388cash388cash

Cerita Sex: Dulu Meronta Sekarang Meminta Minta


Aku, riyans, merupakan seorang laki-laki yang telah beristri serta memiliki seorang anak yang telah berusia 7 tahun serta telah bersekolah di kelas 1 SD. Sebab anak kita tetap kecil serta jarak antara rumah kita dengan SD tempat anak kita bersekolah lumayan jauh maka setiap hari istipsu mendampingi anak kita ke sekolah.

 Kami memiliki tetangga, suami istri, yang telah sangat bersahabat dengan kami. Istrinya, sebut saja Riri, sangat bersahabat dengan istipsu jadi hampir setiap hari ia bermain ke rumah kami, dan kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia langsung masuk tanpa mengucapkan salam alias membunyikan bel. Suaminya sendiri bekerja di perusahaan swasta yang seringkali pulang malam dan kebetulan mereka belum dikaruniai anak.
Riri biasa terbuktigil istipsu dengan sebutan Teteh sedangkan kepadaku ia biasa terbuktigil Mas Ary. Ia merupakan seorang wanita yang cantik, kulitnya putih bersih, dan bodinya pun menggiurkan tetapi sangat bersahaja dan lugu, tidak sempat neko-neko, baik dalam tutorial berpakaian maupun tutorial berteman, pokoknya polos. Kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia hanya menggunakan daster, alias kadang-kadang menggunakan kain, tetapi bagiku faktor tersebut menjadikan dirinya sangat seksi.
Aku merasa sangat bahagia kalau ia berkunjung ke rumah kami dan berlama-lama mengobrol dengan istipsu sebab aku dapat berlama-lama pula mengintipnya dari balik garden kamar memperhatikan tubuhnya yang bahenol. Bahkan kalau telah tidak tahan aku pun melakukan onani sambil mengintipnya dan membayangkan seandainya tubuh Riri itu bugil dan aku menggumulinya. Bahkan sering ketika aku sedang menyetubuhi istipsu pikiranku berfantasi seakan-akan aku sedang menyetubuhi Riri, dan terbukti dengan berfantasi semacam itu aku merasakan kenikmatan yang lebih dari biasanya.Cerita Sex: Dulu Meronta Kini Meminta Minta
Tetapi aku sering merasa kesal sebab orang yang sering kubayangkan tersebut rutin bersikap acuh terhadap diriku. Aku sering mencoba memancing ke arah pembicaraan yang agak menjurus tetapi ia tidak sempat menanggapinya, bahkan pura-pura tidak mendengarnya. Sikapnya tersebut membikin diriku terus merasa penasaran.
Pada sebuahhari istipsu minta izin kepadaku untuk berangkat ke rumah saudaranya yang rumahnya agak jauh, seusai pulang dari sekolah anak kami, dan diperkirakan baru bakal pulang ke rumah sore harinya. Aku pun tidak berkeberatan sebab aku pun tidak bakal berangkat ke mana-mana jadi tidak khawatir dengan keadaan rumah kami. Aku pun bersantai-santai saja di rumah sambil menyetel vcd porno yang tidak berani kusetel bila anak kami sedang berada di rumah. Aku menikmati tontonan yang merangsang tersebut sambil membayangkan bahwa yang bermain di dalam film porno tersebut merupakan aku dan Riri. Aku terhanyut dalam bayangan bahwa diriku sedang menggumuli tubuh bugil Riri. Kebetulan telah seminggu kontolku tidak mendapat jatah sebab istipsu sedang berhalangan. Kontolku telah sangat ngaceng.
Sedang asyik-asyiknya aku melihat sambil mempermainkan kontolku tiba-tiba pintu yang lupa aku kunci dibuka orang jadi kontan kumatikan vcd player yang sedang kusetel.
Nyatanya yang membuka pintu tersebut merupakan Riri yang langsung masuk sambil terbuktigil-manggil istipsu:
“Teh ……. Teh ……”. Ia menggunakan kain dan baju atasannya agak terbuka atasnya, jadi pangkal buah dadanya yang putih mulus dan montok terkesan sedikit.
Kain yang digunakannya agak basah, mungkin ia baru berakhir mencuci jadi pinggulnya tercetak dengan jelas dan aku tidak melihat garis segitiga di balik kain yang dikenakannya itu jadi aku berkeyakinan bahwa ia tidak menggunakan celana dalam. Faktor itu menyebabkan aku terus terangsang.
“Mas, Tetehnya ke mana?” tanyanya.
“Ke rumah saudara, pulangnya kelak sore!” jawabku,
“Terbuktinya mau apa sih Ri?” tanyaku.
“Anu Mas, mau pinjam seterikaan, kepunyaan saya rusak”. Datanglah setan membisikkan ke dalam diriku bahwa aku wajib mekegunaaankan peluang ini untuk mewujudkan faktor yang selagi ini rutin menjadi fantasiku.
Aku mengatakan:
“Biasanya sih di kamar tidur, ambil saja sendiri!”, padahal aku tahu bahwa seterikaan tersebut tidak disimpan di kamar tidur.
Ketika Riri berangkat ke kamar tidur untuk mencari seterikaan aku segera mengunci pintu supaya tidak ada orang lain yang mengganggu rencanaku. Kontolku telah sangat keras sebab ingin segera mendapat jatah.
Dari dalam kamar tidur terdengar Riri mengatakan:
“Kok enggak ada Mas, di sebelah mana ya?” Aku pun masuk ke kamar tidur dengan hanya mengenakan sarung tanpa menggunakan celana dalam supaya rencanaku tidak terhambat dengan cd.
Nampaknya Riri tidak menaruh curiga apa-apa.
“Mungkin di bawah tempat tidur!” kataku. Kemudian Riri pun melihat ke bawah tempat tidur, pasti saja sambil menungging.
Ketika Riri menungging aku melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dan sangat menggairahkan. Pantat Riri yang bahenol tercetak ..pada kain yang dikenakannya, dan sekali lagi aku yakin bahwa Riri tidak menggunakan celana dalam sebab aku tidak melihat garis segitiga pada pantatnya yang bahenol itu.
Sebab telah tidak tahan maka aku pun segera memeluk tubuh Riri dari belakang sambil menggesek-gesekkan kontolku pada pantatnya. Nyatanya Riri memberbagi reaksi yang tidak kuharapkan. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukanku sambil memaki-maki diriku,
“Mas apa-apaan sih? Lepaskan diriku, aku tidak mau melakukan ini, kalian bajingan Mas, tidak kusangka!” Melihat reaksinya yang semacam itu pada mulanya aku pun merasa ragu untuk melanjutkan lakukananku, tetapi rupanya bisikan setan lebih dahsyat daripada akal sehatku, jadi mesikipun Riri meronta-ronta sambil memaki-maki aku tidak peduli, bahkan aku terus bernafsu.
“Ampun Mas, lepaskan aku, aku tidak mau melakukan faktor yang semacam ini!” Riri mengatakan sambil menangis dan meronta-ronta.
Aku terus ganas, kuhempaskan tubuh Riri ke atas tempat tidur sambil kutarik kainnya dengan cara paksa jadi kain tersebut lepas dan terkesanlah kemaluan Riri yang ditumbuhi bulu yang lebat. Aku pun terus bernafsu, aku berusaha untuk membuka pakaian tahap atasnya, tetapi aku mendapat kesusahan sebab Riri rutin mendekapkan tangannya erat-erat di daarya sambil terus menangis, kakinya pun rutin dirapatkan erat-erat sambil menendang-nendang jadi aku mendapat kesusahan untuk memasukkan tubuhku di sela-sela pahanya.
Baca juga cerita sex terakhir di www.orisex.com
Mungkin sebab telah lelah alias sebab lengah pada sebuahpeluang aku mendapat peluang untuk merenggangkan pahanya dan tubuhku sukses masuk ke sela-sela pahanya. Dari sana aku berusaha untuk melepaskan pakaian tahap atas Riri dan sekaligus bh-nya yang pertahankan dengan gigih, sambil meronta-ronta, menjerit-jerit, memukul, dan mencakari tubuhku.
Akhirnya aku sukses menyobekkan pakaian tahap atasnya dan melepaskan bh-nya, dan aku pun sukses mendaratkan bibirku pada susunya yang tetap keras, maklum belum digunakan menyusui, kecuali suaminya. Tidak ayal lagi aku pun menciumi susunya dan sesekali mengulum putingnya dan menyedotnya. Diperlakukan demikian Riri mendesah, tetapi ia tetap terus melakukan perlawanan dengan tutorial meronta-ronta sambil menangis, mesikipun rontaannya telah agak melemah, entah sebab kecapekan entah sebab mulai terangsang.
Sejalan dengan itu pertahanan pahanya pun mengendur jadi lambat laun kontolku yang telah super tegang sukses menyentuh tahap luar memeknya dan kugesek-gesekkan kontolku untuk mencari celah yang selagi ini aku idam-idamkan.
Akhirnya kontolku sukses menemukan celah idaman tersebut, dan dengan cara perlahan tapi pasti aku pun memasukkan kontolku ke dalam celah tersebut. Ketika kontolku sukses melakukan penetrasi ke dalam celah memeknya dan merta terdengar mulut Riri mendesah dan merintih, badannya pun menjadi lemas, perlawanannya mengendur, dan ketika penetrasi kontolku kusempurnakan dengan tekanan yang mantap ia pun menjerit tertahan,
“Aaaaaaahhhh ……… Maaaassssssss …………..”. Inilah reaksi yang sangat aku harapkan …..
Ketika kontolku aku naikturunkan dengan cepat pantat Riri pun mengimbanginya dengan gerakan sebaliknya. Kini bibirku pun dengan bebas tanpa hambatan bermain di puting susunya, sesekali aku bergerilya di ketiaknya yang ditumbuhi bulu yang lebat, aromanya yang agak aroma keringat sangat aku bahagiai jadi terus meningkatkan gairahku. Tangan Riri yang tadinya dipergunakan untuk memukuli dan mencakar tubuhku saat ini ia pergunakan untuk memeluk dan mengelus-elus punggungku.
Tadinya ia menangis dan menjerit-jerit sebab menolak saat ini ia menjerit-jerit dan mendesah dan mengerang sebab gairah yang memuncak.
“Aaaaaahhhhhh ……..…….. Eeeeeeeemmmmmmhh ……… Aduuuuuuuhhhhhhh ………. Ssssssshhhhhhh ………. Sssssssshhhhh ………… sssssshhhhhhh ………. Hhhhhhhmmmmmmmhhh ………….. Maaaaassssssss ……….. Nikmaaaaaaaaatttttttt”.
Riri meladeni semua permainanku dengan sangat agresif, kami berguling-guling di atas tempat tidur, kadang aku di atas kadang Riri yang di atas. Nampak sekali ia sangat menikmati permainan ini, sama sekali tidak tampak bekas-bekas penolakannya.
Ketika aku suruh dirinya menungging untuk melakukan posisi dog-style ia menolak,
“Jangaaaaaan Masssssssss, jangan dari dubuuuuur …… aku tidak suka, jijiiiiiiiiikkkkk” Rupanya ia mengira bahwa aku bakal menyodominya sebab oleh suaminya ia tidak sempat disetubuhi dari arah belakang.
Aku pun memaksanya untuk menungging, posisi yang sangat aku sukai ketika bersetubuh dengan istipsu. Dengan terpaksa Riri menuruti keinginanku. Pemandangan yang aku lihat saat Riri menungging terus meningkatkan birahiku, pantatnya yang putih dan bulat dan memek berbulu yang terjepit oleh pahanya, aaaahhhh …….. sungguh menggairahkan. Segera aku arahkan kontolku yang tetap sangat tegang itu ke arah memeknya yang terjepit oleh paha mulus.
Ketika kontolku dengan cara perlahan-lahan masuk ke dalam memeknya, Riri menggelepar-gelepar …..sambil kelojotan merasakan sensasi yang baru ia rasakan seusai beberapa tahun menikah.
“Aaaaaaaaawwwwww ………….. Maaaassssssss ……….. Enak sekaliiiiiiiiiiiiii ……….. Terus Maaassssss jangan lepaskan kontolmuuuuuuuuuu ………. Adduuuuuuuuhhhhhhh ……….. teruuuuuus tekaaaannnnnnnnn yang keraaaaaaaaassss …….. kalau dapat dengan kanjutnyaaaaaaaa ……….! Tangannya menggapai-gapai ke belakang ingin hebat pantatku supaya kontolku masuk lebih dalam lagi.
Dengan bebas pula kedua tanganku mempermainkan susunya yang menggelantung dengan indah. Maka erangan Riri pun terus menjadi-jadi sebab ia mendapat kenikmatan dari dua arah. Memeknya yang aku kocok terus dengan kontolku dan susunya yang terus aku permainkan dengan tanganku.
Riri pun menjerit dan mengerang dengan histeris, mulutnya meracau mengeluarkan kata-kata jorok yang terus merangsang diriku.
“Maaaaaasssss ……….. jangan lepaskan kontolmu dari memekku, puaskanlah memekku dengan kontolmuuuuuuuu ……….. aku baru merasakan kenikmatan yang semacam ini, kontoooooolllllllll …………. Aaaaawwwww ………. Maaassssss, aku ingin supaya kontolmu terus berada di dalam memekku ……. Aaaaaaaahhhhhhhhh ……….. sssssshhhhhhhhhhhhhh ………… sssssshhhhhhhhhh …………..
Kucabut kontolku dari memek Riri sebab aku telah merasa agak lelah dengan posisi tersebut.
Riri menyangka bahwa aku bakal menyelesaikan eweanku terhadap dirinya, ia marah-marah dan meminta supaya aku segera memasukkan lagi kontolku ke dalam memeknya,
“Mas jangan dicabut dong kontolnya, Aku belum orgasme nih! Ayo masukkan lagi! Aaaaahhhhh ……….. Kontolmu Maaaaasssss ………”. Tetapi aku memiliki rencana lain. Aku minta supaya Riri berbaring telentang dengan kaki menekuk.
Aku segera mengarahkan mukaku ke memeknya, mula-mula aku jilati tahap dalam pahanya, kemudian aku jilati memeknya dan aku hisap itilnya. Diperlakukan demikian kontan Riri menjerit sebab ia tidak menyangka bakal mendapat perlakuan semacam itu, dan terbukti ia tidak sempat diperlakukan demikian oleh suaminya. Suaminya sangat konvensional.
“Aaaaaawwwwww ……………… Maaaaaassssss ………. Geliiiiiiiiiiii …….. tapi nikmaaaaaaatt ………. Terus Mas hisap itilkuuuuuuuu ………, jilat memekkkuuuu ……… agak ke bawah Masss, ya …….. ya …….. benar disitu Maaaaasssss, ………. Aaaaaaaawwwwwww ………. Maaaasssssss …….. mana kontolmu …. Kesinikan …….. aku ingin mengulumnya ……..” Maka aku pun berputar untuk menyodorkan kontolku ke melut Riri, dan kami pun mempraktekkan posisi 69. Kontolku dijilati oleh Riri, kadang-kadang dikenyotnya dalam-dalam. Aku pun mengerang sambil terus menghisap memek Riri yang telah dipenuhi oleh lendir.
Ketika aku merasa bahwa aku bakal mencapai orgasme aku pun mencabut kontolku dari mulut Riri dan segera memasukkannya ke dalam memeknya sambil terus digenjot. Nampaknya Riri pun sama bakal mencapai orgasme, gerakan pantatnya terus liar, desahannya terus kerap. Dan ketika aku merasa ada yang mendesak di dalam kontolku aku pun menekankannya keras-keras ke dalam memek Riri sambil memeluk tubuhnya erat-erat, Riri pun demikian pula, ia memeluk tubuhku erat-erat sambil menahan tekanan kontolku.
Maka kami pun mengalami orgasme dengan cara bersamaan dan kami pun sama-sama mengeluarkan suara erangan yang panjang sebagai tanda bahwa kami berada pada puncak kepuasan.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh …………. Ssssssshhhhhhhhhhhh …………….. Maaaaaaaaaaasssssss ………….., Heeeeeeeeeennnnnnnn. Tubuh kami pun terkulai bermandikan keringat, Riri memeluk erat-erat tubuhku seakan-akan tidak mau lepas selamanya.
Ia berbisik dengan manja sambil nafasnya terengah-engah, “Mas maaf yah atas kelakuanku terhadap Mas Ary tadi! Tadinya Riri kira ngewe itu dengan siapa pun rasanya sama saja, nyatanya ngewe dengan Mas Ary itu beribu-ribu kali lebih nikmat dibandingkan dengan ngewe bersama suami Riri. Terus terang saja kadang-kadang Riri merasa bosan ngewe dengan suami Riri sebab ia hanya mementingkan diri sendiri.
Baru hari ini Riri mengalami yang namanya orgasme.
‘Ah kontol Mas Ary sangat perkasa, aaaahhhhh ………. Kontooooooool……. Kalian ini kok nikmat sekali!”. Sambil mengatakan demikian ia mempermainkan kontolku jadi kontolku tegang kembali.
Melihat kontolku telah ngaceng kembali Riri merengek meminta ngewe kembali.
“Mas, ngewe kembali yu? Tuh kan kontolnya telah tegang kembali, Riri bakal meladeni Mas Ary hingga kapan pun kontol Mas Ary mampu menancap di dalam memek Riri! Ayo dong Mas!” Aku pura-pura tidak mau (padahal nafsu sih telah hingga ke puncak ubun-ubun)
“Enggak mau ah kelak suamimu keburu pulang, lagi pula Riri kan mau menyeterika, kami cari saja seterikaan itu”.
“Enggak Mas, suamiku sedang berangkat ke luar kota, baru besok ia pulang. Soal seterikaan kini telah menjadi …
…nomor ke berapa, jauh lebih penting kontolmu Mas dibanding dengan seterikaan. Menyeterika itu seringkali terasa membosankan tetapi ngewe denganmu rasanya aku tidak bakal sempat bosan maaaaaasss ……. Cepet doooongngng ……… coba raba memekku Mas, telah sangat basaaahhhh masssss, ayo doooooong ……., kontoooooollllll …….”, Riri menjawab, ia tetap merengek meminta supaya aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya, tetapi aku diam saja semacam tidak mau.
Sebab aku tidak bereaksi maka Riri pun mengambil inisiatif, ia segera naik ke atas tubuhku, menciumi dadaku, menyodorkan susunya ke mulutku supaya kuhisap, menyodorkan ketiaknya supaya aku menjilatnya, dan menyodorkan memeknya ke mukaku,
“Mas, jilat dong memekku, hisap itilnya sesukamu, aku inghin mendapat kenikmatan lagi, silahkan dong Maaasssss …..!”. Aku pun tidak menyia-nyiakan peluang yang menggairahkan ini, segera aku menjilati memeknya dan menghisap itilnya, kadang-kadang menggigitnya.
Diperlakukan demikian Riri mendesah dan mengerang sambil pinggulnya tidak henti-hentinya menggelinjang,
“Aaaahhhhh ……… Maaasssss ……… terus beri aku kenikmataaaaaan, aaaawwwww …….. jangan terlalu keras menggigitnya dooooong Mas, aaahhhhhhhh ………. Ssssshhhhhhh ……… ssssssshhhhhhh ……….. nikmaaaaaaat ……….”.
Tidak lama kemudian ia mengarahkan celah memeknya ke arah kontolku yang terbukti telah ngaceng dari tadi dan kontolku pun menyambutnya dan terus melakukan penetrasi sambil terus kunaikturunkan pantatku untuk mengimbangi goyangan pantat Riri.
“Aaaaaaaaaaaahhhhhhhh ……….. ssssshhhhhhh ……..”, Riri pun menjerit sebab merasa bahagia diperlakukan demikian,
“aaaaaahhhhh …….. hmmmmmhhhhhh ………. Massssssss …….. terus tancapkan kontolmu ke dalam memekku ……… ssssshhhhhhhh ……. aku rela maaaasssss …….. Maaassss bulu kanjutmu meningkatkan kenikmatan memekku maaaaasssss …….. aaaahhhhhhh ……. Kontoooollllll ……..
Seusai berjalan agak lama Riri meminta aku mencabut kontolku dan menusuknya dari belakang,
“Maaaaasssss …….. cabut dulu kontolmuuuuuuuu …….. aku ingin ditusuk dari belakang aaaaahhhhhhhh ……… cepet maaasssss tusuk memekku dari belakaaaaaaang ……… Maaaaassssss …….. aaaaaaaahhhhh …….. sssshhhhhhhh …….. Maaassssss …….. Riri terbukti hebat, saat ini ia sangat agresif dan pandai merangsang dan memuaskan lawan mainnya. Ia langsung dapat mengimbangi permainanku dalam bersetubuh.
Kami pun melakukan beberapa variasi dan posisi dalam bersetubuh, dan kami rutin mengalami orgasme dengan cara bersamaan.
Sejak saat itu aku dan Riri sering melakukan persetubuhan, tergantung siapa yang lebih dulu mengharapkan maka dialah yang menghampiri lebih dulu. Kadang-kadang Riri datang ke rumahku ketika istipsu sedang tidak ada di rumah. Kadang-kadang aku yang datang ke rumahnya ketika suaminya telah pergi. Sering ketika aku datang ke rumahnya Riri sedang mencuci pakaian di kamar mandi maka kami pun bersetubuh di kamar mandi, kadang-kadang kami bersetubuh di dapur kalau kebetulan ia sedang memasak, kadang-kadang pula kami melakukannya dengan berbasah-basah di lantai bila ia sedang mengepel. Dan setiap variasi persetubuhan yang kami lakukan rutin memberi sensasi baru terhadap kami.
Riri terus sering berkunjung ke rumahku, mesikipun sedang ada istipsu. Kalau ia berkunjung ke rumahku dan istipsu sedang di kamar mandi alias sedang ke warung kami mekegunaaankan waktu yang sebentar tersebut dengan semanjur mungkin untuk ngewe alias sekedar saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing. Alias kalau kami berpapasan maka tangan Riri tidak sempat menyia-nyiakan peluang untuk menjawil kontolku dan aku pun rutin mencubit memeknya yang terbukti seakan-akan ia sodorkan untuk kucubit alias kujawil dan kuremas susunya.
Kini, seusai aku memiliki celah kenikmatan yang baru, yaitu memek Riri, aku pun tidak terlalu tidak sedikit menuntut terhadap istipsu, demikian juga Riri, ia tidak lagi suka meminta jatah terhadap suaminya.
Ah Ririiiiiii …….. Riri, dulu kalian meronta-ronta, saat ini kalian meminta-minta 
Share: