388cash388cash

Cerita Dewasa: Gatelnya Vaginaku


Semenjak kepergian suamiku 4 tahun yg lalu, aku wajib menanggung beban keluarga seorang diri. Alangkah repotnya mengurus kedua anakku yg tetap kecil-kecil, sementara aku wajib bekerja mencari nafkah. Sedangkan keluarga dari mendiang suamiku acah tidak acuh. Tetapi semua itu aku jalani dgn tabah.

Tetapi faktor yg paling menyiksa saat umurku baru menginjak 30 tahun merupakan keperluan batin yg sejak kepergian suami tdk sempat terpenuhi. Faktor itu aku rasakan ketika bangun tidur, setiap pagi menjelang subuh gairah kewanitaanku rutin muncul. Aku sdh sekuat tenaga untuk menahan diri selagi 3 tahun.

Tetapi pada pagi itu nafsu sekku tambah bergejolak. Putingku tegak, pingin rasnya di sentuh jari-jari pria, apalagi vaginaku gatel pengin ditusuk-tusuk penis perkasa. Aaah…, aku mendesah panjang berusaha menahan nasfu, tetapi sebaliknya itilku malah tambah ngaceng. Pengin rasanya susu serta vaginaku dibelai manja tangan lelaki perkasa. Putingku yg dulu tidak jarang diemut oleh mendiang suami, tambah tegang. Aaaah…, aku mendesah lagi manakala jari-jariku mengusap-usap tahap vagina sama itil.

Terus kuat aku bersi kukuh pada birahi yg setiap hari bergejolak, birahiku terus kuat, aku tdk tahan, aku ingin lelaki perkasa yg sanggup menuntaskan gejolak nasfu. Sementara itu anak lelakiku yg paling sulung sdh tumbuh menjadi remaja gagap serta tampan semacam ayahnya. Bila menonton postur tubuh anak sulungku, maka aku teringat pada keperkasaan mendiang suami diatas ranjang. Yaah…, dulu setiap mejelang subuh aku rutin merasakan keperkasaan penisnya menusuk-nusuk vaginaku. Bahkan ketika suami kerja malam hari, pada pagi kurang lebih jam 08.00 ketika anak-anak sdh pergi sekolah rutin mengulangi serta menuntas gairah sekku.

Tetapi hari ini ketika anakku yg paling kecil sdh tertidur pulas, aku mendesah-desah sendiri dikamar dekat anakku yg sulung. Sengaja aku perbuat itu sambil telanjang bulat, sementara pintu kamarku aku biarkan sedikit terbuka. Faktor itu tidak jarang aku perbuat selagi dua minggu, agar ada reaksi dari anakku yg sulung. Nyatanya usahaku sukses, ketika malam minggu semacam biasa ketika sikecil sdh tidur pulas, aku segera masuk kamar yg bersebelahan dgn anakku yg sdh tumbuh remaja.

Aku melirik kearah pintu yg sedikit terbuka, aku lihat anaku leleki bungsukku sedang mengintip. Untuk memancing gairah anakku, sengaja aku telanjalang bulat, dua kakiku aku buka lebar-lebar agar vaginaku terkesan. Remang-remang lampu kamar terus nambah gairah nafsuku. Aaah…, sambil mendesah panjang mataku melirik kearah ruang keluarga. Dari sana anakku mesikipun tetap malu-malu memperhatikan tingkahku yg sedang naik birahi. Kemudian aku gesar kearah pintu agar anakku tambah jelas menonton sekujur tubuhkku yg telanjang bulat.
Usahaku sukses, anakku mulai mendekar kearah pintu. Aku sengaja memejamkan mataku pura-pura tidur. Aku dengar langkah kaki mendekat serta masuk kekamarku. Dari aspek mataku yg sedikit kubuka, aku menonton anakku sedang memandang takjub dibagian vaginaku yg polos tanpa sehelai jembutnpun menempel. Lalu anakku mengalihkan pandangannya dibagian susu serta putingkku yg sdh keras, tegak pengin diremas, dibelai, dikecong. Kemudian mulai aku rasakan belaian tangan anakku dibagian betis, paha. Aku tetap terus berpura-pura tidur sambil mendengkur. Belaiannya terus merambat kebagian susu, putingku mulai dipelintir. Aaah… aku mendesah nikmata.
“Dik!! Kalian lagi ngapain.” aku pura-pura kaget serta marah.
“Habis mami tiap malam rutin berisik. Aku kaget, pengin tahu. Apa mami sedang sakit, kok telanjang begini.” Anakku agak kikuk.
Aku yg sdh birahi tinggi tdk mau menyia-nyiakan peluang ini.
“Iya…, mami lagi sakit “ aku raih pegang tanganya yg tetap membelai susuku.
“Tolong pijitin susu mami yg lagi sakit ya Dik ? “
“Ya mama.” Kemudian Dika mulai aktif memijit-mijit susuku.
“Dik …, putingku gatel, tolong dipijit ya.” Aku mendesah nikmat.
“Ma… Dika boleh nggak ngisep puting mama, kaya waktu tetap banyi.”
“Sini, tiduran sambil ngisep puting mama.” Sebab aku ijinkan, anakku tidur miring dihadapanku.
Wajah anakku tenggelam dalam dua gundukan susu yg besar serta tetap padat. Aku peluk mesra tubuh anakku yg makin hangat. Sementara Dika makin tambah kuat ngisep puting susuku tahap kiri, tangan kirinya meremas susu tahap kanan. Tanganku tdk tinggal diam, membelai-belai tahap punggungnya. Sedikit demi sedikit, kancing baju Dika aku buka, aku raba dadanya sambil aku piling ujung petilnya.
“Aaaah…, mami geli mama, tp agak enakkan.” Dika mendesah, mendengus panjang.
Aku tambah semangat menggugah birahi anakku. Tanganku mulai turun sambil melepaskan semua kancing bajunya. Perutnya aku usap-usap lembut. Dika tambah menggeliat, inilah saatnya, tanganku turun melepas celananya, menyusup dibagian penisnya yg sdh tegang, pertanda penis anakku lagi ngaceng.
“Dik susu diemut terus, aah… enak, terus…terus.” Aku mendesah nikmat sambil tangan kananku mengocok penis Dika yg tambah ngaceng.
Sementara jari-jari tangan Dika yg sebelah kanan sdh masuk dalam liang vaginaku yg makin basah. Aaah… itilku tambah cenut-cenut. Kemudian kepala Dika aku paksa turun kearah vaginaku.
“Dik… vaginaku dijilat dong.” Pintaku dgn penuh nafsu.
Dan Dikapun menuruti kemauanku, tanpa merasa jijik, mulutnya sdh melumat vaginaku. Ah…, uuuaah…aku mendesah nikmat ketika ujung lidang Dika menjilat itilku yg sebesar biji kacang tanah.
“U…ukh…aaaah, itilku…iiiitiiiiiiilku mau pecah, terus Dik hisap yg kuat.” Mulut Dika sangat kuat menghisap-hisap itilku, seluruh tubuhku gemetar melepas gejolak nafsu.
Akhirnya aku merasa lega, ketika air pejuh muncrat membasahai bibiri serta wajah di Dika.
“Dik …?” Kupanggil anakku mesara.
“Ada apa mama.” Jawab Dika sambil menyeka mulutnya yg belepotan air pejuhkku.
“Penismu besar, panjang serta keras. Tentu sangat nikmat kalau menusuk-nusuk vagina mama.” Aku menghiba minta anakku segera memasukkan penisnya dalam celah vaginaku yg makin tambah gatel.
Dikapun melenguh panjang, ketika dua telapak tanganku meremas-remas penisnya yg besar, ngaceng tegang perkasa kaya tugu.
“Dik…, kalian merangkak diatas tubuh mama, kelak masukkan penis panjangmu kedalam belahan vaginaku yg ada lobangny, yaa….” Aku mengubah posisi tubuhku teletang, sambil mengangkangkan dua pahaku lebar-lebar.
Tak lupa aku menunjukkan lobang vaginaku pada Dika anakku.
“Ya… mama, apa lobang vagina mami tdk sakit kalau ditusuk sama penisku.” Dika mengiyakan sambil menempat posisi tubuhnya bertumpu pada dua tangannya cocok diatas tubuhku.
Penisnya yg besar serta panjang sdh menyentuh belahan vaginaku, bahkan ujung celeknya yg runcing nyentul pucuk itilku yg nonjol keluar.
“Oooohhhh… seetttt…, Dik nikamt banger.” Segera dua tanganku merengkuh pantat Dika, seketika ablaslah penisnya dalam lobang vaginaku.
Bleeess…, bles…, bleesek, penis Dika masuk pelan-pelan. Bibirku meringis menahan nikmatnya sentuhan penis Dika pada dinding-dinding lobang vaginaku yg tetap gatel. Akupun mengimbanginya, pantatku yg besar serta bulat aku angkat tinggi-tinggi, membiarkan batang penis anakku masuk semua tanpa sisa.
“Ma…, vaginamu cenut-cenut, ngempot penisku. Aaaah… itilmu nikmat banget sayang.” Anakku sangat tersanjung menikmati empotan memetku yg tetap cenut-cenut gatel.
Aku biar Dika menenggelamkan seluruh batang penisnya dalam celah vaginaku. Sementara dua tanganku meraih ujung puting Dika, jariku mengusap-usap, aku pelintir gemas. Bibir Dika meringis, mendesis seest…, uuaah…uaaaah. Tampaknya Dika tetap bego urusan senggama, penisnya tetap terus diam tertanam dalam lobang vaginaku. Aku maklum, anakku baru pertama kali ngentot vagina.
“Diikk…, coba naik turunkan pantatmu, kelak penismu dapat keluar masuk pada vagina mama.” Perintahku dituruti Dika sambil akat turun pantatnya.
“Gini ya sayang…”
“Ya… yaa… teruuus, tusuk vaginaku, tusuk itilku, uuuh… enak banget penis besarmu, lobang celekmu nggigit pucuk itilku. Uuuuh…aaa….aaa….seeeet.” Aku meracau nikmat.
Sementara Dika tambah semangat, tambah kuat nusuk-nusuk penisnya yg besar memenuhi lobang vaginaku yg basah tambah licin.
“Sayang…, liat dong, tuh vaginamu robek, penisku keluar masuk merojok itilmu yg gatel. Liat…liat tuh.” Dika memintaku untuk menonton, akupun membawa kepala serta tahap punggung.
Aku liat penis panjang, aku liat vaginaku terbelah, itilku nonjo keluar. Aaaah, nikmat banget celek anakku yg tetap perjaka. Aku raih lehernya, aku cium bibirnya ahhh tambah nikmat. Aku lihat penis anakku dgn perksasa menusuk-nusuk vaginaku yg sdh banjir, air pejuhkku menetes-netes mengulasi kain sprei kasur. Kemudian aku dekap erat tubuh anakku, aku berbalik ngambil posisi diatas, duduk diantara dua paha Dika, sementara penisnya yg besar serta panjang tetap nancap pada lubung turukku yg tambah ngaceng. Aku raih dua tangan si Dika, aku letakkan diatas dua susuku yg minta diremas, dua ujung jarinya memilin dua putingku yg tegang, keras serta tambah tegak.
“Aaauuhhh…., nikmat banget mamaku sayang. Dua susumu tambah kenceng, tambah besar. Putingmu ngaceng ya sayang…” Anak merancau, mendesih.
“Yaaa… aaakh, enak….remasanmu enak banget. Susuku…, putingku tambah ngaceng.” Aku yg posisi diatas terus naik turunkan pantat, rasanya kontok Dika tambah ngganjel.
Tusukkannya tambah kuat, aaaah… uuu tubuhku terasa ditancap benda lunak, bulat serta panjang kuat sekali.
“Diiikkkk…… penismu….oh ….uuuuuh……seeeettttt enak banget.” Pantatku terus bergoyang menikmati tusukan-tusukan penis yg sangat aku rindukan.
“Saaaayg…. aku pengin kawin sama kamu, aku kangen banget sama turukmu. Kawin sama aku yg maa….” Dika terus meracau tidak karuan.
“Yaaa…. sayang, kami kawin terus…. kawini aku Diiikkkk. Aku sayang penismu, aku pengin sempro tan air pejuhmu yg tetap perjaka.” Dika membawa punggungnya, dua tangannya memeluk pinggangku, ooooh….. seeett muluknya nyosor susuku yg membusung besar.
Ujung lidahnya terasa hangat menjilat-jilat ujung putingku. Jadinya aku dipangku si Dika tanpa melepaskan tusukkan penisnya divaginaku. Dua kakiku melingkar erat pinggang anakku, aku tdk ingin melepaskan bersatunya knontol serta vagina ini. Hingga akhirnya si Dika menelentangkan tubuhku lagi, dari atas Dika sangat giat naik turunkan tubuhnya. Sementara penisnya yg tambah ngaceng, makin keras nusuk-nusuk vaginaku serta itilku semacam mau meledak.
“Ooouuucchhhh…… aaaaacchhhh…..” Aku menjerit keras manakala itilku semacam mau lepas, hingga akhirnya cret….., creeeeeeeeeet…. cret… cret basahlah vaginaku, basahlah penis anakku sebab air pejuhku muncrat sangat kenceng.
“Kamu… pipis sayang, kok basah banget penisku.”
“Yaa sayang… och….och…..setttt… ooouuugghhh. Aku kalau lagi kawinin penismu, dari dalam vaginaku keluar air pejuh, iitiii……..itttilllkuuuuuuuuuuu mau lepas sayang. Itu bukan air kencing sayang, tp air nikmatnya orang lagi kawin.”
Sementara penis Dika terus menggenjot vaginaku yg makin tambah panas. Aku yg sdh klimak, tetap terus menikmati tusukan-tusukan penis Dika yg semacam memenuhi dinding-dinding lobang kawinku. Hingga akhir tubuh Dika jatuh, memeluk tubuhku. Segera akau raih bibirnya dgn bibirku, kami saling melumat, kami saling mendesah, lalu kemudian vaginaku terasa hangat, semacam ada air mengalir memenuhi rahimku yg sangat kehausan.
Crott…..Crott….Crott…. sluuuuuuuuuuuuur, keluarlah air pejuh penis Dika mengisi, mengalir derah dalam lobang-lobang rahimku yg dalam. Kami berpelukan erat, tubuh kami menempel ketat seakan tdk mau lepas. Hatiku sangat tersanjung ketika air asmara menyirami, memenuhi seluruh rongga-rongga vaginaku, celah rahimku terasanya kenyg oleh air pejuh penis perjaka.
“Makasih sayang. Penismu…. air perjakamu sehingga milikku. Ya….. oookkhhh….hekh…… semprot……semprot vaginaku…….sirami rahimku.” Mataku terpejam kuat saat air pejuh itu mengalir deras.
“Ya….yaaa……. uhhhkk…… aachhhh. Terimalah air pejuhku.” Jawab Dika sambil menempel, memeluk erat tubuhku.
Akhirnya kami berdua tiduran, sementara mulut Dika tidak henti-hentinya menyusu. Akhirnya kami tidur pulas, seusai dua jam menikmati perkawinan yg sangat nikmat serta memtersanjungkan.
Ketika anakku yg paling kecil menangis aku bangun duluan. Semestara Dika yg tidur disebelahku tetap tidur mendengkur. Aku lihat batang penisnya sadah lembek, tetap dipenuhi sisa-sisa pejuh kami yg sdh mengering. Aku bangun, pindah kamar menghampiri anaku dikamar sebelah yg sedang menangis.
Pagi hari kurang lebih jam 07.00, Dika tetap tidur sangat pulas, tenaganya terkuras habis menggenjot tubuhku. Sedangkan anakku yg kecil sdh pergi sekolah. Aku bergegas mandi, kusiram sekujur tubuhku dengar air sejuk, rasanya segar sekali, aku sabuni seluruh permukaan tubuhkku yg tetap bahenol. Kuraba permukaan vaginaku yg tetap bengkak dampak sodokan penis besar. Kuraba lagi permukaan susuku yg tampak bekas tanda-tanda merah bekas gigitan si Dika. Berakhir mandi aku menyiapkan segelas air susu buat Dika. Aku kaget ketika dua telapak tangan meremas bongkahan pantatku.
“Sayang….., pagi ini kalian cantik sekali. Tubuhmu harum lagi.” Sapa anakku sambil melingkarkan dua tangannya dipinggang.
“Ya jelas…. dong, aku cantik kan buat kamu.” Jawabku mesra sambil membalikkan bada. “Tuh…. sana mandi dulu sayang, biar badanmu tambah segar.”
“Okay sayang, tp pengin dimandiin sama kekasihku yg cantik ini.” Jawab Dika sambil meremas susuku yg belum tertutup kutang.
Akupun menuruti permintaan Dika yg segera menuju kamar mandi. Akhirnya aku mandi lagi bersama Dika, kami saling menyiram, saling menyabuni. Sebab rabaan-rabaan itu, nafsu kami bangkit lagi. Kembali terjadi hubungan kelamin kedua kalinya selagi 3 jam. Hubungan kelamin antara aku serta anakku terus berlangsung hingga Dikaku beristri.
Share: