388cash388cash

Helena,Ada Apa Denganmu?


Ini adalah kisah lain dari Helena (dalam cerita “Aku Tidak Mau.. Tapi Aku Menikmatinya). Sebab keleluasaan yang diberbagi suami dan keperluan seks yang besar dan mungkin juga sebab rasa terlalu percaya terhadap orang lain, akhirnya membikin kenasiban Helena menjadi serba ketakutan. Helena terjebak dalam satu kegiatan tindak pemerasan.
Permasalahan ini pernah sehingga kabar besar di salah satu harian ternama Jakarta pada awal bulan Oktober tahun ini, dan permasalahannya tetap dalam penyelidikan pihak kepolisian hingga dengan detik saat cerita ini saya buat. Adalah sebuahkehormatan yang sangat besar buat saya sebab Helena, sang pelaku korban sendiri, mau membagi kisahnya untuk saya reka sehingga sebuah cerita..

Berawal sejak kurang lebih enam bulan yang lalu, saat dengan cara tidak sengaja Helena, sekarang 30 tahun, berkenalan dengan Dewi, wanita berumur kurang lebih 45 tahunan di satu Mall di Jakarta Utara. Sejak itu Helena tidak jarang diajak berkumpul dengan kawan-kawan Dewi di satu apartemen di Jakarta Utara pula entah untuk arisan, senam, alias untuk sekedar mengobrol.
Helena mengira bahwa group tersebut adalah perkumpulan biasa dari para bunda kelas atas yang diperbuat sekedar untuk mengisi waktu. Mereka berjumlah kurang lebih 7 orang, rata-rata berumur 45 hingga 50 tahunan. Hingga pada sebuahhari..

“Eh, Helena.. Kelak siang kami bakal kedatangan tamu istimewa”, kata Dewi.
“Tamu istimewa apa? Siapa?”, kata Helena polos.
“Kamu lihat saja nanti, kamu pasti suka..”, kata Ratna, orang yang dianggap ketua dari group tersebut.
“Apalagi kamu rutin berpakaian seksi begitu..”, kata Dewi sambil menatap penampilanku dari atas hingga bawah.

Saat itu, sesuai dengan tingkat kenasiban Helena yang dari kalangan atas, penampilan Helena rutin seksi dan glamour. Dengan menggunakan baju semakinan katun sebatas paha, 20 cm di atas lutut hingga membikin Helena tampak seksi menggairahkan.
“Nah itu dirinya datang!”, teriak Ratna ketika mendengar bel di pintu berbunyi. Ratna segera bergegas membuka pintu apartemen dan mempersilakan tamunya masuk.
“Hallo semua.. Saya datang cocok waktu kan? Cocok jam 11.00..”, kata Ronny, lelaki itu, sambil melihat arlojinya.

“Tenang saja, Pak Ronny.. Kamu datang kapan pun, kami rutin welcome..”, kata Dewi sambil tertawa dan melirik Helena.
“O iya, Pak.. Kenalkan ini Helena..”, kata Dewi menawarkan Helena.
“O ini Helena..?”, kata Ronny semacamnya telah tidak asing mendengar nama Helena.
“Ya, saya Helena”, kata Helena sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
“Saya Ronny. Kamu sangat cantik sekali..”, kata Ronny sambil menyambut tangan Helena.
“Terima kasih..”, kata Helena sambil tersenyum lalu segera melepaskan tangannya dari genggaman Ronny yang sangat erat.
“Hei! Jangan pada berdiri. Mari sini Pak, telah saya sediakan semua..”, kata Ratna sambil tersenyum terhadap Ronny, pria dandy yang berumur kurang lebih 50 tahun itu.
Mereka segera berpindah ke ruangan lain dimana Helena dapat melihat bahwa di meja telah terdapat berbagai botol minuman keras dan berbagai bungkus kecil benda berbentuk bubuk putih beserta alat hisap dan sebuah jarum suntik.
“Naahh! Ini baru asyik!”, kata Ronny bahagia.
“Ayo kami have fun!”, ajak Ronny.
“Ayo!”, kata Ratna.
Akhirnya Ronny, Dewi dan Ratna duduk bersama dan segera menikmati semua yang telah terdapat. Sementara Helena sebab merasa tidak terbiasa, segera pamit ke ruangan lain dan melihat televisi. Terdengar oleh Helena sesekali mereka menyebut-nyebut namanya, entah menuturkan apa sebab tidak jelas.
“Helena sayang, dapat minta tolong ambilin kue di kulkas nggak?”, terdengar suara Dewi meminta bantuan.
“Iya, sebentar aku ambilkan!”, teriak Helena sambil bangkit lalu berangkat menuju dapur. Helena segera membuka kulkas lalu mengeluarkan kue untuk dipotong-potong. Helena tidak mengenal kalau Ronny telah berada di belakangnya.
“Tubuh kamu mulus sekali..”, bisik Ronny sambil meraba punggung Helena yang terbuka.
“Ya Tuhan! Kamu bikin kaget saya saja..”, teriak Helena. Ngapain sih ini orang? Tidak lebih ajar amat!, umpat Helena dalam hati.
“Tak sangka kamu begitu montok dan menggairahkan meski telah punya anak..”, kata Ronny lagi sambil meremas pantat Helena. Bahkan tangannya berani menelusuri lekukan belahan pantat Helena.
“Hei! Kamu jangan tidak lebih ajar begini! Saya tidak suka!”, bentak Helena lalu berangkat meninggalkan Ronny. Ronny hanya tersenyum..
“Tidak lebih ajar tuh orang!!”, teriak Helena sambil cemberut.
“Kenapa sih, Helena?”, kata Dewi sambil tersenyum.
“Gila tuh orang! Pegang-pegang tubuh, remas-remas pantat otang seenaknya?”, kata Helena.
“Yee, wajibnya kamu bangga dong.. Artinya kamu sangat hebat loh..”, kata Dewi lagi sambil menuang minuman ke gelas.
“Nih, minum dulu biar agak enakan..”, kata Dewi sambil menyodorkan gelas itu ke Helena.
“Sebel aku dengan orang itu..”, kata Helena sambil meneguk minuman tersebut.
“Telahlah, sayang.. Biarkan saja dia..”, kata Dewi sambil meningkatkankan minuman ke gelas Helena.
Helena kembali meneguk minumannya hingga habis, lalu bangkit dan segera menuju kamar dengan maksud memisahkan diri dari mereka. Tapi setibanya di kamar, Helena merasakan tubuhnya dingin dan penglihatannya kabur. Badannya limbung. Helena heran sebab tidak mungkin dirinya mabuk dengan minum beralkohol sejumlah yang dirinya minum tadi. Helena segera keluar dan menuju ruang tamu dengan niat bakal berpamitan pulang sebab merasa tidak enak badan.
“Aku mau pulang, Wi..”, kata Helena dengan tubuh berdiri limbung.
“Mau kemana, sayang.. Di sini aja dulu..”, kata Ratna sambil hebat tangan Helena hingga terduduk diapit tubuh Ratna dan Ronny.
“Lagian barusan Pak Ronny mengajukan tawaran bisnis yang tidak sedikit menguntungkan buat kita..”, kata Ratna lalu dengan panjang lebar menceritakan tawaran bisnis yang menggoda iman Helena.
“Gimana sayang? Kamu mau ikut?”, tanya Ratna.
“Kalau begitu sih aku ikut..”, kata Helena dengan mata sayu.
“Well done.. Kalau begitu kami rayakan deal bisnis kita..”, kata Ronny sambil merangkul dan menyodorkan gelas minuman kecil terhadap Helena.
Helena mengambil dan meneguknya sebagai rasa penghormatan. Rasanya manis sedikit asam.
“Aduh, kenapa aku sehingga tidak enak badan begini?”, kata Helena tidak lama berselang.
“Aku ke dapur dulu..”, kata Helena lalu bangkit dan berlangsung sempoyongan menuju dapur untuk minum air putih.
“Hei!!”, jerit Helena ketika dirinya merasakan ada tangan yang mendekapnya dari belakang.
“Lepaskan aku..”, suara Helena lemah.
“Tenang saja sayang.. Nikmati yang ada..”, terdengar suara Ronny sambil menciumi pundak dan tengkuk Helena, sementara tangannya meremas buah dada Helena. Terasa oleh Helena celana tahap depan Ronny telah menggembung keras mendesak-desak pantatnya.
“Ohh.. Lepass.. kann..”, jerit Helena lirih sembari agak bentrok untuk melepaskan remasan tangan Ronny pada buah dada dan pantatnya. Dampak pemberontakan tersebut tidak sengaja tangan Ronny menyentuh dan hebat tali baju Helena hingga terlepas merosot ke lantai.
“Telahlah sayang.. Nikmati saja surga dunia ini..”, terdengar suara Dewi, kemudian tertawa ketika melihat kondisi Helena. Ratna juga ikut mentertawakan sambil memegang kamera digital, sesekali Ratna mengambil gambar Helena dan Ronny.
“Aku mau pull.. pullangg..”, jerit Helena sambil berusaha lari ke kamar dalam kondisi setengah telanjang sempoyongan.
Tapi di tengah ruangan tubuhnya roboh ke lantai. Ronny dan Dewi segera memapah tubuh Helena ke kamar dan dibaringkannya di ranjang. Dewi dan Ratna segera menjauh dari ranjang, sedangkan Ronny dengan bernafsu melepas semua pakaian dalam Helena, lalu kemudian melepas semua pakaiannya sendiri.
“Ohh.. Jangaann..”, jerit lirih Helena ketika mulut dan lidah Ronny menciumi dan menjilati buah dada seta puting susunya. Sementara tangan Ronny turun meraba dan menggosok-gosok memek Helena.
“Ohh.. Le.. Le.. Lepasskann..”, desah Helena ingin bentrok di sela-sela kenikmatan yang mulai dirasakannya.
“Ooww.. Ohh..”, desah Helena keras ketika mulut Ronny turun ke perut lalu dengan liar lidahnya menjilati belahan memek Helena. Entah sebab pengaruh minuman yang diminum, entah sebab libido Helena yang terbilang tinggi, perasaan ingin bentrok yang tadi ada lama-lama hilang diganti dengan kenikmatan atas perlakuan Ronny atas dirinya.
“Ohh.. Ohh.. Oohh!”, tubuh Helena berguncang keras ketika terasa ada cairan hangat yang menyembur di dalam memeknya disertai rasa nikmat yang hebat seiring jilatan lidah Ronny pada kelentitnya yang liar.
“Nikmat sayang?”, tanya Ronny sambil bangkit berdiri lalu menindih tubuh Helena.
Helena telah tidak sanggup menjawab pertanyaan Ronny sebab pikiran dan perasaannya telah penuh dipengaruhi alkohol yang diminumnya. Yang dirasakan Helena adalah rasa melayang dan gairah yang menggebu untuk bersetubuh. Sekilas mata Helena melihat Dewi dan Ratna berdiri tidak jauh dari ranjang sambil tertawa dan memotret dirinya dan Ronny.
“Oww.. Enak sekali sayang..”, desah Helena antara sadar dan tidak ketika terasa kontol Ronny yang tegang dan tegak telah keluar masuk memeknya.
“Kamu telah punya anak tapi jepitan memekmu enak sekali..”, kata Ronny dengan nada berat seiring pompaan kontolnya di memek Helena.
Entah telah berapa lama kali Helena berganti posisi dan entah telah berapa kali pula Helena memperoleh orgasme. Helena telah tidak ingat sama sekali. Yang terasa olehnya hanya rasa nikmat disetubuhi Ronny.
“Ohh..! Mmhh..!”, hanya desahan demi desahan yang keluar dari mulut Helena beserta geliat tubuhnya ketika menikmati rasa yang teramat nikmat seiring keluar masuknya kontol Ronny di memeknya.
“Ohh! Fuck you girl! Fuck you!”, kata Ronny sembari mempercepat pompaan kontolnya ketika telah terasa sesuatu yang mendesak bakal keluar dari kontolnya.
“Ohh..!!”, suara Ronny terdengar berat.
Seusai mempercepat gerakan kontolnya, dengan cepat pula Ronny mencabut kontolnya dari memek Helena lalu dikangkanginya wajah Helena. Crott! Croott! Croott! Air mani Ronny tumpah menyembur tidak sedikit di wajah Helena yang terpejam antara sadar dan tidak.
“Mm..”, hanya suara itu yang keluar dari mulut Helena, lalu tertidur kelelahan.
Malamnya kurang lebih jam 19.00 Helena tersadar dalam kondisi tubuh telanjang. Tercium bau khas sperma di ruangan itu. Di lantai terkesan satu kondom bekas pakai yang telah penuh dengan air mani. Juga terdapat bekas pembungkus Viagra di dekatnya.
“Ya Tuhan.. Apa yang terjadi padaku?”, batin Helena sambil meraba wajahnya yang tidak sedikit ditumpahi air mani yang hampir kering, juga di perut dan di kurang lebih memeknya tidak sedikit terdapat bekas cipratan air mani yang telah mengering..
“Telah bangun kamu?”, terdengar suara Dewi mengagetkan Helena.
“Apa yang terjadi padaku, Wi..?”, tanya Helena lemah sambil bangkit dan duduk di pinggir ranjang.
“Kamu nyatanya hypersex juga, sayang..”, kata Dewi sambil duduk di samping tubuh telanjang Helena.
“Kamu kuat melayani Ronny hingga berbagai ronde, berbagai jam non stop..”, kata Dewi lagi.
“Udah bangun, Helena?”, tanya Ratna yang baru masuk kamar.
“Welcome to the club, honey..”, kata Ratna sambil tersenyum penuh pengertian terhadap Helena.
“Apa?”, tanya Helena.
“Ini tadi uang yang diberbagi Ronny buat kamu..”, kata Ratna sambil melemparkan segepok uang ke pangkuan Helena yang tetap telanjang.
“Itu empat juta setengah.. Buat kamu..”, kata Ratna.
“Aku.. Aku tidak mau.. Aku bukan pelacur!”, kata Helena sambil menatap Ratna.
“Terima saja sayang.. Dan mulai sekarang kamu wajib menuruti perintah kami untuk melayani laki-laki yang kami tunjuk..”, kata Ratna tegas.
“Kenapa?!”, tanya Helena dengan hati berdebar.
“Sebab semua telah aku rekam..”, kata Ratna sambil menunjukan kamera digital.
“Kalau kamu menolak, maka gambar-gambarmu bakal hingga ke tangan suamimu..”, kata Ratna tegas.
“Ya Tuhan..”, Helena langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
“Telahlah sayang.. Lagian kelak kamu juga bakal mendapat komisi kok..”, kata Dewi sambil mengusap rambut Helena.
“Ratna, aku minta berbagi chip gambar-gambarku itu.. Please..”, kata Helena memelas.
“Tidak! Ini adalah nasibmu. Aku telah memegang nasibmu..”, kata Ratna tegas.
“Aku membayar berapa pun kamu mau, asal kemarikan chip itu..”, kata Helena sambil bangkit mau merebut kamera di tangan Ratna. Tapi Ratna cepat menghindar.
Helena kemudian menangis sejadi-jadinya. Sejak saat itu Helena menjadi sapi perahan group tersebut dalam menjalankan bisnis mereka. Dengan terpaksa Helena wajib menjadi escort lady, meski pasti saja Helena juga memperoleh imbalan atas jasa kenikmatan yang di berbaginya.
Share: