yang terjadi nanti, sayapercaya lu nggak berubah memandang diri gue. Tetep bisa sehingga kawan gue. Makanya sayabutuh lu”.
“Wah Nita, kalau kelak hamil beneran gemana? Serem aja kalau hingga ketauan.. sayakan, sehingga nggak enak ama keluarga lu?”.
“Biarin aja, itung-itung sebagai bukti kalau sayabisa hamil!”.
Seusai imelda mengatakan tadi saya berpikir, si imelda gila juga nih, pikirku. saya tahu, kami terbukti sama-sama dekat, tapi hanya sebatas kawan biasa. saya hanya takut, kelak seusai kejadian, salah satu dari kami bisa timbul perasaan tidak sama. Walupun imelda percaya saya tidak semacam itu, tetap saja saya ragu. Terbukti saya tidak memungkiri, ingin sekali tidur dengannya. Tapi perasaan itu saya tahan, sebab bisa merusak hubungan kami nantinya. Paling kalau telah tidak terbendung, ujungnya hanya masturbasi. saya terbukti doyan sekali dengan yang namanya sex. Tapi saya tidak mau obral cinta demi sex semata. Oleh sebab itu, permintaan imelda ini bisa saja merubah suasana.
Tapi seusai saya pikir-pikir, apa salahnya saya coba. Toh, dari dulu terbukti saya ingin sekali melihat lekuk tubuhnya..
“gemana To, bisa nggak?” kata imelda tiba-tiba yang membuyarkan lamunanku.
“Bisaa.. Ya tentu sayabisa aja dong! Wong enak kok, main perang-perangan”.
“Heh, enak aja! Kata sapa lu, kami ML? sayakan cuma bilang minta sperma lu? Bukan berarti kami main sex! Dan sayaminta kami bersikap obyektif yah, ingat sayatelah punya keluarga”.
“Jadi kami nggak nge-sex? Gemana caranya? Emang lu mau minum sperma gue, yang ada sih lu cuma kenyang, bukannya bunting!” kataku mulai bingung.
“Hush, jijik ah, omongan lu. Gemana caranya lu hanya keluarin sperma lu nanti, semakin langsung masukin ke punya gue”.
“Waah, susah amat proyeknya! Tapi okelah, kami coba aja yah” sayapun menyanggupi, sebab saya berpikiran, bakal berusaha paling tidak bisa melihat bentuk tubuhnya yang membikin penasaran selagi ini.
Kemudian dalam pembicaraan selanjutnya, kamipun sepakat untuk berjumpa esok harinya di salah hotel bintang 3 di arah yang tidak sama dengan daerah rumah kami di wilayah Jakarta selatan.
Hari Sabtu pun tiba. Seusai istirahat yang cukup, pagi-pagi sekali saya telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk tujuanku nanti. Seusai saya tiba di hotel tersebut, saya langsung check-in. Kemudian menantikan di kamar hotel seusai sebelumnya saya memberitahu imelda bahwa saya telah hingga. Lama sekali imelda tidak muncul, telah hampir 3 jam saya menantikannya sambil melihat agenda music di TV kamar. Jam telah menunjukkan pukul 12 siang, ketika tiba-tiba ada ketukan halus dari pintu kamarku.
Dengan berdebar-debar sayapun bergegas mengintip dari pintu, nyatanya imelda! Ketika saya bukakan pintunya, imelda langsung bergegas masuk meninggalkan saya di depan pintu sambil terbengong-bengong. Hari itu imelda memakai kaus hitam berkerah rendah dilapisi dengan bleser coklat tua, dengan rok berbahan kulot bercorak coklat tua. Begitu telah di dalam imelda langsung membuka blesernya yang nyatanya menunjukan kausnya berlengan buntung. Meningkatkan kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Sementara saya hanya memakai T-Shirt dan bercelana pendek. Kemudian dirinya duduk di tepi tempat tidur, menghadap ke TV.
“Kenapa sih lu, bengong gitu liatin gue?” kata imelda.
“Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa ngomong, buka bletser semakin duduk nonton TV”
“Siapa yang mau nonton, sayakan cuma baru dateng. Sori, yah, sayanggak nyapa lu dulu. Malah nyelonong masuk. Semakin terang sayabingung, jantung sayadeg-degkan nih” kata imelda.
Akupun menyadari suasana semacam itu, kemudian saya memperkenalkan minum terhadap imelda untuk mengendurkan suasana yang kaku. Seusai saya membikinkan teh yang diminta imelda, sayapun duduk di bawah sambil bersandar ke tempat tidur. imelda yang berada didekatku meminum teh suguhanku sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur. Posisi ini membikin saya bisa mudah memperhatikan lekuk kakinya yang keren, yang sejak dulu saya kagumi, sebab cocok berada di samping mukaku. Putih bersih tanpa noda. Sekali kali saya membuka pembicaraan dengan topik yang umum saja. Maksud saya hanya untuk mengendurkan suasana, dan nyatanya saya sukses. saya bisa melihat bahwa imelda telah bisa rilex dengan susasana ini sebab bisa menimpali pembicaraanku dengan cepat dan sekali-sekali tertawa mendengar celotehanku.
Seusai imelda minum teh, dirinya berdiri dan meletakkan gelasnya di atas meja di samping TV, kemudian duduk dibawah, disamping kananku dengan bersandar pada tempat tidur. Sambil semakin berbicara, saya mencoba memeluk pundaknya dari samping, dan tangan kiriku memegang tangan kirinya. Sambil semakin kami berbicara, saya mencoba merasakan kehalusan kulitnya dengan sentuhan-sentuhan halus ujung jariku yang saya lakukan. Dari pundak saya sentuh turun ke telapak tangannya, silih berganti. Sentuhan-sentuhan lembut yang saya lakukan tidak di pungkiri membikin imelda terpengaruh, mesikipun dirinya tetap saja berbicara. Terbukti bulu-bulu pada tengkuknya terkesan berdiri, sebab ulahku itu. Ditambah lagi sekali-kali saya mencium pundaknya. Sentuhan tangan kananku yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya, saat ini berpindah ke perutnya, sementara tangan kiriku tetap memberi sentuhan pada tangan kirinya. Sentuhan pada perutnya semakin beranjak naik, hingga saya menyentuh payudaranya meski tetap di balut dengan bra dan kausnya. Lama saya melakukan aksi tersebut sambil memberbagi sentuhan dari luar.
Kemudian tanganku itu turun kembali kebawah yang kemudian meyusupkan ke dalam kaus imelda. Sentuhan pada perutnya saya langsung berbagi tanpa halangan dari kausnya. Semakin naik ke atas hingga saya menemukan payudaranya yang tetap terbungkus payudara. Begitu kenyal dan nikmat sekali rasanya, meremas-remas payudaranya dengan lembut, kemudian saya berusaha mencari-cari putingnya sambil semakin meremas lembut dan memberi kecupan pada pundaknya.
Imelda yang telah mulai merasakan lakukananku itu sambil memejamkan matanya, telah terdiam sejak tadi tiba-tiba menepis ulahku itu sambil hebat tanganku dari balik kausnya,
“Telah, yah..” kemudian dirinya mengecup bibirku, yang di jawab dengan lumatanku sambil semakin memberi sentuhan.
Hari ini yang manjadi sasaranku merupakan kakinya, sebab posisi imelda agak sedikit miring ke arah saya. Sedikit demi sedikit tanganku meraba, dan menyentuh kakinya hingga saya menyusupkan dibalik roknya. Didalam roknya tanganku mulai mencari-cari pangkal pahanya yang tetap tertutup dengan celana dalamnya.
Rangsangan yang saya berbagi mungkin meningkatkan panas suasana, sebab imelda menyambut lumatanku dengan bergairah. Kemudian tanganya mulai meraba-raba gundukan di balik celana pendekku yang sejak dari tadi menegang hebat, yang kemudian saya mengajar tangannya untuk memasukkan ke dalam celanaku.
Semakin saya melanjutkan aksiku di dalam roknya. Aksinya yang memijat nikmat penisku dari dalam celana, membikin saya bernafsu sekali. sayapun menyudahi lumatanku dan kecupanku pada lehernya, dan langsung menurunkan kepalaku ke bawah, untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kakinya. Dari bawah, semakin ke arah pangkal kaki, sedikit demi sedikit saya memberi sentuhan, kecupan dan jilatan pada kedua kakinya. Hingga akhirnya di pangkal kakinya, dengan menyibakkan roknya sedikit demi sedikit, akhirnya saya bisa melihat celana dalamnya yang berwarna coklat yang sangat muda. sayapun lebih bernafsu untuk memberbagi jilatan dikurang lebih pangkal pahanya. Begitu saya berniat untuk menurunkan celana dalamnya, imelda tiba-tiba berdiri dan duduk di pinggir tempat duduk. Posisi saya yang telah terlanjur memegang karet CD-nya, malah membikin turun agak kebawah sebab imelda berdiri.
Imelda yang tahu faktor itu langsung menurunkan roknya dan duduk di samping tempat tidur.
“Kita jangan hingga ML, yah?” kata imelda.
“Terbuktinya kenapa? Tuang spermanya gemana? Gini aja, sayaakan merangsang lu hingga keluar, seusai itu sayamasukin punya sayadan tumpahkan sperma sayadidalem, gemana? Soalnya kalau numpain doang mah, yang enak sayaaja dong?” pintaku kemudian.
“Sama aja donk kami ML?”.
“Nggak lama kok, paling kalau sayatelah nafsu banget kaya gini, paling lama semenit!” sergahku.
“Makanya lu sayabuat klimaks dulu, baru sayamasukin”.
“Tapi..” belum sempat imelda meneruskan saya telah melumat bibirnya yang seksi itu, sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari balik rok.
Terasa basah disitu. Kerena lumatanku dibibirnya dan rangsanganku dari bawah, imelda merebahkan dirinya diatas kasur dengan posisi kaki yang menjuntai ke bawah tempat tidur. sayapun tetap semakin bergerilya, atas-bawah. Kemudian saya menurunkan arah seranganku ke tahap bawahnya. Dari leher, pundak, saya remas payudaranya, semakin ke perutnya, hingga dengan saya menyibakkan kembali roknya. Disitu saya melihat posisi celana dalamnya yang telah merosot ke bawah, mesikipun tetap diatas dengkul, tapi telah menunjukan bulu-bulu yang hitam dan halus dan terawat dengan rapi.
Untuk berbagai saat saya tetap kagum dan takjub dengan pemandangan itu. Dari posisi di samping imelda, akhirnya saya memberi sentuhan halus melewati bibir dan kecupanku di kurang lebih selangkangannya. Sedikit demi sedikit memberi kecupan dan sentuhan, dan semakin turun ke kakinya, hingga saya turun dari atas tempat tidur memberi kecupan pada kakinya yang menjuntai kebawah. Kemudian tetap semakin mengecup kakinya dari bawah semakin ke atas lagi, dan sedikit demi sedikit saya hebat turun celana dalamnya sambil memberi kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang saya kagumi itu.
Seusai celananya saya lepas, dalam posisi duduk di bawah dan menghadap ke arah selangkangan imelda, saya membuka kakinya lebar-lebar kemudian dengan meletakkan kedua pahanya di atas pundakku, dan saya langsung melahap vaginanya yang terawat sangat rapih sekali. Dengan kulit bersih, bulu yang halus, vagina yang dimiliki imelda sangat keren sekali. Yang membikin diriku sehingga bernafsu sekali dan ingin sekali menyutubuhinya. saya melumat vaginanya dengan sangat bernafsu sekali, hingga terdengar erangan lepas imelda yang telah tidak tertahankan sambil menggeliat kekiri dan kekanan.
Erangan-erangan imelda tersebut membikin diriku lupa, dan semakin melumat dan menjilat vagina nan indah itu, sambil memberi elusan terhadap kedua pahanya dengan kedua tanganku. Elusanku itu kemudian beralih ke atas. Dari balik kausnya saya memberi sentuhan-sentuhan ke perutnya, hingga akhirnya saya memeras halus kedua payudaranya yang sebelumnya telah saya keluarkan dari ‘cup’ yang hanya menutup setengah dari payudaranya. Remasan halus yang saya berbagi memberbagi nuansa kenikmatan tersendiri bagiku.
Sebab tidak hanya kulitnya yang sangat halus, ukuran dan kekenyalannya membikin saya makin bernafsu untuk menyetubuhinya. Mesikipun saya belum melihat payudaranya dengan cara langsung, sebab tetap tertutup di balik kaus. Seusai berbagai menit, tiba-tiba imelda membawa pantatnya tinggi-tinggi dan kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah selangkanganku.
Sambil setengah teriak yang tertahan imelda mengatakan,
“Nnnto, .. saya mau keluarr.. Aduhh!!” kemudian imelda mengejang untuk berbagai saat.
Aku yang tetap semakin melahap vaginanya, merasakan ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya. Seusai imelda terhempas limas, saya tetap saja membersihkan cairan cinta yang keluar dari dalam vaginanya. Seusai itu baru saya merangkak naik sambil menyibakkan kausnya untuk melihat payudaranya, seusai terkesan, saya menjilatinya dengan lahap. imelda yang tetap keletihan seusai orgasme yang pertama, hanya terkesan pasrah saja. Sebab saya telah sangat bernafsu sekali, saya langsung melepas celanaku. Rotanku yang telah sangat keras terbukti sedari tadi telah membikin saya tidak enjoy.
Dalam keadaan imelda yang pasrah tersebut, saya langsung memasukkan penisku dalam celah cinta milik imelda. Seret, tapi nikmat sekali.
“Aduh! Ahh..” desah imelda sambil memejamkan matanya.
Sedikit demi sedikit saya masukkan, kemudian saya tarik sedikit, saya masukkan lagi yang lebih dalam, yang akhirnya saya menyodoknya dalam-dalam hingga mentok dengan pangkal penisku. Kamipun menyatu, dan keinginan saya tadi untuk menyutubuhinya telah terpenuhi. Sebab desahan-desahan imelda yang membikin saya sangat bernafsu sekali, sambil memeluk tubuh imelda yang tetap berpakaian lengkap saya segera menggenjot tubuhnya dengan cepat. Akhirnya dengan hitungan cepat pula, sayapun telah tidak tahan untuk menyemburkan lahar panasku.
saya langsung mendekap imelda kencang-kencang sambil menekan dalam-dalam penisku ke dalam vaginanya.
“Ahh, .. sayakeluar” sayapun menyemburkan cairan cintaku di dalam rahim imelda. Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku.
Untuk berbagai saat saya tetap mendekap tubuh imelda sebab belum mau melepaskan rasa nikmatku itu.
Berbagai saat kemudian sayapun bergulir terlentang disamping imelda. Sambil memegang tangannya, sayapun mengatakan,
“Enak banget punya lu, Nit. Untung lu bukan istri gue. Kalau Istri gue, ntar sayajadi males kekantor gara-gara nafsu semakin ama lu”.
“Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat!” kata imelda,
“Semacamnya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy. Soalnya sayangerasa agak mampet di vagina gue”.
“Masa sih? Ah, lu bisa-bisanya aja. Emang sih, tadi cepet banget. Abis sayatelah nafsu banget pingin nyetubuhin elu. Lagian tadi kan, lu bilang nggak mau ML. Jadi, dari pada waktu sayatelah nafsu banget dan telah masukin barang sayatiba-tiba lu tadi nolak, alias kabur? Kan sayayang menyesal. Mending sayanyetubuhin elu dengan cepat. Yang penting nafsu sayatersalurkan. kalau mau yang lama ntar aja kami coba lagi, yah?”.
“Hahaha, emang dasar lu! Emang lu nggak capek?” kata imelda sambil tertawa renyah, saking gemasnya membikin saya langsung melumat bibirnya yang seksi itu.
Lama saya melumatnya, yang kemudian saya bangun meninggalkanya untuk pergi membersihkan penisku di kamar mandi.
Di kamar mandi saya membersihkan sisa-sisa cairan cintaku yang tetap melekat dengan air hangat shower. Tidak lama seusai saya masuk ke dalam kamar mandi, imelda ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang keluar dari vaginanya. Sambil membawa kaki kanannya ke atas closet dan menghadap ke cermin besar, imelda membersihkan vaginanya dengan tisyu WC. Sementara saya yang sedang mengeringkan penisku dengan handuk, semakin memperhatikan kaki jenjang yang indah itu dan aktifitas imelda. Kakinya yang putih bersih nan indah itu, terkesan apik sekali kalau dilihat dari belakang yang tiba-tiba membikin libidoku naik.
Rupanya imelda juga memperhatikan saya melewati pantulan cermin di depannya (shower berada di depan cermin). Dirinya tersenyum melihat saya tidak berkedip melihat dirinya. Senyumannya itu lho, aduh.
“Nit, jangan senyum-senyum gitu, napa?” kataku dengan gemas.
“Lhaa, emang kenapa? Kan lu juga ngeliatin sayasemakin, kan?” kata imelda.
saya menghampiri imelda yang tetap sibuk membersihkan cairan yang merembes di paha segi dalam.
“Kok, di bersihin, Nit? katanya mau di jadiin?”
“Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat jalan, ada sperma di paha gue”. Sambil imelda bicara, saya mencium lehernya yang putih itu, sambil memeluknya dari belakang.
“Ihh, geli doonk!” protes imelda, sebab membikin tidak bebas membersihkan pahanya.
saya nggak peduli, sambil jongkok malah semakin menciumi kakinya yang terangkat itu sambil tangan kiriku mengelus sekujur kakinya yang berpijak di lantai, kemudian sedikit demi sedikit semakin ke atas, hingga kemudian saya menciumi lehernya kembali. Dalam posisi berdiri dan setengah memeluk dari belakang, saya semakin menerus menciumi imelda yang telah mulai terpejam dan menikmati sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku menuju selangkangannya dan bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan kurang lebih vaginanya. Sementara tangan kiriku menyusup ke dalam kausnya mencari daging-daging kenyal yang tertutup bra.
Sedikit demi sedikit imelda terpengaruh dengan aksiku itu. Tanpa membuang waktu lagi saya menyodorkan penisku yang telah setengah online ke vaginanya. Perlahan tangan kananku itu mengajar penisku ke vagina imelda dari belakang, sementara imelda memberi peluang dengan meninggikan pantatnya dan tanganya bertumpu dengan sikunya pada pinggir wastafel. Rasa nikmat dan hangat menjalar pada kami berdua saat penisku masuk ke dalam vagina imelda. Kemudian saya menyodoknya perlahan sekali untuk memberi nuansa yang lebih nikmat dan sensual, sementara saya memeluknya dari belakang dan memeras lembut payudaranya, sambil semakin mengecup tengkuknya dan lehernya.
Perlakuanku tersebut membikin kami sangatlah menikmati persetubuhan kami itu. Sambil terpejam dan sekali-kali mengigit bibirnya, dari mulut imelda mengeluarkan suara desahan lembut. saya menyetubuhinya berdiri dari belakang sambil memperhatikan imelda dari kaca, melihat gocangan payudaranya, desahannya, dan ekspresi mukanya yang sensual, meningkatkan gairahku saat itu.
Di menit yang kesekian, imelda menurunkan kakinya dari atas closet dan tetap bertumpu di depan cermin, dirinya menunggingkan pantatnya ke belakang yang membikin saya bisa menikmati bongkahan pantat yang indah. Sambil sekali-sekali meremas pantatnya itu, saya menyodoknya semakin menerus yang diimbangi oleh imelda dengan goyangan pada pantatnya dan menekan ke pangkal penisku.
Menit demi menit berlangsung dengan nikmat. Kami tetap bersi kukuh dengan posisi yang sama. Hingga saya merasakan denyutan halus di dalam vagina imelda yang makin terasa. Sambil menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membikin imelda dalam posisi nungging menyondongkan badannya ke belakang membikin saya bisa meremas payudaranya dengan mudah.
“Ssshh, uuhh.. Hmm.. Ssh, sayamau hingga, To..”
“Tahan sebentar yah Nit, sayajuga.. Uhh, nikmat banget, tahan sebentar..”
Aku merasakan denyutan di vaginanya kian terasa, yang kemudian imelda mulai mengejang. sayapun yang telah hingga puncaknya, dengan rapat memeluknya dari belakang dan memberi sodokan-sodokan terakhir penisku dengan keras. Kamipun bergetar hebat, menikmati persetubuhan kami itu dengan klimaks bersama. Sementara cairan cintaku yang saya tumpahkan di dalam vagina imelda terasa hangat bercampur dengan cairan cintanya. Nikmatnya persetubuhan kami itu dirasakan oleh kami berdua, terbukti dengan bulu halus pada tengkuk imelda terkesan berdiri, yang kemudian saya kecup dengan lembut.
Imelda berbalik diperperlakukan semacam itu, kemudian mengecup lembut bibirku, yang saya jawab dengan kecupan-kecupan lembut pula dibibirnya yang seksi. Entah kenapa, saya merasa bahagia sekali memperlakukan imelda semacam itu. Sentuhan, kecupan yang lembut, bau tubuh dan hembusan nafas dan dekapan kami berdua meningkatkan mesra suasana romantis saat itu.
Sementara suara TV di ruang tidur mengumandangkan lagu Cinta Kami dari Titi Dj,
“Aku tetap bersi kukuh.. meski badai datang menerjang.. Menjaga cinta, kita, slalu bersama.. Sungguh cinta kami tiada.. Duanya..”.
Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan. Hembusan nafas yang memburu meningkatkan gairah kami, yang sebelumnya telah melakukan persetubuhan dengan kenikmatan sensual dan romantis. Sambil berpagutan, saya mendorong imelda perlahan-lahan ke tempat tidur. Dalam posisi duduk di tepi tempat tidur, saya pangku imelda tanpa melepaskan pagutan kami berdua, yang meningkatkan panas suasana di ruangan itu. imeldapun dengan bergairah melepaskan pakaianku yang tetap tersisa, sementara sayapun tidak tinggal diam.
Kaus imeldapun saya buka, dan terpampanglah buah dada yang kenyal itu, sedikit terbungkus dengan bra. saya langsung menciumi buah dada imelda sambil membuka ikatan dari depan. Seusai terbuka, saya pelintir putingnya dan saya sedot puting satunya. Dicium, menjilati, dan saya remas dengan lembut buah dada imelda yang indah itu dengan penuh kasih sayang. Desahanan imelda menjadi-jadi, seusai ia memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri perlahan-lahan sekali. Sambil memeluk imelda, saya menciumi seluruh area dadanya, tanpa kecuali bahu dan ketiaknya, Sementara imelda perlahan tapi tentu menaik-turunkan tubuhnya dengan sekali-sekali memutar pantatnya dengan halusnya tatkala penisku tertancap jauh di dalam vaginanya.
Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat dengan perlakuan kami berdua, yang memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan rasa cinta, romantis dan penuh kasih sayang. Goyangan imelda pun menjadi-jadi, dengan meningkatnya gairah kami berdua. Tatkala gerakan imelda bertambah cepat, sayapun mendekapnya dengan erat sambil memberbagi sodokan-sodokan ke atas, hingga jeritan panjang imelda yang merasakan ejakulasi seusai mendapat orgasmenya tersebut. Tanpa melepaskan pelukan, saya mengejang untuk berbagai saat dan menikmati persetubuhan kami yang nikmati dan kemudian memberbagi kecupan sayang terhadap imelda yang telah memberbagi kenikmatan dalam persetubuhan. Sambil memeluk imelda, saya ambuk ke belakang.
saya membelai rambutnya, mengecup kening dan bibir imelda yang terkesan sangat letih tapi terkesan cantik, mesikipun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya basah bermandikan keringat.
“Lu keliatan capek, Nit. Istirahat dulu aja,” kataku.
“Nggak ah, sayaemang capek, tapi seneng banget ngelayanin lu. Abis enak banget!” kata imelda kemudian.
“Enak barang gue, alias lu emang doyan sex?”
“Dua-duanya sih.. Hahaha, tapi sentuhan lu itu lho, bikin gairah sayaberkobar! Touch of Art..”
Aku tertawa mendengar kelakar imelda tersebut. Kemudian saya bangkit menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan cinta kami berdua, sementara imelda imelda bergerak ke arah bantal besar diatas tempat tidur. Di kamar mandi saya menyempatkan untuk menghisap sebatang rokok kesukaanku. Sambil menghisap saya memandang cermin di depanku,
“Bermimpikah saya ini” batinku. saya cubit-cubit mukaku, perih.
“Berarti saya nggak mimpi. saya menyetubuhi imelda? Wah..”
Sambil menghisap rokokku, saya tersenyum bangga sekali, sebab bisa tidur dengan imelda. Seusai hisapan terakhir rokokku, saya berkumur dengan pengharum mulut dan kembali ke ruang tidur.
Di atas tempat tidur, nyatanya imelda telah tertidur lelap. Dengan posisi setengah tengkurap (miring) ke kiri, satu kaki tertekuk ke depan, dan kaki satunya lurus sejajar dengan tubuhnya. Pemandangan erotis yang saya lihat, pantatnya yang bulat, dengan posisi semacam ini membikin libidoku naik dengan cepat. Perlahan-lahan saya merangkak menghampiri imelda. Dalam posisi yang sama, vagina imelda saya masukkan dengan penisku yang telah setengah tegang, bless. Sedikit-demi sedikit saya masukkan dengan bantuan tangan kananku, sementara tangan kiriku membelai bongkahan pantatnya. Seusai penisku masuk hampir semua, saya maju-mundurkan perlahan-lahan, sementara kedua tanganku bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya.
Sodokan-sodokan halus yang saya lakukan nyatanya tetap membikin imelda terbangun dari tidurnya, yang kemudian menoleh ke arahku.
“Auhh.. uhh, To.. Belai saya dong.. Nikmat juga nih! Geli..” kata imelda kemudian.
Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap sekujur tubuh dan meremas halus buah dadanya.
Seusai puas, saya menyuruh imelda untuk tengkurap, dengan pantat ditinggikan. Dalam posisi tersebut, saya setubuhi imelda dari atas yang mengerang dan mendesah erotis sekali. Bongkahan pantat imeldapun tidak luput dari remasan tanganku. Seusai saya bergerilya di seluruh tubuhnya, buah dadanya yang terhimpit dengan kasur tidak luput juga dari remasan tanganku. Sodokan demi sodokan saya berbagi dan keringat kami yang membanjir, menghasilkan citra rasa dan gairah pada kami berdua.
Erangan, desahan kami berdua dan sentuhan-sentuhan kami membikin gelora birahi kami memuncak. Hingga pada puncak gairah kami itu, saya menyuruh imelda untuk terlentang. Dengan gaya konvensional tersebut, saya setubuhi imelda sambil memeluk erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini. Dekapan saya buat dan pagutan kami diakhiri dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan. Bermula dari saya yang mengejang sambil mendekap erat tubuh imelda dan mengigit lehernya dengan bibirku, kemudian imelda menyusul dengan mendekap punggungku dengan himpitan kakinya yang erat pada pinggangku, meningkatkan pesona tersendiri bagi kami berdua sebab meningkatkan masuknya penisku ke dalam vagina imelda. Seusai itu saya memberbagi ciuman mesra terhadap imelda dengan rasa sayang.
Menit berikutnya saya roboh disampingnya. Peluh kami telah tidak terkira tidak sedikitnya disertai nafas kami berdua yang tersenggal. Setalah itu kamipun mandi berdua, sambil bercanda saya dan imelda saling memandikan dengan mesranya. Seusai beres, kami mengeringkan tubuh kami bersama dan pergi ke tempat tidur. Diatas tempat tidur, kami tidur berpelukan dengan mesra tanpa ada rasa canggung. Sementara di TV menampilkan lagu ‘Bilakah’ dari grup musik Ada Band, kamipun kemudian tertidur pulas.
Aku tidak tahu telah berapa lama tertidur, hingga kurasakan ada sesuatu yang geli pada selangkanganku. Sewaktu terbangun, kulihat imelda sedang mengulum dan menjilati penisku semacam makan candy. Dari mulai biji pelir hingga celah penisku, tidak luput dari sergapan lidah dan kuluman imelda. Rasa nikmat menjalar di sekujur tubuhku tatkala imelda mengulum penisku disertai dengan sentuhan giginya di ujung penisku. Penisku yang telah mengeras bertambah keras diperlaskukan sedemikian rupa olehnya.
Seusai itu imelda mengambil posisi berjongkok di atas penisku. Sambil mencengkram dan mengajar penisku ke arah celah cintanya, sedikit-demi sedikit penisku masuk. Kemudian ditarik kembali, digosok-gosokkan di kurang lebih celah vaginanya dan demasukkan kembali. Seusai hanyut hingga biji pelirku menyentuh bibir kemaluiannya, imelda mulai menaik-turunkan tubuhnya perlahan-lahan.
Aku tidak tinggal diam. Kuremas pantatnya silih berganti yang kemudian beralih pada buah dadanya. imelda yang bergerak naik turun dengan cepat kemudian memutar-mutar pantatnya diatasku, membikin rasa sensualitas pada gairah kami berdua. Kemudian dirinya menunduk untuk merapatkan tubuhnya diatas dadaku, yang saya balas dengan dekapan mesra dan ciuman bertubi-tubi pada bibir dan lehernya sambil memberbagi sodokan keras dari bawah. saya kemudian meminta imelda untuk memutar tubuhnya membelakangi diriku. Dalam posisi tetap di bawah, saya bisa memelihat bongkahan pantatnya menghantam penisku dengan mantap. sayapun bisa bebas meremas pantatnya dengan sekali-kali meremas-remas punggungnya. Menit berlalu tanpa terasa, dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan sensualitas bersama.
Seusai itu saya meminta imelda untuk menungging. Dengan posisi doggy style saya menyetubuhinya sambil meremas buah dadanya dengan lembut. Sodokan-sodokan yang lembut, gigitan kecil dan usapan lembut pada sekujur tubuh imelda membikin diriku tidak bisa membendung gairah puncakku itu. Yang kemudian saya meminta imelda untuk kembali pada posisi awal, saya dibawah dan imelda diatas untuk bisa mendekapnya dengan mesra. Sodokanku dari bawah dan himpitan selangkangan imelda dari atas meningkatkan menit akhir orgasme kami kian dekat. Sambil menyodok dari bawah sayapun mengusap lembut celah duburnya yang kemudian meningkatkan getaran tubuh dan denyutan yang keras pada vaginanya. Pada posisi tersebut dan saling mendekap erat, kami mengakhiri persetubuhan kami itu dengan tubuh kami yang saling mengejang dan semburan cairan cinta kami di dalam rahim imelda.
Seusai beres, imelda jatuh disisiku dengan rasa yang sungguh nikmat.
“Uhhff.. Baru hari ini saya ngerasain enaknya bercinta,” kataku kemudian.
“Kalau tahu semacam ini, mungkin dari dulu saya telah minta ke elu sebelum elu digosok abis ama laki lu..”
“Enak aja lu! Emang saya mau ngasih perawan sayake elu! Jangan konyol..” kata imelda sambil melempar bantal ke arahku.
“Eh, tapi kan elu tadi nikmatin juga persetubuhan kita?”
“Iya siih, tapi kan sebab sayamau cepet bisa anak. Kalau perawan sayatetep dikasih ke suami gue, donk”
“Seett, pelit amat sih lu!!” kataku itu disambut dengan lemparan bantal lagi oleh imelda. saya yang telah tahu gelagat bisa menghindari lemparan tersebut dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Seusai beres giliran imelda untuk membersihkan diri.
Waktu telah menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika imelda pamit kepadaku untuk kembali ke rumah. sayapun mendekapnya dengan mesra dan memberinya kecupan pada kening dan bibirnya. Seusai itu kamipun berpisah, imelda pulang dan saya tetap di hotel, kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku yang terkuras. saya terbukti tertarik checkout pagi-pagi seusai sarapan.
Hari-hari berikutnya di kantor, saya tetap berjumpa dengan imelda. Bila berjumpa dan berbicara, kami berkata dan bersikap semacam biasa saja seakan-akan tidak ada kejadian apapun pada kami berdua. Hingga kira-kira pada minggu ke-2 alias ke-3 seusai kejadian itu, imelda memberi berita bahwa dirinya hamil. Dan imelda memastikan bahwa anak yang dikandung tersebut merupakan anakku, sebab disesuaikan dengan umur kandungan dan momen yang kami lakukan.
Dari perselingkuhannya dengan saya pertama kali hingga kini, saya telah melakukan persetubuhan dengannya dua kali lagi, dimulai dari imelda mengumumkan bahwa dirinya hamil. Mesikipun kami tidak melakukannya semacam pertama (kami hanya melakukan sekali setiap pertemuan), sebab takut merusak janin yang ada dalam kandungannya. Hingga kami sepakat untuk tidak melakukannya lagi, mengingat tujuan perselingkuhan kami semula, dan untuk menghormati suami imelda.
Demikianlah kisah dari seorang pria bernama anto yang ceritanya dikirim ke kami. kami juga menantikan certa cerita panas lainnya yang mungkin kamu miliki, Cerita selingkuh dll. Ditunggu ya
Share: