388cash388cash

Cerita Sex: Dapur Kenangan


Sampai sekarang sebetulnya saya sedikit bimbang bagaimana mengawali ceritanya. Tetapi butuh kamu ketahui bahwa yang saya ceritakan ini sangatlah terjadi pada diri saya. Sekarang saya berumur 20 tahun dan telah menikah. Saya hingga sekarang tetap kuliah di sebuah perguruan tinggi di Depok Semester lima. Saya menikah dengan suami saya Bang Hamzah yang lebih tua 8 tahun dari saya sebab dijodohkan oleh orangtua saya pada saat saya tetap berumur 18 tahun dan baru saja masuk kuliah. Tetapi saya sangat mencintai suami saya. Begitu pula suami saya kepada saya (saya yakin itu benar).
Sebab saya dilahirkan dari keluarga yang taat agama, maka saya pun seorang yang taat agama.Seusai pernikahan menginjak usia 1 tahun, suami saya oleh perusahaan ditugasi untuk bekerja di pabrik di daerah bogor. Sebagai fasilitas, kami diberbagi sebuah rumah sederhana di komplek perusahaan. Sebagai seorang istri yang taat, saya menurutinya pindah ke tempat itu. Komplek tempat tinggal saya nyatanya tetap kosong, bahkan di blok tempat saya tinggal, baru ada rumah kami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun lumayan jauh letaknya dari rumah kami.
Sebab rumah kami tetap sangat orisinil kami belum mempunyai dapur, jadi apabila kami mau memasak saya wajib memasak di halaman belakang yang terbuka, ciri khas rumah sederhana. Akhirnya suami memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa, kebetulan ada seorang tukang bangunan yang memperkenalkan jasanya. Sebab kami tak merasa mempunyai barang berharga, kami mempercayai mereka mengerjakan dapur tersebut tanpa wajib kami tunggui, suami tetap pergi ke kantor sedangkan saya tetap kuliah.
Sampai sebuahhari, saya sedang libur dan suami saya tetap ke kantor. Pagi itu seusai mengantar Bang Hamzah hingga ke depan gerbang, saya pun masuk ke rumah. Sebetulnya perasaan saya sedikit tak enak di rumah sendirian sebab lingkungan kami yang sepi. Hingga ketika berbagai saat kemudian Pak Sastro dan dua orang kawannya datang untuk meneruskan kerjanya. Dirinya tampak lumayan terkejut menonton saya ada di rumah, sebab saya tak bilang sebelumnya bahwa saya libur.
“Eh, kok Neng Anggie nggak pergi kuliah..?”
“Iya nih Pak Sastro, lagi libur..” jawab saya sambil membukakan pintu rumah.
“Kalo gitu saya mau nerusin kerja di belakang Neng..” katanya.
“Oh, silahkan..!” kata saya.
Tidak lama kemudian mereka masuk ke belakang, dan saya mengambil sebuah majalah untuk membaca di kamar tidur saya. Tetapi ketika baru saja saya mau menuju tempat tidur, saya lihat melewati jendela kamar Pak Satro sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor yang biasa dikenakan saat bekerja. Dan betapa terkejutnya saya menyaksikan bagaimana Pak Sastro tak memakai pakaian dalam. Jadi saya bisa menonton dengan jelas otot tubuhnya yang keren dan yang terpenting penisnya yang sangat besar apabila dibandingkan milik suami saya.
Saya seketika terkesima hingga tak sadar kalau Pak Satro juga memandang saya.
“Eh, ada apa Neng..?” katanya sambil menatap ke arah saya yang tetap dalam keadaan telanjang dan saya lihat penis itu mengacung ke atas sehing terkesan lebih besar lagi.
Saya terkejut dan malu jadi cepat-cepat menutup jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika diri saya diliputi perasaan aneh, belum sempat saya menonton laki-laki telanjang sebelumnya tidak hanya suami, bahkan apabila sedang berhubungan sex dengan suami saya, suami tetap menutupi tubuh kami dengan selimut, jadi tak terkesan seluruhnya tubuh kami.
Saya mencoba mengalihkan persaan saya dengan membaca, tetapi tetap saja tak bisa hilang. Akhirnya saya putuskan untuk mandi dengan air dingin. Cepat-cepat saya masuk ke kamar mandi dan mandi. Seusai berakhir, saya baru sadar saya tak membawa handuk sebab tadi terburu-buru, sedangkan pakaian yang saya kenakan telah saya basahi dan penuh sabun sebab saya rendam. Saya bingung, tetapi akhirnya saya putuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan para tukang bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Saya yakin mereka tak bakal menonton, dan saya pun mulai berlari ke arah kamar saya yang pintunya terbuka.
Tetapi baru saya bakal masuk ke kamar, tubuh saya menabrak sesuatu hingga terjatuh. Dan betapa terkejutnya, nyatanya yang saya tabrak itu merupakan Pak Sastro.
“Maaf Neng.., tadi saya cari Neng Anggie tapi Neng Anggie nggak ada di kamar. Baru saya mau keluar, eh Neng Anggi nabrak saya..” katanya dengan santai seolah tak menonton kalau saya sedang telanjang bulat.
Butuh diketahui, saya mempunyai kulit yang sangat putih mulus dan meski tak terlalu tinggi bahkan sedikit mungil (152 cm), tetapi tubuh saya sangat proposional dengan dua buah payudara berkapasitas 34C yang sedikit keagungan dibandingkan ukuran tubuh saya.
Saya begitu malu berusah bangkit sambil mentupi dada dan tahap bawah saya.
Tetapi Pak Satro segera meringkus tangan saya dan mengatakan, “Nggak usah malu Neng.., tadi Neng juga udah ngeliat punya saya, saya nggak malu kok..”
“Jangan Pak..!” kata saya, tetapi Pak satro malah membawa saya ke arah halaman belakang menuju dua orang kawannya.
Saya berusaha memberontak dan berteriak, tapi Pak Sastro dengan santainya malah mengatakan, “Tenang aja Neng.., di sini sepi. Suara teriakan Neng nggak bakal ada yang denger..”
Menonton tubuh telanjang saya, kedua kawan Pak Sastro segera bersorak kegirangan.
“Wah, keren betul ni tetek..” kata yang satu sambil membetot dan meremas payudara saya sekeras-kerasnya.”Tolong jangan perkosa saya, saya nggak bakalan lapor siapa-siapa..” kata saya.
“Tenang aja deh kamu nikmati aja..” kata kawan Pak Sastro yang badannya sedikit gendut sambil tangannya meraba bulu kemaluan saya, sedang Pak Satro tetap memegang kedua tangan saya dengan kencang.
Tidak berapa lama kemudian saya lihat ketiganya mulai melepas pakaian mereka. Saya menonton tubuh-tubuh mereka yang mengkilat sebab keringat dan penis mereka yang mengacung sebab nafsunya. Dengan cepat mereka menggeletakkan tubuh saya di atas pasir. Kemudian Pak Sastro mulai menjilati kemaluan saya.
“Wah.., memeknya wangi loh..” katanya.
Saya segera berontak, tetapi kedua kawan Pak Satro segera memegangi kedua tangan dan kaki saya. Yang botak memegang kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan saya sambil menghisap puting susu saya. Tak berapa lama kemudian Pak Sastro mulai mengarahkan penisnya yang besar ke celah kemaluan saya. Dan nyatanya, yang tak saya duga sebelumnya, rasanya nyatanya sangat nikmat. Sangatlah tak sama dengan suami saya. Tetapi sebab malu, saya semakin bentrok hingga Pak Sastro mulai mengoyangkan penisnya dengan gerakan yang kasar, tapi entah kenapa saya justru merasa kenikmatan yang menarik, jadi tanpa sadar saya berhenti bentrok dan mulai mengikuti irama goyangnya.
Menonton itu kedua kawan Pak Sastro tertawa dan mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka, saya sadar tetapi mau memberontak lagi saya merasa tanggung, jadi yang terjadi merupakan saya terkesan semacam sedang berpura-pura mau bentrok tetapi meski dilepaskan saya tetap tak berusaha melepaskan diri dari Pak Sastro.
Tidak lama kemudian Pak Sastro membalikkan tubuh saya dalam posisi doggie tanpa melepaskan miliknya dari kemaluan saya. Menonton itu, tanpa dikomando si gendut langsung memasukkan penisnya ke mulut saya. Saya berusaha berontak, tetapi si gendut menjambak saya dengan keras, jadi saya menurutinya. Saya sangatlah mengalami sensasi yang menarik, jadi berbagai saat kemudian saya mengalami orgasme yang menarik yang belum sempat saya alamiah sebelumnya. Tubuh saya menjadi lemas dan jatuh tertelungkup. Tetapi tampaknya Pak Satro belum berakhir, jadi genjotannya dipercepat hingga kemudian dirinya mencapai kelimaks dan memuntahkan spermanya ke dalam rahim saya.
Begitu Pak Sastro mencabutnya, si botak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam milik saya tanpa memberi waktu untuk istirahat. Tak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks, dirinya menekan kemaluannya ke dalam mulut saya dan tanpa aba- aba, langsung menembakkan spermanya ke dalam mulut saya. Tak sedikit sekali spermanya yang saya rasakan di mulut saya, tetapi ketika saya hendak membuang sperma itu, Pak Sastro yang saya lihat sedang duduk beristirahat mengatakan.
“Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama.. tentu nikmat.. ha.. ha.. ha..”
Dan semacam seekor kerbau yang bodoh, saya menurutinya berkumur dengan seperma itu.
Sementara si botak semakin mengocok penisnya di dalam kemaluan saya, saya menonton Pak Sastro masuk ke dalam rumah saya dan keluar kembali dengan membawa sebuah terong besar yang saya beli tadi pagi untuk saya masak dan sebuah kalung mutiara imitasi milik saya. Tak berapa lama kemudian si botak mencapai kelimaks dan saya pun terjatuh lemas di atas pasir tersebut. Menonton kawannya telah berakhir, Pak Satro menghampiri saya sambil memaksa saya kembali ke posisi merangkak.
“Sambil menantikan tenaga kami kembali pulih, mari kami lihat hiburan ini..” katanya sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam vagina saya.
Tentu saja saya terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua kawannya segera memegangi saya.
Dan tak lama kemudian, “Bless..!” terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina saya.
Rasa sakitnya sangatlah menarik, jadi saya menggoyang-goyangkan pantat saya ke kiri dan kanan.
“Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha.. ha.. ha..” kata si botak.
“Sekarang kamu merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!” kata si gendut.
Dengan perlahan saya merangkak, dan nyatanya rasanya sangatlah nikmat.
Sebab rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit saya berhenti, tetapi setiap saya berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat saya. Tak berapa lama saya mencapai kelimaks, menonton itu mereka tertawa. Pak Sastro kemudian menghampiri saya, lalu mulai memasukkan kalung mutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam celah anus saya.
Saya kembali menjerit, tetapi dengan tenang dirinya mengatakan, “Tahan dikit ya.., kelak enak kok..!”
Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya yang terkesan, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dirinya mengatakan.
“Sekarang kamu maju pelan-pelan..”
Dan ketika saya bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan dari anus saya hingga habis. Begitulah mereka mempermainkan saya hingga kemudian mereka siap memperkosa saya lagi berulang-ulang hingga sore hari, dan anehnya setiap mereka kelimaks saya pun turut orgasme dengan pengertian saya menikmati diperkosa.
Dan anehnya lagi, malam harinya ketika suami saya pulang, saya sama sekali tak mengabarkan kejadian tersebut kepadanya, jadi pemerkosaan tersebut semakin terjadi berulang-ulang setiap saya sedang tak kuliah. Dan setiap memperkosa, mereka rutin menyelingi dengan mengerjai saya dengan tutorial yang aneh-aneh, dan itu berjalan hingga dapur saya berakhir dibangun.
Share: