388cash388cash

Cerita Dewasa Ipar ku Yang Mengajakku


 Adegan dalam rekman video ini sungguh sangat membikinku shock, mulutku terbuka melongo. Aku merasa seperti orang dungu yg ditendang cocok diselangkangan. Apa yg terpampang dalam layer TV merupakan rekaman isteriku dengan suami adik iparku. Dan mereka tengah bersetubuh. Aku tidak bias mempercayainya! Tdk hanya kenyataan bahwa isteriku yg menghianatiku, tapi juga dirinya melakukannya dengan Bob, suami dari adiknya sendiri!

Linda, adik iparku berdiri di sebelahku memantau reaksiku bakal rekaman video tersebut. Tampak jelas dirinya terluka dan marah. Dirinya menemukan rekaman video ini dalam laci yg tersembuni di meja kerja suaminya hanya berbagai jam yg lalu. Adegan di TV terus berjalan, aku berjalan menuju pantr di ruang sebelah dan menuangkan minuman ke dalam dua buah gelas. Linda menerimanya tanpa sepatah katapun. Kami berdua meneruskan menonton rekaman video tersebut dalam diam.

Tampak jelas alangkah usaha Bob dalam mengolah bentuk tubuhnya, tapi aku merasa bahagia sebab betapapun hasil latihannya telah membikin otot tubuhnya menjadi besar dan kekar tapi itu tidak membikin batang penisnya jadi lebih besar. Setdknya aku tetap lebih luar biasa pada tahap itu. Pasti saja, Nina terkesan menikmati apa yg didapatkan dari Bob terkecuali kepada ukuran kejantanannya, aku lumayan mengetahui Nina bakal faktor ini.

Isteriku mempunyai bentuk tubuh yg atletis. Dirinya rutin pergi ke gym dan rutin berusaha mengajakku ke tempat itu juga, tapi aku tidak sempat punya keberminatan dengan hal-hal seperti itu. Saat menonton adegan video tersebut, aku membaygkan apa mungkin faktor tersebut bakal mambawa perbedaan…

Linda melangkah pergi untuk mengambil minuman, kupandangi dia, Linda berusia 10 tahun lebih muda dari isteriku dan mempunyai bentuk tubuh yg lebih montok dibandingkan kakaknya. Payudaranya juga lebih besar. Aku menonton perkembangan kedewasaan tubuhnya hingga menjadi seorang wanita muda yg cantik dalam berbagai tahun akhir-akhir.

Dia dan Bob menikah dua tahun yg lalu. Nina dan aku menikah jauh sebelumnya dan kini telah mempunyai 3 orang anak. Kami bakal segera memperingati ulang tahun pernikahan kami yg ke duapuluh.
“Kamu tahu telah berapa lama ini terjadi?” tanyaku begitu video tersebut beres.
Nina menggelengkan kepala.

“Mungkin telah setahun lebih!” sambungnya ketus. Aku gelengkan kepala.
“Tdk, ini terjadi baru-baru ini. Kelakuan Nina berubah aneh sejak kurang lebih bulan lalu dan kini aku baru mengerti sebabnya,” jawabku.
“Kakak kandungku sendiri!” kata Linda dengan geram. Aku membawa bahu. Aku sangatlah tidak bisa mengatakan apapun untuk membikin kenyataan ini menjadi lebih baik.
“Apa yg bakal kami lakukan?” tanyanya, tampak jelas nada kemarahan dalam suaranya.
“Aku belum tahu,” ku hela nafas. Aku tetap sangat terguncang untuk bisa berpikir jernih.
“Abang belum tahu?” tanyanya tidak percaya.
Aku hanya membawa bahu kembali.
“Kakakmu dan anak-anak sedang beres pekan di rumah pantai dan kakek nenek mereka juga ikut di sana. Aku rasa aku butuh waktu 24 jam untuk membikin keputusan drastis.”
“Well, aku telah tahu apa yg bakal kulakukan!” potong Linda.
Kupegang kedua bahunya dengan tanganku untuk meredakannya.
“Bukankah Bob sedang diluar kota kini ini?”
“Ya,” jawabnya, tapi segera meningkatkankan dengan nada marah sebelum aku sanggup melanjutkan, “Mungkin kini ini dirinya sedang meniduri wanit lain lagi!”
“Aku rasa tdk,” jawabku sambil menggelengkan kepala.
“Apa?”
“Dengar, aku lumayan mengetahui Bob dengan baik dan dirinya bukan jenis lelaki yg suka main perempuan,” kataku, meskipun sadar alangkah menggelikannya penjelasanku ini.
“Kamu pasti bercanda,” tukas Linda. Aku hanya membawa bahu.
“Aku tdk tahu apa yg terjadi, tapi aku tidak percaya kalau Nina dan Bob sengaja melakukan ini.”
“Itu kan telah terkesan jelas di video itu!” teriak Linda.
“Apa ada kelakuan Bob yg aneh akhir-akhir ini? Aku tahu kalau kini ini Nina sedang mengalami puber kedua. Dirinya baru saja memasuki usianya yg ke tiga puluh sembilan dan perasaan bakal berusia empat puluh di tahun depan sangat membikinnya resah.”
“Itu bukan alasan!”
“Aku tdk bilang ini sebuahalas an, tapi aku rasa itu bukan tahap dari penyebabnya,” jawabku.
Linda menatapku dan menggelengkan kepala, tapi kemudian dirinya luar biasa nafas dan kelihatan agak sedikit mereda emosinya.
“Telah satu tahun kami mencoba untuk memperoleh seorang bayi, tapi belum juga beruntung. Aku tahu itu sangat mengganggu Bob,” jelasnya sambil menggosok kedua lengannya, tapi kemudian ketenangannya sirna dan matanya berkilat marah, 
“Itu juga sangat menggangguku, tapi aku tdk lari dan tidur dengan salah satu saudaranya!”
“Kamu benar,” jawabku, coba menenangkannya. 
“Tapi aku tetap merasa kalau kami butuh waktu kemarin hari untuk berfikir sebelum membikin keputusan besar.”
“Baiklah! Mungkin akang benar, tapi aku merasa itu tidak bakal menolong,” tukasnya,
Rasa sakit dan marahnya terlalu besar untuk ditahannya.
“Besok malam kalian kembali saja kemari dan kami bicarakan lagi,” tawarku. 
“Sebelum itu kami berdua punya waktu untuk menenangkan diri.”
Linda terkesan tdk puas, tapi dirinya mengangguk setuju. Dirinya mengeluarkan video tersebut dari dalam player dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Aku berharap dirinya tdk melakukan sebuahperbuatan yg bego hingga dirinya merasa tenang.
Kuputuskan untuk mandi, aku merasa kotor. Aku pergi ke kamar mandi, menyetel suhu air panas dan menonton pantulan bayganku di dalam cermin. Kamar mandi ini mulai terisi uap panas saat kutatap mataku. Ini bakal jadi sebuah malam yg panjang dan aku merasa ragu akankah pergi kerja besok pagi.
Linda dateng ke rumahku malam berikutnya. Dirinya terkesan lebih tidak lebih tidur dibandingkan aku, tapi setdknya dirinya terkesan jauh lebih tenang dibandingkan kemarin.
“Jadi, apa keputusan abang?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.
Aku membawa bahu.
“Apa ini tdk membikin akang marah?” tanyanya gusar.
“Tentu saja ini membikinku marah, tapi aku tetap tidak bisa mengubah apa yg telah terlanjur terjadi.” Kenyataannya merupakan aku lebih merasa sakit sebab dikhianati dari pada kelakuan mereka.
“Astaga, aku sangatlah heran dengan abang? Aku bakal minta cerai pada Bob! Akang juga mestinya menceraikan Nina!” kata Linda.
Aku gelengkan kepala, aku telah punya keputusan sendiri.
“Itu tidak bakal terjadi. Kakakmu Nina dan aku punya 3 orang anak. Kami telah berumah tangga hamper dua puluh tahun,” kutarik nafas, lalu melanjutkan, 
“Aku sangat mencintai kakakmu, dan lakukanannya dengan Bob tidak bakal sanggup menghilangkan cinta itu begitu saja. Aku merasa sakit dan aku bakal mencari tahu kenapa dirinya merasa wajib mengkhianatiku, tapi aku tidak bakal menceraikan dia.” Linda menatapku tajam.
“Abang bakal memaafkannya,” tanyanya tidak percaya.
Aku mengangguk. Linda menggelengkan kepalanya, air matanya mulai keluar. Aku merengkuhnya ke dalam pelukanku dan dirinya mulai terisak. Ini berjalan untuk berbagai saat lamanya hingga akhirnya dirinya bisa mengendalikan diri.
“Aku rasa aku tidak bakal bisa memaafkan Bob,” akhirnya dirinya mengatakan.
“Linda, apa kalian sangatlah ingin berpisah dengan Bob?” tanyaku.
Sejenak dirinya ragu sebelum akhirnya menggelengkan kepala.
“Tapi aku tidak bisa membiarkan begitu saja lakukanannya,” jawabnya lirih.
“Ayo kami ambil minum dulu,” tawarku. Dirinya mengangguk setuju.
Gelas yg pertama terasa hanya untuk membasahi tenggorokan saja. Gelas yg ke dua baru terasa pengaruhnya. Aku bilang ingin pergi ke kamar mandi sebentar saat Linda menuangk minuman pada gelas ketiganya. Ketika aku keluar dari kamar mandi aku mendapati dirinya menonton rekaman video tersebut lagi. Aku menghela nafas, menghampirinya untuk mematikan TV.
“Kamu tahu kan, ini tidak bakal menolong,” kataku.
Di menghela nafas. Kami meminum gelas ketiga dalam diam. Hari ini giliran Linda yg pergi ke kamar mandi saat aku menuang gelas yg keempat. Aku tetap belum merasa mabuk, tapi rasa sakit di hati sedikit terasa hilang.
Linda keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arahku. Segera saja aku menyadari ada sesuatu yg berubah. Pertama, Linda terkesan telah mengambil sebuah keputusan. Yg kedua, tidak mungkin rasanya kalau tidak menonton kalau berbagai kancing bajunya yg atas terbuka dan dirinya tidak lagi memakai bra. Aku bisa menonton jelas putting payudaranya dari balik blouse-nya.
“Linda, apa yg kalian lakukan?” tanyaku bingung.
“Aku bakal melakukan sesuatu yg mungkin bisa mempertahankan pernikahanku seusai pengkhianatan Bob. Aku bakal meniduri abang,” jawabnya.
Aku baru saja bakal memprotesnya, tapi dirinya telah langsung melumat bibirku.
Disamping itu, kalau mau jujur, meskipun aku memutuskan untuk memaafkan Nina, aku juga sama terlukanya dengan Linda. Meniduri Linda, benar alias salah, mungkin saja bakal menolong. Aku merasa sangsi kalau ini bakal bisa menyakiti mereka.
Dalam sekejap saja kami telah tidak berpakaian lagi dan aku terkejut menonton buah dada Linda bahkan lebih besar dari yg sempat kubaygkan. Ukuran payudara Nina breasts kurang lebih B cup. Tapi menurutku putingnya yg mesar mencuat itu terkesan seksi pada ukuran payudaranya.
Payudara Linda yg jauh lebih besar dibandingkan isteriku tampak sangat menggiurkan. Mungkin ukurannya C cup, tapi sangat pasti kalau ini merupakan ukuran full C cup. Putingnya tdk sepanjang punya kakaknya, tapi lebih gemuk. Dirinya tersenyum memergoki aku yg terpana menonton dadanya.
“Ini milikmu sepenuhnya,” kata Linda sambil menygga kedua buah dadanya dengan kedua tangannya sekaligus meremasnya menggoda.
Kuhabiskan gelas keempatku dan segera membenamkan wajahku ke dalam dua bongkahan daging kenyal didepanku. Tangan Linda bergerak ke bawah untuk meraih batang penisku.
“Wah, punya akang besar sekali!” katanya, gairahnya terdengar besar dalam nada suaranya.
Aku bergerak turun menelusuri lekuk tubuhnya, melalui perutnya dan mulai menyapukan lidahku pada bibir vaginanya.
Dia segera bersandar pada dinding di dekatnya dan memegangi kepalaku dengan kedua tangannya sambil mendesah. Segera saja tubuh Linda mulai tergetar ketika aku konsentrasi pada kelentitnya. Langsung saja dirinya meraih orgasme pertamanya dan aku wajib menygga tubuhnya sebelum dirinya jatuh. Lalu kugendong dirinya menuju ke kamar tidur.
Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, Linda menjulurkan kedua lengannya ke depan menmintaku untuk segera naik. Aku merangkak menaiki tubuhnya dan memberinya sebuah ciuman yg dalam. Nafasnya tercekat saat ujung kepala penisku menemukan akses ke dalam vaginanya.
“Kamu yakin mau melakukan ini?” tanyaku. Dirinya mengangguk.
“Kakakku, isteri abang, meniduri suamiku. Aku rasa baru adil kalau aku menyetubuhi akang di atas ranjangnya sendiri. Ini tutorial untuk membalas kelakuan Bob dan Nina diwaktu yg sama,” nada amarah terdengar dalam jawabannya, tapi dirinya kemudian tersenyum dan meningkatkankan, 
“Lagipula, aku tidak bakal melepaskan begitu saja seusai menonton ukuran penis akang ini.”
Kemudian segera saja lenguhan nikmat terlepas dari bibirnya saat dirinya memakai kakinya untuk luar biasa tubuhku ke arahnya.
“Aku merasa sangat penuh!”
Batang penisku hanya baru masuk 3/4nya saja ke dalamnya. Kudorongkan lagi, tapi dirinya merintih kesakitan. Aku coba hentikan, tapi dirinya tdk mengijinkanku. Nafasnya tersengal terdengar antara menahan deraan nikmat alias sakit, dan dirinya terus mengguna kan pahanya untuk luar biasaku terus erat. Bahkan tangannya mencengkeram pantatku dan luar biasanya dengan keras hingga seluruh batang penisku terkubur dalam lubang anusnya.
“Oh mami!” teriakan lepas keluar dari bibirnya saat aku sukses membenamkan batang penisku seluruhnya.
Aku diamkan tanpa bergerak supaya dirinya terbiasa dengan ukuranku.
“Ayo bang! Setubuhi aku!” akhirnya dirinya mengatakan dan terbukti itu yg segera bakal aku lakukan.
Pada awalnya dengan cara perlahan kukeluar masukkan, tapi atas desakan Linda segera saja aku menyentaknya dengan keras dan cepat. Langsung saja orgasme kedua diraihnya dan tanpa henti. Aku piker dirinya bakal pingsan saat teriakan nikmatnya terdengar keras sekali.
“Linda, aku hamper keluar!” teriakku.
Dia mendorong tubuhku berganti posisi hingga dirinya berada diatas dan mulai menunggangi batang penisku.
“Lakukan, bang! Isi rahimku dengan benih abang!” ucapnya terus membakar gairahku.
“Tapi, kami tdk pakai pelindung!” kataku ragu.
Tapi keraguanku malah terus membikin pantulan tubuhnya terus keras saja dan tidak ayal aku langsung keluar jauh di dalam rahimnya. Kusemburkan begitu spermaku ke dalam vaginanya hingga meleleh keluar pada pahanya seiring pompaan naik turun tubuhnya di atasku. Kami berdua rebah tidak bergerak dengan tubuhnya yg tetap menindihku untuk berbagai waktu. Akhirnya dirinya membawa kepalanya dan menatapku dengan diam.
“Kamu tdk apa-apa?” tanyaku khawatir tapi dirinya malah tertawa.
“Aku merasa sangat ehmm…! Saat ini, aku tdk tahu apakah bakal meninggalkan Bob dan tidak bakal bicara dengan Nina lagi ataukah aku mestinya berterima kasih pada mereka. Akang sangat menakjubkan,” katanya.
Aku tertawa dan menurunkan tubuhnya dari atasku.
“Aya mandi, aku sangat ingin bermain lagi dengan dada montokmu ini,” Kataku sambil meremas buah dadanya lalu menggamit tangannya.
Kami bawa dan gelas minuman yg kosong, mengisinya lagi untuk yg terakhir kalinya sebelum bergandengan tangan masuk ke kamar.
Lansung saja kami habiskan gelas terakhir kami seusai mengatur suhu shower. Tawa riang tidak hentinya keluar dari bibir kami saat air hangat mulai turun membasahi kedua tubuh berkeringat kami.
Kusabuni dada montoknya dan menghabiskan setdknya kurang lebih sepuluh menit meremasinya. Disaat yg bersamaan dirinya juga menyabuni batang penisku. Begitu penisku kembali mengeras, aku bergerak ke belakang tubuhnya, tetap tetap meremasi buah dadanya.
Aku mulai menciumi lehernya dan batang penisku kugesekkan pada lubang bongkahan pantatnya. Penisku tetap berlumuran sabun jadi dengan mudah melesak masuk.
Saat bibir kami saling melumat dalam ciuman yg dalam, kepala penisku terdorong masuk ke dalam lubang anusnya. Linda merenggangkan pahanya dan penisku melesak masuk dengan sendirinya seakan punya maksud sendiri, Aku terkesiap dan berusaha luar biasanya keluar.
“Sorry! Ini masuk begitu saja…” aku berusaha membahas, tapi Linda malah menyeriangai lebar dan mendorong pantatnya ke belakang membikin kepala penisku terus menyelam ke dalam lubang anusnya.
Aku mengerang keenakan.
“Jangan bilang kalau kak Nina tdk sempat mengijinkan akang melakukan anal seks?” tanyanya menggoda.
“Tdk, tdk pernah,” jawabku.
“Baiklah kalau begitu, kalau akang mau akang boleh merasa leluasa menyetubuhi anusku semau abang!” katanya manantang dan bagaikan api yg disiram minyak, langsung saja aku lesakkan batang penisku jauh ke dalam lubang anusnya.
Kedua tangannya terjulur kedepan pada dindning untuk menahan tubuhnya yg terguncang dengan keras oleh sodokanku. Buah dadanya yg montok terayun menggoda, membikinku dengan segera bergerak meremas keduanya. Tapi tanganku langsung beralih untuk mencengkeram pinggulnya untuk menjaga keseimbangan kedua tubuh kami sebab ayunanku.
“Ya! Terus bang! Dorong penis akang ke dalam anusku! Makin dalam bang!” teriak Linda dalam kenikmatan.
Salah satu tangannya tetap menahan tubuhnya pada dinding sedangkan yg satunya lagi mulai bergerak kea rah selangkangannya.
“Yes!” teriaknya saat aku terus keras melambaikan batang penisku terus ke dalam.
Dapat kurasakan otot pantatnya yg mulai mengencang saat dirinya menggesek kelentitnya sendiri. Tidak sanggup lagi kutahan, kulesakkan seluruh batang penisku terkubur seutuhnya dalam cengkeraman lubang anusnya dan kembali, sekali lagi aku keluar dengan hebatnya.
Sentakanku yg terakhir membikin kaki Linda benar benar terangkat dari lantai kamar mandi sebab kerasnya. Dan faktor tersebut membikin Linda bergabung bersamaku dalam ledakan orgasmu sejenak kemudian.
Kami berjalan berpelukan dengan sempoyongan keluar dari kamar mandi menuju ke kamar tidur kembali. Bau seks tercium sangat pekat di dalam kamar dan kami kesusahan untuk menemukan area sprei yg kering di tempat tidur.
“Kamu sangatlah liar!” kataku.
“Nyatanya balas dendam itu rasanya jauh lebih manis dari yg kudugatimpalnya dengan tersenyum puas. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Dirinya benar benar wanita muda yg penuh amarah, tapi… apapun itu adik iparku ini benar benar sangat menggairahkan!
Linda merapatkan kedua daging payudaranya yg kenyal menjepit batang penisku dan mengocoknya begitu batangku mengeras lagi. Dirinya tetap asik melakukannya ketika tiba-tiba saja Nina berjalan masuk ke dalam kamar tidur…!!!
“Linda! Teganya kamu?” teriak Nina terdengar hamper menangis, tapi Linda Cuma tersenyum sinis.
“Teganya aku? Kakak pasti bercanda! Coba kakak periksa rekaman video di bawah. Itu rekaman perselingkuhan Bob dengan kak Nina,” balas Linda said lalu kemudian dengan mata menatap kea rah kakaknya, dirinya memasukkan batang penisku hingga ke batangnya.
“Anak-anak mana?” tanyaku merasa tidak enjoy. Aku coba untuk bergerak, tapi Linda tidak membiarkanku.
Dia ingin supaya Nina menonton aksi kami berdua.
“Kutitipkan di rumah mami. Aku mau memberimu kejutan ‘a night out alone’,” jelasnya, nampak jelas rasa sedih dan terkejutnya.
“Nah, aku rasa yg terkejut kini merupakan kakak. Apa kakak sangatlah berharap kalau rekaman itu tidak bakal diketahui oleh siapapun?” Tanya Linda. Nina menggelengkan kepala.
“Kakak keliru,” kata Linda, lalu meningkatkankan dengan nada sinis, 
“Nah, kini impas kan?” tangis Nina sangatlah pecah kini dan dirinya berlari meninggalkan kamar.
Bukannya merasa puas telah membalas dendam, tapi aku malah merasa sangat tdk enak.
Kudorong tubuh Linda menjauh dan pergi menyusul Nina. Kutemukan dirinya di ruang keluarga, sedang menyaksikan rekaman videonya dengan Bob. Dirinya menoleh dan memandangku dengan tatapan yg berlinang air mata.
“Aku sungguh-sungguh minta maaf!” ucapnya diantara isak tangisnya. 
“Itu terjadi begitu saja bulan lalu. Bob tengah frustrasi sebab Linda tidak juga hamil. Kami minum-minum dan aku tidak ingat pasti apa yg terjadi kemudian, yg kuingat saat aku terbangun, kami tidur berdua di ranjangnya. Apakah kalian mau memaafkanku?” tanyanya.
Aku hendak mulai menjawab, tapi Linda telah berada di ruangan ini.
“Abang percaya semua omong kosong ini? Itu mungkin benar kejadian pertama kalinya, tapi bagaimana dengan yg berikutnya? Kak Nina terkesan jelas sangat menikmatinya dalam video itu,” potong Linda dengan marah.
Wajah Nina berubah merah oleh rasa malu.
“Kami melakukannya cuma dua kali saja,” bela Nina lirih, meskipun dirinya sadar itu tidak tidak sedikit menolongnya.
“Kejadian yg kedua terjadi saat Bob menelphone-ku untuk dating dan bicara. Aku juga terkejut saat mendapati ada sebuah kamera yg dalam kondisi siap rekam. Lalu dirinya menunjukan padaku rekamannya dengan Linda yg sedang bercumbu. Kami sepakat untuk menghentikan affair ini, tapi Bob ingin membikinsebuah video sebagai kenang-kenangan.”
“Dan kakak tidak sanggup menolaknya, kan?” potong Linda dengan tajam.
“Aku mau menolaknya!” jawab Nina, tapi kemudian meneruskan dengan suara pelan, 
“Tapi video kalian berdua sangatlah membikinku jadi terangsang. Menontonmu bercumbu dengan Bob sangat membikinku terangsang.”
“Kakak jadi terangsang sebab menontonku?” Tanya Linda tidak percaya.
Nina tidak berani menatap kami berdua, tapi dirinya hanya mengangguk. Aku gelengkan kepala. Aku sangatlah kaget dengan apa yg dikatakan Nina barusan.
“Linda, Nina dan aku menikah di usia muda. Aku tdk heran apabila kakakmu membaygkan apa yg hilang dari masa mudanya seusai kami menikah dulu. Aku juga merasakan faktor itu.”
“Lalu apa akang berselingkuh di belakang kakak?” Tanya Linda asked. Kugelengkan kepala.
“Tdk hingga hari ini,” jawabku. Nina mulai merasa tidak enjoy.
“Aku sangatlah minta maaf! Aku sangat mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu,” kata Nina.
Aku tersenyum mendapati situasi ini. Ketakutan terbesarku merupakan apabila Nina telah tdk mencintaiku lagi. Kini aku tahu itu tdk benar.
“Aku tidak bakal meninggalkan kamu. Andai saja kalian ceritakan padaku mengenai semua ini sebelum kalian membikin keputusan, mungkin kami bisa lakukan itu bersama.”
“Bersama?” tanyanya.
Dia terkesan jelas terkejut.
“Ya. Nina, aku punya sebuah fantasi yg ikin kulakukan. Aku tidak sempat menceritakannya padamu sebab kupikir kalian sangat konservative mengenai seks dan kupikir kalian bakal marah apabila kuajak menuturkannya. Aku tidak ingin kehilangan kamu.”
“Sungguhkah?” tanyanya, ketakutanna perlahan berubah menjadi sebuah harapan.
Kurengkuh dirinya ke dalam pelukanku dan memberinya sebuah ciuman yg sangat dalam sebagai jawabannya.
“Jadi, akang mengijinkan pria lain menikmati tubuh isteri abang?” Tanya Linda tidak percaya Aku membawa bahu dan tersenyum.
“Aku tidak persoalan apabila Nina bercinta dengan orang lain, Cuma syaratnya aku wajib ada di sana dan dirinya pulang ke rumah kembali bersamaku.”
“Menakjubkan,” kata Linda, tidak tahu wajib mengatakan apalagi.
“Linda, meskipun ini tidak menolong, Bob mengatakan padaku kalau hanya dengankulah satu-satunya wanita yg sempat berselingkuh dengannya. Aku percaya padanya. Bob sangatlah mencintaimu,” kata Nina, tetap memelukku.
Linda tetap tetap menggelengkan kepala.
Kutarik kembali Nina dalam sebuah ciuman. Aku tetap tetap telanjang, sedangkan Nina tetap berpakaian lengkap. Aku mulai melucuti pakaiannya. Dan dirinya menolong mempercepatnya.
“Hey, bagaimana dengan aku?” Tanya Linda.
Nina memandangku seakan meminta ijin. Aku mengangguk, tetap meraba-raba kemana ini bakal beres. Isteriku menatap adiknya dan menyeringai lebar.
“Linda, kalian sangat boleh bergabung dengan kami,” undangnya. 
“Telah kukatakan, Aku sangat suka menontonmu bercinta dengan Bob. Kurasa menontonmu melakukannya dengan suamiku pasti bakal lebih dahsyat lagi!” Aku sama terkejutnya dengan Linda, tapi aku telah terlalu terangsang oleh wanita yg kunikahi hamper dua puluh tahun ini.
Nina dan aku tidak menantikan jawaban Linda lagi. Kupanggul Nina menuju ke kamar tidur kami dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap. Dirinya protes soal bau dan kenyataan kalau sepreinya telah habis digunakan, tapi protesnya tersebut langsung terhenti begitu kulesakkan batang penisku ke dalam lubang vaginanya. Kupegangi pinggulnya saat aku mulai bergerak keluar masuk.
“Ya, setubuhi aku sayang!” teriaknya.
Nina tdk sempat mengatakan mesum saat berhubungan seks sebelumnya. Birahiku sangatlah terbakar oleh perubahan isteriku ini. Kami berdua sangatlah terhanyut dengan irama persetubuhan ini hingga aku dikejutkan oleh sebuah tangan yg memegang buah zakarku.
“Jadi, akhirnya kalian putuskan untuk bergabung dengan kami,” kataku pada Linda. Dirinya membawa bahunya, tersenyum nakal dan kemudian menciumku.
“Aku tidak bakal sempat melewatkan peluang untuk menikmati batang penis akang lagi,” katanya begitu lumatan bibirnya denganku beres.
Kemudia dirinya menampar pantat Nina dengan keras. Nina teriak terkejut.
“Disamping itu, aku tetap belum memberbagi hukuman pada wanita jalang yg telah menyetubuhi suamiku ini,” katanya sebelum memberi sebuah tamparan lagi.
“Hey! Hentikan,” cegahku. Aku mencintai Nina dan tdk ingin menonton dirinya disakiti.
“Tdk apa-apa! Aku terbukti layak memperolehnya,” kata Nina, mengejutkanku, tapi kurasa Linda telah mengira bakal faktor ini.
“Nah kakakku yg jalang, kakak suka dengan kekerasan ya,” kata Linda dengan yakin sambil memilin putting kakaknya dengan kasar.
Nina berteriak antara sakit dan nikmat. Baru saja aku mau menghentikan semua ini, tapi Nina malah mulai meledak orgasmenya. Ini bakal menjadi sebuah eksplorasi yg luar biasa dilain waktu.
Linda luar biasaku menjauh dan menaiki batang penisku. Tidak butuh menantikan waktu untuk adaptasi yg lama lagi seperti saat pertama kali, dirinya kemudian mulai bergerak naik turun di atasku sekali lagi. Aku telah dekat dengan orgasmeku saat akhirnya Nina pulih keadaannya seusai ledakan orgasmenya. Dirinya melumat bibirku dengan liar sebelum tangannya bergerak meremas pangkal batang penisku.
“Hey, hentikan, kakak merusak iramaku!” Linda komplain.
Nina tersenyum, melepaskan cengkeramannya dan luar biasa Linda dalam sebuah ciuman. Ciuman keduanya sangat lama dan juga basah, tapi saat akhirnya beres Linda kembali komplain.
“Wanita jalang!” teriaknya, yg sebetulnya hanya terkejut oleh aksi Nina barusan.
Isteriku hanya tersenyum.
“Telah kubilang kan, kalau menontonmu bisa membikinku sangat terangsang. Apa yg kalian harapkan saat memutuskan untuk bergabung dengan kami?” jawab Nina, dan kemudian tangannya bergerak ke bawah untuk memainkan kelentit Linda.
Segera saja nafas Linda mulai tersengal.
“Aku tdk berminat pada wanita! Singkirkan tangan kakak!” perintahnya, tapi Linda tdk melakukan apa-apa untuk menghentikan Nina.
“Aku juga belum sempat melakukannya dengan seorang wanita sebelumnya. Aku rasa kalian juga. Bagaimana kalian tahu kalau kalian tidak suka?” Tanya Nina.
“Tapi aku kan adikmu!” jawab Linda.
Nina tidak menghiraukannya.
“Aku yakin kalau mulutmu pasti bakal lebih berguna daripada hanya bicara tidak karuan begitu,” jawab Nina, lalu kemudian kembali melumat bibir adiknya lagi.
“Wow! Nina, ini sangat hot! Apabila saja aku tahu lebih awal kalau kalian juga mau melakukannya denga wanita juga,” kataku dengan tidak jarangai lebar.
Nina hanay membawa bahu.
“Siapa kira? Aku juga tidak sempat membaygkan sebelumnya hingga aku lihat videonya Linda dengan Bob,” jawabnya sebelum kemudian membungkuk kedepan untuk menghisap salah satu putting payudara Linda. Mengerang keras Linda mulai orgasme.
Aku mencoba untuk bersi kukuh, tapi segera saja aku seburkan spermaku ke dalam vagina Linda juga. Linda membikin kami berdua terkejut saat dirinya menjambak rambut kakaknya supaya mendekat padanya dan melumat bibirnya dengan liar ditengah ledakan orgasme yg melandanya.
Nina meraih batang penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya begitu orgasme yg mendera kami berdua mereda.
“Iih, menjijikkan! Penis akang kan penuh dengan cairanku,” kata Linda dengan wajah menyeringai.
Nina hanya tersenyum lalu mendorong tubuh adiknya hingga terlentang. Dirinya bergerak menaiki tubuh Linda dan duduk di atas dada montoknya. Membikin vaginanya berada sangat dekat ke mulut Linda. 
Linda meronta berbagai saat, tapi Nina lebih kuat dan lagipula tubuhnya berada di atas menindih Linda.
“Sekarang giliranku untuk orgasme dank arena kalian telah memakai penis suamiku untuk orgasme, kalian wajib menggantikan tugasnya. Jilat vaginaku Linda!” perintah Nina.
Aku hanya menyaksikan dengan terpesona.
Aku tengah menyaksikan tahap dari diri Nina yg tidak sempat kusangka dimilikinya. Linda mencoba memprotes, tapi Nina sama sekali tidak mengacuhkan. Disorongkan vaginanya kea rah mulut adiknya dan mendesah keras berbagai saat kemudian ketika lidah Linda menelusup ke dalam lubang vaginanya.
“Ya, begitu Linday! Cocok di situ!” ceracau Nina.
Mereka berdua seakan asyik masyuk dalam dunianya sendiri dalam berbagai menit ke depan sebelum pada akhirnya Linda mendorong tubuh Nina dari atasnya.
“Hey!” protes Nina, tapi Linda cuma tertawa.
Dia kemudian mengatur untuk melakukan posisi enam-sembilan dengan isteriku. Kuamati lidah Linda langsung melata keluar masuk ke dalam vagina kakaknya. Nina ragu untuk berbagai saat sebelum akhirnya lidahnya juga memberi aksi yg sama kepada vagina Linda.
Terkesan jelas bahwa kedua wanita ini sangat menikmati dan larut kepada apa yg tengah mereka lakukan. Telah lumayan lama mereka saling memuaskan birahi satu sama lainnya dan aku yakin kalau keduanya telah memperoleh paling tdk sebuah orgasme.
Batang penisku akhirnya sekali lagi mengeras sepenuhnya dan aku tengah bimbang untuk memutuskan apa yg bakal kulakukan. Linda menonton kebingunganku dan mengedip kepadaku sambil sebuah jarinya menyelip masuk ke dalam lubang anus Nina. Nina mengerang.
Linda terus memainkan jemarinya di dalam lubang anus Nina sambil tetap mengoral vaginanya. Sejenak kemudian Linda mengisyaratkan padaku untuk mendekat. Dicengkeramnya batang penisku dan menempatkan kepala penisku cocok di lubang anus Nina. Kudoeng sedikit hingga kepalanya masuk sebelum Nina akhirnya menyadari apa yg tengah terjadi.
“Tunggu!” teriaknya, tapi Linda tetap berkonsentrasi pada kelentitnya dan itu membikin perhatian Nina kabur.
Kumasukkan berbagai centi lagi.
“Hentikan, ini sakit!” erang Nina.
Linda menampar pantat isteriku dengan keras.
“Tapi rasanya sangat nikmat, kan?” tanyanya pada isteriku.
Nina hanya mengerang. Kumasukkan lagi lebih dalam.
“Ya!” Nina terus mengerang keras.
“Jadi, diam dan nikmati saja!” perintah Linda menampar pantat Nina lagi.
Linda merangkak ke bawah tubuh Nina dan mulai mempermainkan kelentitnya.
Aku terus mendorongkan penisku terus ke dalam anus Nina. Rasanya sangat rapat dan aku tidak yakin sepenuhnya apakah dirinya menikmati ini ataukah tdk.
“Apa kalian ingin aku berhenti?” tanyaku meyakinkan.
“Jangan! Masukkan seluruhnya. Sodomi aku!” teriak Nina.
Dan jawaban itu membikinku melesakkan sisa penisku selurhnya tanpa ragu lagi. Dirinya langsung mulai orgasme. Kurasakan denyutannya seiring tiap sodokanku.
Kusodomi Nina dengan keras dan cepat, membikin buah zakarku menghantam dahi Linda. Segera saja aku orgasme berbagai menit kemudian. Nina dan aku rebah kecapaian sedangkan Linda meberi kami masing-masig sebuah ciuman yg penuh nafsu yg dalam. Tidak disangsikan lagi kalau dirinya juga sangat membutuhkan sebuah pelapasan yg sangat mendesak.
Begitu keadaanku dan isteriku mulai pulih, tanpa menyia-nyiakan waktu lagi kami berdua langsung berkonsentrasi pada vagina Linda. Dengan bergantian lidah kami mengeksplorasi seluruh titik sensitifnya. Dan itu membikin Linda merintih memintaku supaya segera menyetubuhinya langsung.
Kuposisikan dirinya dalam dogy-style, Nina memposisikan dirinya diantara tubuhku dan Linda dan mencumbu anus adiknya dengan memakai lidah. Faktor ini terlalu berlebihan untuk bisa ditahan Linda lebih lama lagi dan orgasme segera menggulungnya.
Denyutan liar dinding vagina Linda tidak sanggup kutahan, kulit penisku yg terasa sangat sensisit segera memberiku ledakan orgasme yg berikutnya. Isteriku terus saja mencumbui lubang anus adiknya saat aku semburkan kembali spermaku di dalam vagina adik iparku untuk kesekian kalinya.
Kami bertiga hanya sanggup berbaring kelelahan dengan tubuh bersimbah keringat untuk sekian waktu. Saat akhirnya kami sanggup bergerak, hanya dengan gerakan tubuh yg lemah dan pelan. Dengan cara bregiliran kami mandi menyegarkan tubuh, berpakaian dan berjumpa di meja makan. Nina menyiapkan sesuat untuk mengganjal perut kami semua yg kelaparan.
“Aku lapar,” Linda said.
“Aku juga,” timpalku.
“Aku rasa kami telah membangkitkan selera makan kita,” Nina tersenyum.
Hampir disepanjang agenda makan kami diwarnai keheningan. Masing-masing tenggelam dalam alam pikirannya. Aku lihat Nina sedang menata mentalnya untuk membuka omongan. Akhirnya dirinya menatapku begitu agenda makan kami beres.
“Jadi, apakah kami semua baik-baik saja?” nada bicaranya terdengar nervous.
Kami saling menatap satu sama lain dalam berbagai saat dan kemudia aku mengangguk. Senyuman Nina terkembang.
“Bagaimana dengan kamu?” Tanya Nina pada adiknya.
“Mmm, aku belum tahu,” jawab Linda dengan jujur, tapi kemudian dirinya tersenyum lebar dan bertanya, “Yg kalian maksud itu mengenai kalian dan Bob alias kenyataan bahwa baru saja aku sadar kalu aku seorang lesbian yg juga menikmati hubungan incest?”
“Kamu bukan lesbian,” jawabku sambil tersenyum.
“Dia benar,” Nina meningkatkankan. 
“Kamu seorang biseksual yg menikmati hubungan incest.” Linda tdk bias menahan diri. Dirinya tertawa terbahak.
Nina dan aku ikut tertawa, tapi dengan cepat tawa kami berhenti.
“Linda, beri Bob peluang,” kata Nina dengan lebih serius. Linda luar biasa nafas.
“Akan kupikirkan.”
“Dan diskusikan dengannya soal belum juga hamilnya kamu. Kalian berdua mungkin wajib menuturkan faktor tersebut. Mungkin sekaranglah waktunya untuk datang ke dokter ahli.”
“Wow, sekali nasehat langsung komplit,” jawab Linda dengan tersenyum.
Dia terkesan agak bimbang.
“Hei, kalian boleh menyewa suamiku sebagai gantinya kalau yg jadi persoalanmu merupakan Bob,” gurau Nina, mencoba untuk membikin adiknya tersenyum.
Senyuman Linda terus terkembang lebar saat tangannya bergerak mengelus perutnya.
“Persoalan itu mungkin telah terpecahkan kalau terbukti yg berpersoalan amerupakan Bob. Minggu ini merupakan periode masa paling suburku dan suamimu telah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik saat mengisiku dengan spermanya.”
Alis Nina’s, dan pasti saja alisku, terangkat sebab terkejut. Kami saling mamandang dan kemudian menoleh ke arah Linda. Akhirnya kami bertiga hanya membawa bahu.
“Itu issue untuk besok saja,” jawab Nina.
“Kalau terbukti jadi,” Linda meningkatkankan.
“Kabarhu kami kalau akhirnya kalian memutuskan untuk memaafkan Bob,” kataku, mengubah topic pembicaraan.
“Akan tiba waktunya bagi Bob dan aku untuk menuturkannya, tapi itu persoalan lain lagi. Dan apabila semuanya berjalan baik dan antara kalian dan Bob ok, aku rasa aku ingin menonton Bob dan Nina melakukannya dengan cara langsung. Aku yakin itu bakal terkesan lebih luar biasa dari pada di dalam video.”
“Hanya selagi aku diberi peluang dengan kalian lagi,” jawab Linda menimpali ‘tantanganku. Dirinya kemudian menoleh kea rah Nina dan dengan tersenyum meningkatkankan, 
“Tentu saja dengan kalian juga.”
“Aku bisa menggaransi kalau soal itu,” balas Nina.
Linda memberi sebuah pelukan pada kami berdua sebelum dirinya pergi. Nina dan aku saling menatap dalam kebisuan untuk berbagai saat.
“Nah, kini bagaimana?” Tanya Nina.
Awalnya aku hanya membawa bahu, tapi kemudian kuhembuskan nafas. Aku sadar apabila kami berdua membutuhkan sebuah aturan dasar dalam faktor ini.
“Pertama, aku rasa kami wajib saling setuju dan berjanji bahwa kami tdk bakal saling bermain dengan orang lain tanpa persetujuan salah satu dari kita. Tidak ada lagi affair,” jelasku dengan simpel.
Nina tampak sedikit malu dan mengangguk setuju.
“Kita wajib ekstra hati-hati kepada anak-anak.
Aku tdk mau gaya nasib kami yg baru ini membawa sebuah akibat bagi mereka semua,” Nina meningkatkankan.
“Setuju.”
“Kamu puny ide yg lain lagi?” Tanya Nina. Aku menyeringai.
“Ya, tetap ada sebuah hukuman yg menantikanmu.”
“Hukuman?” Tanya Nina, matanya berbinar.
“Yeah, kini aku tahu kalau kalian suka sedikit kekerasan dan rasa sakit, aku rasa kami wajib kembali lagi ke kamar. Lagipula anak anak tdk ada dan kami hanya berdua saja sekarang.”
“Apa yg kalian rencanakan?” Tanya Nina curiga. Aku hanya tersenyum lebar.
Kami habiskan berbagai jam berikutnya dengan saling memuaskan dan memanjakan satu sama lain. Tdk semua yg kami coba berjalan dengan baik, tapi saat itu tdk berjalan sesuai harapan, kami hanya tertawa dan kemudia mencoba sesuatu yg lainnya lagi.
Untuk pertama kalinya Nina dan aku saling share seluruh fantasi seksual dalam kenasiban dua puluh tahun perkawinan kami. Kami sadar kalau tdk semua fantasi tersebut bisa diwujudkan dalam satu malam ini, tapi kami telah melakukan sebuah awal yg keren.
Mentari pagi hanya menantikan satu dan dua jam untuk terbit saat akhirnya kami merasa terlalu lelah untuk mencoba sesuatu yg lain lagi, tapi kami berdua belum merasa mengantuk juga. Sekali lagi kami mandi lagi dan melangkah menuju ke kamar tamu. Kamar ini mempunyai pemandangan yg indah saat mentari terbit dan juga seprei yg bersih dan segar.
Kami berdua berbaring dan berbincang seakan telah tidak saling bicara selagi bertahun-tahun. Aku bahkan tidak begitu yakin apa yg sedang kami diskusikan, tapi pada akhirnya aku merasa lebih dekat dengan isteriku melebihi sebelumnya. Manteri terbit mendampingi kami berdua lelap dalam mimpi indah dengan saling memeluk.
Share: