388cash388cash

Cerita Sex: Tia Oh Tiaaa


Input text here
Hari ini aku ingin bercerita mengenai Rini dan Tia. Rini itu terbukti lesbian, dan Tia tahu itu. Entah bego alias stupid, Tia mau saja ketika diseret ke permainan yg dangerous itu. Lebih lengkapnya, simak dan serapi Horny Story berikut.
Singkat cerita, Tia mendekap mukanya dgn tangis yg menjadi. Tia yg berada di sampingnya terbengong mendapati tingkah tamunya itu. Dgn lembut diusapnya rambut Rini.
“No, kalian kenapa sih? Kok nangis. Please dong aku kan bingung.” tanya Rini.
“Sorry ya Rin, aku sdh bikin kalian bingung. Habisnya aku nggak tahu wajib gimana lagi.” jawab Tia tetap bersimbah air mata.
“Nggak pa pa, tp kalian ceita dong biar aku bisa ngerti.”
Tia mendongak memandang Rini yg tersenyum lembut. Mata gadis yg lebih tua tiga tahun dari Tia itu memancarkan sikap lembut yg pengertian. Tidak tahan, Tia segera memeluk Rini. Deg! Rini terkejut. Jantungnya berdesir ketika dada mereka saling bersentuhan. Pikiran Rini terbang ke..
“Ups, aku nggak boleh berpikiran macam-macam. Waktunya nggak cocok.” batin Rini membuang jauh-jauh pikiran kotornya.
Dibelainya pungung Tia perlahan.
“Candra! Candra Rin,”
“Candra pacarmu itu? Kenapa Candra?”
“Candra selingkuh. Hu.. hu..” tangis Tia kembali pecah.
“Yah.. sdhlah, aku ngerti perasaanmu. Cobalah tenang.” kata Rini melepaskan pelukannya.
Dia merasa bisa terhanyut apabila kelamaan berpelukan selagi itu.
“Lalu, apa yg bisa kubantu No?”
“Boleh aku tidur di sini semalam ini saja?”
“Loh, kenapa?”
“Aku yakin Candra bakal datang ke rumah. Aku benci ketemu dia, boleh yah?”
“Tp, orang tuamu gimana?”
“Aku bisa ngomong ke mereka. Lagian mana mereka peduli aku tidur di mana. Mereka kan sok sibuk!”
“Ya sdhlah, asal kalian tahu kalau kamarku cuman segini. Apalagi jauh dari rumah induk, kalian nggak takut kan?”
“Kok takut sih, aku malah bisa tenangkan diri di sini.”
“Ah kamu, sok cerpenis.” kata Rini mencubit hidung bangir Tia.
Diam-diam Rini mengagumi sosok gadis di depannya itu. Matanya bulat bening, rambutnya keriting menghiasi wajahnya yg bundar. Hidungnya mancung dan bibirnya sedikit tebal menggemaskan. Tubuhnya tdk gemuk, tp mempunyai pipi yg tembem. Rini mendesah kesal pada Candra yg berani-beraninya menghianati Tia yg luar biasa. Andaikan Rini bisa menggantikan Candra di hati Tia, ahh..
“Rin, bisa nggak aku pinjam bajumu. Aku nggak bawa baju ganti nih.” ucap Tia mengagetkan lamunan Rini.
“Eh, iya ada.”
Rini segera mengambilkan sepasang babidolnya untuk Tia. Tia menerimanya lalu segera berganti baju.
“Jangan ngintip ya?” canda Tia.
Rini tertawa lalu membalikkan tubuh. Tp nyatanya Rini berbalik justru cocok di depan kaca, jadi apa yg terjadi di belakang Rini tentu bisa jelas terkesan.
Begitulah, dgn mudah dan jelas Rini bisa menonton tubuh Tia tanpa baju. Tia tidak tahu bahwa tubuh sekalnya, paha mulusnya, bokong padatnya dinikmati oleh mata Rini. Dan dgn mudah dan cocok pula Rini bisa memperkirakan tentu ukuran dada berlapis bra tipis Tia merupakan 34. Hanya sayg Rini tidak bisa menonton Tia dlm kondisi naked.
Rini berpura-pura merem ketika Tia mengakhiri aktivitas ganti bajunya.
“Sdh belum?” teriak Rini
“Iya, iya, sdh. Kalian ini kayak main petak umpet saja.” jawab Tia tertawa-tawa.
“Eh iya, kelak aku tidur seranjang sama kalian ya?”
“Iya, terbuktinya kenapa?” jawab Rini.
“Nggak pa pa kok.”
“Atau kalian saja yg di ranjang, biar aku tidur di lantai saja.”
“Nggak usah deh, aku yg numpang kok kalian yg susah?”
“Nggak pa pa, kebetulan aku punya kasur lipat.”
“Ayo deh, kami tidur sekasur saja.” kata Tia hebat tubuh Rini ke ranjang.
“Iya deh, tp aku wajib ganti baju dulu.”
Rini segera bangkit dan berganti baju di kamar itu, semacam yg diperbuat Tia. Tp Rini tidak menyuruh Tia membalikkan badan, begitupun Tia tdk berniat memalingkan pandangan. Jadi Tia pun tahu lekuk tubuh Rini yg biasanya terbalut kaos.
“Aku nggak terbiasa menggunakan bra kalau di rumah, kecuali kalau ada tamu. Apa kalian keberatan Tia?” tanya Rini yg menggunakan daster tipis warna ungu muda.
“Ini kan rumah kalian Rin, kalian berhak ngapain aja. Aku rasa aku nggak keberatan.” jawab Tia dgn senyum.
Lalu keduanya pun berbaring di ranjang. Tdk lama Tia sdh terlelap. Tp Rini, dirinya tidak bisa memejamkan mata. Setiap kali matanya terpejam, wajah cantik Tia membayang di matanya. Tubuh gemulai Tia menari-nari di pikirannya. Nalurinya kembali berontak. Mengharapkan secawan anggur ketersanjungan dari Tia. Perlahan Rini terduduk. Dipandanginya wajah Tia yg terlelap.
Jantung Rini berdegup kencang. Rasa takutnya terkalahkan oleh nafsunya yg mulai memburu. Perlahan Rini menundukkan kepalanya. Cup, diciumnya pipi Tia sekilas. Ah, gadis itu tidak terganggu sedikitpun. Sekali lagi diciumnya pipi Tia, lalu hidungnya yg bangir. Terus berani Rini, dikecupnya bibir Tia sekali. Hangat. Lalu dicobanya sekali lagi.
Tp belum hingga bibir Rini menempel di bibir Tia, Tia membuka pelupuk matanya.
“Tia?” tanya Rini gemetar.
“Kamu belum tidur?”
Langsung Rini kembali merebahkan dirinya di samping Tia dgn takut.
“Sorry, aku.. ehm.. gimana ya? Sorry deh..”
Tia bangkit dari tidurnya sambil mengatakan, “Kenapa nggak kalian terusin?”
“Maksud kamu?” tanya Rini yg segera terduduk.
Tia mendekatkan wajahnya pada Rini. Dekat, dekat sekali. Kemudian dikecupnya bibir Rini dan berharap bakal mendapat sambutan yg hangat. Rini yg sdh dirundung mabuk kepayg membalas kecupan Tia dgn ciuman yg panas. Lidah Rini menyusuri bibir tebal Tia yg basah lalu bibir tipis Rini bergerak melumat bibir Tia yg belum terbiasa dgn perlakuan itu. Mata Tia terpejam meresapi setiap lumatan Rini yg memabukkan. Kemudian dicobanya membalas setiap lumatan itu dgn perlakuan yg sama. Tia mencoba mengimbangi gerak lidah Rini yg menggelitik di rongga atasnya. Nafas-nafas mereka saling memburu. Desahan-desahan kecil mengalun membentuk sebuahrangsangan tersendiri.
Antara sadar dan tidak sadar Rini melucuti babidol yg digunakan Tia, hingga tinggal underwearnya saja yg melekat. Tiapun dgn segera hebat daster Rini yg kemudian meninggalkan tubuh langsing yg tidak ber-BH. Kemudian Rini mendorong tubuh Tia hingga terbaring. Kepala Tia mendongak-dongak bagaikan kesetanan ketika lidah Rini menyapu inchi demi inchi kulit lehernya. Gerakan Tia terus menggila merasakan setiap gesekan jemari Rini dgn kulit tubuhnya.
Rini bagaikan ingin menguliti seluruh tubuh Tia dgn sejuta rangsangan yg membikinnya melambung.
“Rin.. kalian gila.. euchh..” desah Tia menggeliat.
“Aku bakal menghiburmu sayg..”
Rini meneruskan aksinya. Tetapi lidahnya berhenti ketika hingga pada dua buah bukit kembar yg tersangkut di kain tipis merah jambu. Ditariknya BH merah jambu itu ke bawah hingga kedua bukit indah yg tidak terlalu tinggi itu menyembul dgn malu-malu. Kedua bukit kembar itu nampak bengkak sebab merangsang.
“Tetekmu ini indah sayg..” ucap Rini sambil membelai keduanya.
“Tp.. tidak seimbang dgn milikmu..” sahut Tia ganti membelai tetek Rini yg menggantung didadanya.
Milik Rini terbukti lebih luar biasa. Ukuran 36B dgn kemontokan yg luar biasa. Putih kulitnya dan ditumbuhi dgn bulu-bulu kecil yg halus. apalagi dihiasi dgn puting-puting yg merah merona mendongak bagaikan menantang setiap mata yg memandangnya.
Tp malam itu Rini lebih menyaygi tetek Tia. Ukurannya terbukti hanya 34, tp nampaknya jarang terjamah tangan-tangan lain. Rini terhanyut oleh belaian tangan Tia pada kedua toketnya yg menggantung bebas. Kemudian disempurnakannya rasa nikmat itu dgn remasan-remasan pada kedua gunung kembar Tia. Diremasnya kedua gumpalan daging itu lalu menggoyangnya sekehendak hati.
Tia bergelinjangan hingga tanpa sadar tali pengait BHnya terlepas lalu dgn sekali tarik disingkirkannya penutup dadanya yg kemudian terlempar ke atas meja. Maka dgn bebasnya Rini makin menggila mempermainkan kedua bukit bengkak itu.
“Ohh.. Rini.. kalian betul-betul uuach..” jerit Tia
“Aku bisa bikin kalian lebih uaach lagi say..” jawab Rini sambil luar biasa-narik CD Tia.
Tia yg sdh terbawa permainan itu turut luar biasa-narik CDnya hingga terjatuh di lantai, kemudian ditariknya pula CD Rini hingga kedua-duanya bugil total.
Rini tengkurap cocok diatas tubuh Tia. Tinggi mereka yg tidak sama tipis membikin keduanya menempel bagaikan kembar siam. Toket mereka saling berimpit, demikianpun kedua celah memek mereka. Sedangkan bibir mereka kembali saling melumat satu sama lain. Perlahan tubuh mereka saling menggoyang seirama. Pinggul mereka bergerak naik turun hingga memunculkan gerakan yg eksotis sekali.
Gesekan demi gesekan bagaikan makin memacu nafas-nafas mereka. Aroma keringat dan lendir kenikmatan mereka membaur manambah stamina mereka untuk terus berpacu. Desahan demi desahan bagaikan menjadi bunyi-bunyian yg terasa indah dan nikmat. Tiba-tiba ciuman Rini menurun menjelajahi leher Tia dan terus menurun hingga hingga di kurang lebih dada. Kemudian dikulumnya toket Tia yg sdh padat benar itu.
“Uaach..” pekik Tia kegelian.
Sedotan demi sedotan bibir Rini membikin toket Tia serasa meledak. Rasa nikmat itu membikin Tia tidak rela melepaskan Rini. Spontan refleksnya bekerja, kakinya menyilang mengunci tubuh Rini yg dlm posisi menungging. Tangan Tia berpegangan pada sprei kasur yg sdh awut-awutan.
“Ahh.. Rinn..” teriak Tia ketika Rini mengganyg puting toketnya.
Rasa sakit yg nikmat itu membikinnya terduduk. Rini tidak memperdulikan erangan Tia, diapun terus saja melahap daging kecil yg menempel di kedua gunung kembar Tia bergantian dgn jemarinya yg memelintir puting satunya ke kanan dan kekiri. Tia yg bagaikan melayg diawang-awang berpegangan pada kedua bokong Rini yg tetap menungging. Diremas-remasnya kedua bokong kenyal itu hingga membikin Rini menggeliat-geliat.
Jemari Tia terus lincah meremas pantat Rini hingga kemudian jemari itu menyusuri lipatan-lipatan dikurang lebihnya.
“Teruus Noo.. iyaa.. terus.. achh..” desah Rini.
Tiapun menyusuri lipatan sempit itu hingga menemukan tahap tersensitif Rini. Tp Tia tidak berani berbuat jauh, hinga diapun hanya mengelus-elusnya saja berulang-ulang. Sebetulnya Rini tidak puas tp elusan Tia kepada pusat terlarangnya membikin Rini merasa terangsang yg menjadi-jadi. Segera digapainya sebatang dildo vibrator si balik kasurnya lalu diserahkannya pada Tia.
“Masukkan Tiaaa.. sayg.. ayo cepat.. aku nggak tahan say..” rengek Rini.
Tia memasukkan kepala dildo cocok di celah kenikmatan Rini. Jleb. Dildo itu bisa menembus celah kenikmatan Rini dgn mudah.
“Ooooch..” rintih Rini sesaat.
“Tekan tombol satu, Tia..” Tia menuselaluya hinga dildo itu bergetar tidak begitu cepat.
“Oooochh.. oooohh.. mmmphhhh..” erang Rini merasakan getaran dildo yg mengocok celah kenikmatannya.
Tia meningkatkan kecepatannya pada level tiga hingga tubuh keduanya menghentak-hentak nikmat.
“Oooocchhhh.. aku mau keluar..” jerit Rini di pucuk-pucuk kenikmatannya.
Ketika Rini mulai melemas, Tia segera mengambil perbuatan menubruknya, lalu memburu tetek Rini dan mengganyg keduanya bergantian. Birahi Rini yg kembali berkobar segera membalas perlakuan Tia. Dibaliknya tubuh Tia hingga kembali terkapar. Tp Rini tidak lagi memburu kedua toket Tia yg menggantung bersimbah keringat melainkan kewanitaan Tia yg segar bersimbah lendir kenikmatannya. segera dicengkeramnya daging gemuk di pangkal selakang Tia itu, kemudian diseruduknya dgn lidahnya yg menari-nari menjilati setiap tetes lendir kental yg berasal dari celah kemaluan Tia.
“Uuhh.. Rin.. enak bangeet..” erang Tia mengerang keasyikan.
Seusai tandas lidah Rini menjelajahi setiap jengkal dinding-dinging celah memek mayora Tia yg merah dan kenyal. Klitoris Tia seakan menegang ketika lidah Rini dgn lincah menjilatinya dan suurr.. kembali celah kenikmatan Tia membanjir. Lidah Rini kembali menyapu bersih celah itu.
“Yamm.. ehmm.. nikmat banget.. sruup..” disedotnya celah itu hingga Tia memekik tertahan.
“Ooch.. Rin aku nggak kuat lagi Rinn..”
“Iya sebentar sayaang..”
Rini kembali mengapai dildo kebanggaannya. Ditusukkannya dildo itu pada celah kenikmatan Tia.
“Mmppphhhh..”Tia mengedan hingga ujung dildo itu kesusahan masuk ke dlm celah yg tetap sangat sempit itu.
“Nyaman saja say.. nggak sakit kok” kata Rini terus mendorong ujung dildo.
Perlahan-lahan ujug dildo itu membenam ke dlm celah kenikmatan Tia. Tia meringis merasakan sakit yg luar biasa.
“Mmppphhh.. sakit Rinn..”
“Tenanglah say.. kelak juga nggak lagi”
Ujung dildo itu sangatlah membenam hingga jauh masuk ke dlm lorong yg belum terjamah itu, menembus selaput dara Tia hingga jebol.
“Oooocchh..!” teriak Tia kesakitan.
Seusai mendiamkannya berbagai saat, Rini mengoyang dildo itu masuk keluar berulang-ulang. Darah perawan Tia mTiadai ujung dildo hingga sejauh tiga centi. Rasa sakit yg dirasakan Tia bertahap berganti rasa nikmat yg luar biasa.
Rini segera menekan tombol satu. Suara desingan halus dildo berbaur dgn erangan Tia merasakan getaran otomatis dari dildo yg terasa nikmat banget. Rini menuntun tangan Tia supaya meremas-remas toketnya, sedangkan jemari Rini kembali meremas-remas toket Tia yg penuh dgn bekas cipokan Rini.
Mereka terengah-engah ditengah malam itu. Tp semuanya berlanjut semacam tanpa akhir. Dan seusai malam itu, Rini menggantikan Candra di hati Tia
Share: