388cash388cash

Cerita Sex: Puncak Birahi Yang Tak Tertahankan


Dgn formasi yg begitu, pasti kamu tahu seleraku. Aku sangat menyukai wanita yg berusia kurang lebih 30 hingga 37 tahun dimana mereka pada umumnya benar-benar cantik, dewasa dan terkesan sangat anggun. Entah mengapa Tuhan memberi hidayah kecantikan wanita yg sempurna bila mereka berusia kurang lebih yg kusebutkan di atas. Aku bekerja di perusahaan P**** (edited) yg sangat syarat berhubungan langsung dgn pelayanan masyarakat dgn posisi yg lumayan srategis.
Diawali dgn perkenalanku dgn seorang pramuniaga yg sangat cantik, umurnya kurang lebih 33 tahun dan memiliki anak satu. Rindi namanya, sangat mudah diingat dan sangat enak terdengar di telinga. Perkenalanku berawal ketika aku sedang berlibur ke Kalimanatan (Banjarmasin).
Perkenalan itu sangat indah dan romantis, disaat matahari tenggelam tertelan air laut di atas dek ferry kulihat seorang wanita bersandar di tiang logam dgn rambut yg tergerai melambai-lambai tertiup sepoi-sepoi angin laut, sungguh cantik dan sexy lekuk tubuh dan dadanya membusung ke depan, sweter unggu dan span warna hitam tidak bisa menyembunyikan keindahan tubuhnya.
Dgn langkah yg pasti kuhampiri dgn sedikit sapaan dan perbincangan yg sopan mulailah ia terbawa oleh obrolanku yg sedikit humor dan kadang menimbulkan gelak tawa yg menimbulkan lesung pipinya, ya ampun cantik betul mahluk ini.
Seusai puas dgn ngobrol ini itu dan matahari pun malu menampakkan wajahnya nyatanya sdh pukul 19:00 WIB, tidak terasa sdh perkenalan yg begitu lama di atas dek dan kita memutuskan untuk kembali ke bangku masing-masing. Kita berjanji bakal berjumpa kembali jam 21:30 di tiang logam saksi perkenalan kami.
Seusai mandi dan merapikan diri, tidak sadar ponsel-ku berdering, sirine yg sengaja kupasang sudah terbuktigilku untuk segera naik ke dek sebab sdh waktunya kujemput bidadariku di atas dek. “Hai Novem..” sapa merdu Rindi menyapaku dgn menepuk punggungku saat aku memandang lautan.
“Hai, Rin..” sedikit taktik, kubelai rambutnya.
“Maaf Rin..” kataku mesra.
“Ada apa Novem..” balasnya manja.
“Nih benang bikin rusak pemandangan,” jawabku, padahal benang itu sejak tadi ada di tanganku.
“Oh kamu ini bisa aja Novem..” bisiknya manja.
Rindi sdh bercerai 3 tahun yg lalu dikarenakan suaminya suka berjudi dan mabuk-mabukan yg membikinnya tidak sedikit dililit hutang dan kenasiban rumah tangganya rutin tidak terhindar bakal keributan.
“Kenapa kamu tidak cari suami lagi, Rin..” tanyaku untuk memecahkan keheningan.
“Ah.. nantilah,” jawabnya, “Aku tetap suka sendiri dan tetap kunikmati peran gandaku sebagai bunda dan ayahnya Ranny (anaknya, red) toh tetap lumayan gajiku untuk membiayainya.”
“Hebat kamu Rin, bagitu tegar dalam keadaan begitu. Tidak lebih apa coba.. kamu mandiri, cantik, sexy dan tetap muda lagi, akupun mau mendaftar kalo tetap ada lowongan.. ahahaha..” aku sengaja tertawa untuk meriuhkan suasana sebab kulihat dirinya diam dgn wajah agak memerah.
“Hahahhaa..” nyatanya dirinya tertawa,
“Ah kamu ini pantesnya sehingga adikku,” jawabnya melecehkan.
“Hahahaha.. aku malah,” terbahak-bahak sebabnya, “Lho meskipun adik tp bisa buat adik si Ranny lho.”
“Mana mungkin,” jawabnya.
“Lha kok nggak percaya.. jangan ketagihan ya nanti,” jawabku.
“Yee.. siapa yg mau,” godanya manja.
“Aku yg mau,” jawabku.
Kamipun tertawa riang.
“Dasar buaya,” jawabnya.
Tanpa sadar kapal bergoyang dan angin terus kencang dan Rindi sdh ada di pelukanku, sebab terombang-ambing kapal kudekap tubuh sintalnya dan tidak luput kupengang buah dadanya yg besar, nyatanya diapun diam saja. Kutahan goyangan kapal dan tidak kulewatkan peluang itu dgn sedikit fantasiku goyangkan pantatku dan..,
“Ah.. nakalnya kamu..” nyatanya diapun menyadari makin nekadnya aku mengambil peluang dalam kesempitan sambil mencubit pinggangku,
“Menggoda ya..” bisiknya.
“Ah masa, tp suka kan,” jawabku.
“Hahahaa..” gelak tawapun tidak terhindarkan lagi.
“Rin turun yuk, bahaya nich.. kayaknya angin terus kencang dan goyangan kapal terus garang kalo aku yg goyang kamu sich nggak persoalan, lha ini kapal yg goyang.. hehehe..” ajakku mesra.
“Dasaar.. dasaar, bener-bener buaya kamu Novem,” balasnya manja.
“Upsssss.. bukan buaya tp biawak.. hahahha..” balasku.
Kamipun menuju anak tangga, satu persatu anak tangga kita lalui dgn tangan yg melingkari perutnya dan diapun melingkarkan tangannya di pinggangku. Dgn berani kucium telinganya, dirinya diam saja hanya reaksi tangannya saja yg menggenggam perutku dan kamipun sdh hingga di depan pintu yg bertuliskan staff only lalu kutarik pinggangnya untuk masuk, diapun tdk menolak. Dgn luas ruangan 2 X 4 m2 benar-benar luas bagi kita berdua. Dalam keremangan lampu kulumat bibir tipisnya, nafas kamipun terus menderu. Nyatanya dirinya pengalaman sekali dalam french kiss.
Kami berciuman 5 menit lamanya dan dirinya mulai membuka sweternya sedang aku membuka jaket kulitku dan kita jadikan alas hingga tiada benang sehelaipun yg melekat di tubuh kita berdua. Sungguh indah tubuhnya, dgn ukuran payudara 36B dan belum turun kuanggap benar-benar sempurna. Dalam keadaan berdiri, kulumat bibirnya dan mulailah turun ke tengguk hingga payudaranya dgn puting yg merah muda,
“Semacam tetap ABG saja,” pikirku.
Kulumat yg kanan dan kupiin-pilin yg kiri membikin suaranya,
“Hmm.. ach.. hmm.. sppt.. Novem teruskan Novem.. aacch, enak Novem..” Kepalaku pun ditekannya ke dadanya, tidak kupedulikan dia, kuhisap, kugigit-gigit kecil putingnya hingga ia makin menjambak rambutku. Dgn jenggot yg baru kucukur 2 hari yg lalu kugesek-gesekan daguku di gunung kembarnya.
“Oooh Novem.. please masukin dong.. sstt..” Tidak kupedulikan ocehannya hingga kulumat perutnya, pusarnya dan akhirnya hinggalah di gundukan surga dunia, sungguh indah.
Mataku terbelalak nyatanya tdk ada sehelai rambutpun di sekelilingnya, harum dan wangi yg khas. Wajahnya yg cantik tersenyum manis padaku, kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan hingga di daerah yg paling kusukai, wangi sekali baunya. Tidak butuh ragu.
“Ohh.. apa yg bakal kau lakukan.. akh..” desahnya sambil memejamkan mata menahan kenikmatan yg dirasakannya.
Berbagai saat kemudian tangannya malah mendorong kepalaku terus bawah dan,
“Nyam-nyam..” Nikmat sekali kemaluan Rindi.
Oh, bukit kecil yg berwarna merah merangsang birahiku. Kusibakkan kedua bibir kemaluannya dan,
“Cleeekk..” ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam lubang kemaluan yg sdh sejak tadi becek.
“Aaahh.. kamu nakaal,” jeritnya lumayan keras.
Terus terang kemaluannya merupakan terindah yg sempat kucicipi, bibir kemaluannya yg merah merekah dgn bentuknya yg gemuk dan lebar itu membikinku terus bernafsu saja. Dengan cara bergantian, kutarik kecil kedua belah bibir kemaluan itu dgn mulutku.
“Ooohh lidahmu.. ooh nikmatnya Novem..” lirih Rindi.
“Novem, udah dong Novem masukin aja.. Novem oohh.. aku udah nggak tahan nich, please setubuhi aku..” pinta Rindi lirih.
Tanpa tidak sedikit mulut kumasukkan batang kemaluanku yg panjang dan tegak itu, dirinya tersentak,
“Ach pelan dong Say.. sstt..” Kugenjot dgn penuh perasaan, sementara tanganku tdk tinggal diam, kupilin-pilin puting susunya yg mungil.
Hanya sepuluh menit seusai itu goyangan tubuh Rindi terasa menegang, aku mengerti kalau itu merupakan gejala orgasme yg bakal segera diraihnya.
“Novemmm.. aahh.. aku nggaak.. nggak kuaat aahh.. aahh.. oohh..” desahnya tertahan.
“Tahan Rin.. tunggu saya dulu ngg.. ooh enaknya.. tahan dulu.. jangan keluarin dulu..” Tp sia-sia saja, tubuh Rindi menegang kaku, tangannya mencengkram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku terus bebas memberbagi remasan pada buah dadanya.
Aku sadar susahnya menahan orgasme itu, mungkin sebab lamanya ku-oral kemaluannya yg enak itu.
“mmmppphhhh.. ooohhhhh.. aahh.. Novem sayang.. Novem.. ooh enaak.. aku kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu.
Aku merasakan jepitan kemaluannya di sekeliling burungku mengeras dan terasa mencengkram erat sekali, sementara itu batang kemaluanku tetap tegak berdiri sedangkan dirinya sdh 4 alias 5 kali orgasme.
“Novem, ayo dong Say aku udah nggak tahan nich.. Novem keluarin dong.. aku hisap aja ya, biar cepat keluar..” Tanpa kusuruh dirinya sdh melumat dan menyedot kemaluanku.
“Astaga..” kurasakan tekanan dari dalam batangku semacamnya bakal keluar.
“Rin.. Rin.. stop Rin.. aku mau keluar nich..” desahku tertahan.
“Ya udah Novem, masukin aja ke mekiku.. aku jg ingin merasakan pejumu membajiri mekiku.. aku kangen, udah lama nggak ada yg membanjiri mekiku dgn peju..” balas Rindi dgn nada manja dan sedikit genit.
“Aach.. Rin, aku mau keluar nich Rin.. ach.. achh..” aku lemas lunglai tidak berdaya di atas tubuh Rindi yg sexy itu.
“Makasih ya Novem..” Kamipun tertidur dan aku terkejut ketika tersadar sdh pukul 04:00, untung saja tdk ada yg memergoki lakukanan kami.
Seusai merapikan diri, kamipun kembali di kursi masing-masing dan kita berjanji bakal berjumpa kembali di kota, kebetulan kita satu kota. Hingga sekarang kamipun tetap tidak jarang berhubungan dgn komitmen keleluasaan yg menghargai dan menjunjung seks yg sehat..
Share: