388cash388cash

Cerita Sex Sepupuku Yang Menggairahkan


Perkenalkan namaku Antony , aku berumur 29 tahun. Nama panggilan akrabku adalah Tony. Sekarang aku bekerja di suatu perusahaan multimedia design & marketing di Jakarta. Focus dari pekerjaanku lebih menuju ke arah website design. Statusku masih belum menikah, dan jg masih belum punya pacar yg serius.

Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak dan adikku laki-laki semua. Sekarang kakak kandungku sdh berkeluarga, dan tinggal di Denpasar, Bali. Adik kandungku baru saja menyelesaikan kuliah-nya di Jakarta, dan kami tinggal bersama. –cerita sex terbaru– Sejak aku pindah ke Jakarta, orang tua kami membeli rumah di Jakarta agar aku dan adikku tdk gampang terpengaruh oleh sifat dan kebiasaan anak-anak kost yg tdk benar. Memang aku akui itu kekhawatiran yg berlebihan, tp bagi kami itu adalah berkat karena telah diberi tempat tinggal oleh mereka.

Kakak sulungku sejak tamat dari bangku SMU langsung pindah ke Denpasar, Bali. Dia mengambil bidang kedokteran, dan kini sekarang dia berhasil membuka praktek sendiri di Denpasar dan menetap di sana. Setelah lama dia berpindah dari 1 tempat ke tempat lain di daerah terpencil untuk ujian praktek dan jg karena suruhan pemerintah.

Aku ingin menceritakan pengalaman mengesankan sewaktu aku masih kuliah di kota pahlawan (Surabaya) hampir 10 tahun yg lalu. Pengalaman ini melibatkan hubungan aku dgn kakak sepupuku yg berumur lima tahun lebih tua dari aku. -cerita mesum terbaru- Kalau aku pikir-pikir lagi sekarang, keperjakaanku diambil oleh kakak sepupuku sendiri, dan tdk ada rasa penyesalan di dalam diriku.

Atau mungkin karena aku adalah laki-laki, jadi masalah keperjakaan tdk terlalu penting bagi kami kaum Adam.
Kakak sepupuku bernama Evani, tp sejak kecil aku selalu memanggilnya Eva atau hanya Cici yg artinya kakak perempuan. Kami berasal dari kota yg sama yakni kota Surabaya. Eva adalah anak dari kakak perempuan ibuku. Dia adalah anak bibi yg sulung dari 3 bersaudara.

Eva pada saat 10 tahun yg lalu berwajah cantik, putih, dgn tinggi badan 165 cm. Dadanya montok, meskipun tdk begitu besar. Tp pinggulnya bukan main indahnya.
Aneh-nya anak dari ibuku semua-nya laki-laki, sedangkan anak dari bibi semua-nya perempuan. Rumah kami tdklah jauh, dan sewaktu masih SMP dan SMA, Eva selalu mampir ke rumahku hampir tiap 3 kali seminggu. Karena tempat les private matematika, dan fisika-nya hanya beberapa meter dari rumahku. Jadi daripada pulang ke rumah-nya dulu seusai sekolah, dia memilih untuk mampir di rumahku untuk makan siang lalu berangkat lagi ke les private-nya.
Bisa dikatakan meskipun umur kami beda lima tahun, tp kami sangat akrab. Eva ramah, lembut, dan sangat perhatian kepada kami. Kami menganggap Eva seperti kakak kandung sendiri. Tp aku selalu merasa Eva memberi sedikit perhatian lebih kepadaku. Waktu itu aku berpikir mungkin karena kakak sulungku hampir seumur dgn-nya, dan adik bungsuku umur-nya beda amat jauh darinya. Tp setelah kejadian malam itu, aku baru mengetahui kenapa Eva memberikan perhatian lebih kepadaku.
Eva sering bercurah hati dgnku, meskipun waktu itu aku masih duduk di bangku SD. Kadang-kadang aku tdk mengerti apa yg dia omongkan. Kalau dia tertawa, aku pun ikut tertawa. Meskipun aku waktu itu tdk tau kenapa harus tertawa. Mengingat-ingat itu lagi, aku bisa tertawa sendiri sekarang. Jiwa anak-anak masih lugu dan murni.
Semenjak tamat SMA, Eva pindah ke Bandung dan kuliah di sana.
Sejak kepindahan Eva, terus terang aku merasa kehilangan dan kadang-kadang rindu dgn-nya. Hanya setahun dua kali Eva pulang ke Surabaya, dan itu hanya untuk beberapa minggu saja. Dan yg mengesalkan, tiap kali Eva pulang, selalu saja saat aku harus menghadapi ujian umum. Jadi waktuku untuk bermain-main dgn dia sangatlah terbatas.
Aku jg pernah sempat cemburu oleh laki-laki yg sekarang menjadi suami Eva, sewaktu Eva membawa-nya pulang bertemu keluarga-nya dan keluargaku. Rasa cemburu ini sangatlah beda. Tdk sesakit rasa cemburu terhadap pacar sendiri. Mungkin rasa cemburu karena takut akan kehilangan kakak kesayangan saja. Lelaki itu bernama Erik. Erik berasal dari kota Samarinda, yg kebetulan kuliah di universitas yg sama dgn Eva.
Hubungan Erik dan Eva terus berlangsung sampai akhir-nya seusai kuliah, mereka memutuskan untuk segera menikah. Keputusan menikah ini atas permintaan Erik, karena dia harus kembali ke Samarinda dan melanjutkan usaha orang tua-nya. Eva menikah di usia-nya yg ke 24 tahun. Tentu saja setelah menikah Eva harus ikut Erik ke Samarinda.
Semenjak kepindahan Eva ke Samarinda, hubungan kami sempat terputus selama 2 tahun. Dan kabar tentang Eva hanya bisaku dapatkan dari bibi (ibu Eva) saja. Pada saat itu Eva masih belum dikaruniai seorang anak. Tiap kali aku bertanya kepada bibi mengapa sampai saat itu Eva belum memiliki momongan, jawaban bibi selalu saja sama, yah antara kesibukan Eva membantu usaha Erik atau Eva sendiri masih belum siap memiliki momongan.
Ternyata memang benar, sejak Eva menikah dan pindah bersama Erik di Samarinda, usaha Erik benar-benar lancar dan berkembang pesat. Erik memiliki toko yg luas dan terbagi menjadi 2 bagian. Erik menangani usaha business dibidang handphones dan aksesorinya. Sedangkan Eva menangani usaha business di bagian konveksi dan aksesorinya seperti jepit rambut, anting-anting, dan sebagainya. Erik dan Eva sering terbang ke Jakarta untuk order handphones, dan barang-barang model terbaru di Indonesia untuk dijual di toko mereka.
Suatu hari setelah 2 tahun lama-nya tiada kontak dgn Eva. Tiba-tiba Eva terbang ke Surabaya karena rindu dgn orang tuanya. Erik tdk datang bersamanya dan Eva hanya tinggal untuk 10 hari saja. Tp kunjungan kali ini tdk tepat pada waktunya. Rencana Eva pulang ini untuk memberi kejutan buat orang tuanya, malah dia lebih dikejutkan lagi oleh orang tuanya.
Waktu itu bibi dan paman harus terbang ke Thailand karena liburan dan tdk mungkin dibatalkan karena tiket dan semua akomodasinya sdh dibayar. Jadi Eva bertemu dgn bibi/paman hanya untuk 2/3 hari saja. Selanjutnya Eva harus menjaga rumah dan kedua adiknya. Saat itu aku masih duduk di bangku kuliah, dan kebetulan baru memasuki semester baru. Tiada kesibukan yg berarti di saat kami baru memasuki semester baru.
Pada hari Jumat siang (kira-kira jam 2 siang), sepulang dari kuliah, aku langsung memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Tdk seperti biasanya. Biasanya setiap hari Jumat, aku dan teman-teman kuliah pasti langsung ngafe atau istilahnya ngeceng (kalo bahasa kami bilangnya ‘mejeng’) di mall. Waktu tiba di rumah, Eva sdh ada di sana dan lagi menonton VCD bersama pembantu.
“Halo Eva, kapan datang?”, sapaku.
“Halo Tony. Baru aja datang. Cici bosan di rumah. Tara dan Dina lagi keluar tuh ama cowok-cowoknya. Jadi cici bosan di rumah sendiri. Jadi yah pindah aja di sini.”, jawabnya ringan.
“Eva dah makan belum?”, tanya saja.
“Sdh tadi. Tuh ada ikan goreng ama sambel lalapan mbak punya. Mantep tuh!”, canda Eva sambil melirik ke pembantuku.
Aku kemudian masuk kamar dan mengganti pakaian rumah. Eva waktu itu sedang nonton film Armageddon (Bruce Willis). Salah satu film favoritku. Kemudian aku join denganya nonton bersama-sama sambil makan siang di depan TV. Tp memang benar, ikan goreng sambel lalapan pembantuku memang tiada tandingannya. Sempat saja aku tambah 2/3 piring.
Di tengah-tengah menonton VCD, pembantuku menawarkan kami jus buah. Tentu saja tawaran yg tdk boleh dilewatkan. Di siang bolong begini, jus buah segar adalah penawar yg paling tepat.
Aku duduk di atas sofa sambil kakiku naik di meja, dan Eva duduk pas di sebelahku. Semakin lama Eva semakin mendekat ke aku. Aku tdk begitu perduli karena aku sdh terbiasa dgn itu. Bau harum rambutnya sempat tercium saat itu. Eva tampak bosan, mungkin karena dia telah nonton film itu dulunya.
“Tony, cici bosan nih!”, katanya.
“Terus Eva mau ngapain?”, tanyaku.
“Ngga tau nih. Mau ke Thailand cici.”, jawabnya sambil tertawa.
“Ya sono, beli ticket! Tony anterin deh sekarang”, responku seadanya. Tiba-tiba Eva mencubit perutku.
“Eva mau ke mall ngga?”, tawaranku.
“Malas ah. Mall mall melulu. Ngga ada yg lain?”, tanya Eva.
“Ada. Mau ke Tretes? Nginep di sono.”, tawaranku lagi.
“Boleh sih, tp ngga hari ini. Masih panas dan macet lagi jam-jam gini.”, jawabnya.
“Trus sekarang Eva mau ngapain?”, tanyaku sekali lagi.
“Ke kamar Tony yuk. Ada computer game baru ngga?”, tanya dia.
“Liat aja sendiri.”, jawabku santai.
Kemudian kami cabut dari depan TV dan membiarkan pembantuku nonton film itu sendiri. Di kamar aku menyalakan AC dan computer. Aku membiarkan Eva main-main computerku, dan aku hanya berbaring di tempat tidur sambil membaca komik manga. Ternyata Eva tdk jadi main game computer, tp malah browsing-browsing foto-foto yg aku scanned sendiri. Jaman itu digital camera masih mahal dan kualitasnya jelek, tdk seperti saat ini. Eva terlihat senyum-senyum sendiri melihat foto-foto kami waktu masih kecil.
Tiba-tiba bak kesambar petir, Eva membuat aku mati kutu. Aku lupa total kalau di computer itu banyak koleksi film-film porno yg aku dapat dari teman-teman kuliah.
“Hayo apa ini, Tony?!”, tanya dia sedikit menyindir.
“Weleh Eva jangan buka itu dong! Barang privacy! Khusus laki-laki.”, jawabku seadanya.
“Emang cewek ngga boleh liat yah?”, tanya dia menyindir lagi.
“Kalo cewek mau liat, boleh aja, tp liat nanti saja atau kapan-kapan, jangan sekarang.”, jawabku sambil malu tdk karuan.
“Cici mau liat sekarang boleh kan?! Lagian cuman begini saja. Tony lupa yah, cici kan sdh punya suami.”, jawab dia lagi.
“Ya udah. Terserah Eva. Tp suaranya dikecilin yah. Ntar mbak kedengaran lagi.”, pintaku.
Tanpa basa-basi, Eva langsung putar aja film-film porno itu. Anehnya seakan-akan Eva terlihat menikmati film-film porno tersebut. Koleksiku termasuk banyak dan dari banyak negara, ada Amrik, Australia, Canada, Jepang, Hongkong, Taiwan, Thailand, dan sedikit saja yg Indo. Maklum bokep Indo saat itu masih susah didapat. Berbeda dgn jaman sekarang.
Cukup lama Eva menonton film-film bokep itu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh panggilannya. Panggilan inilah awal dari segalanya.
“Tony, pinjitin cici dong? Minta mama tuh beliin kursi belajar yg enak. Bikin pegal aja.”, kata Eva.
Terus terang sejak dulu, aku tdk pernah sungkan-sungkan untuk memijat Eva apabila dia minta. Tp kali ini aku keberatan, karena Eva sedang nonton film porno. Sejak tadi aku pengen keluar dari kamar, dan membiarkan Eva nonton sendirian. Tp jg ada sedikit rasa ngga enak kalo meninggalkan dia sendiri. Aku berdiri di posisi yg serba salah. Akhirnya aku memutuskan untuk memenuhi permintaan Eva.
“Ehmm…ehmmm…”, suara Eva keenakan.
“Kurang keras, Eva?”, tanyaku.
“Cukup Tony. Tp rada turun ke lengan sedikit yah.”, pinta Eva.
Sekarang mau tdk mau aku ikut nonton film bokep itu bersama Eva. Aku tdk berani berkata apa-apa. Malu dan risih itu alasan yg paling tepat. Aku akui sejak dari tadi rudal aku sdh cukup berdiri, tp masih belum maksimum.
Cukup lama aku memijat pundak dan lengan Eva. Tiba-tiba aku dikejutkan dgn suaranya yg membuat jantungku seakan-akan mau copot.
“Tony, pengen pijet susu cici ngga?”, tanya Eva.
Jeblerrr, kayak kesambar petir, ingin segera pingsan saja aku dgn pertanyaan Eva itu.
“Mmmm… maksud Eva apa yah?”, tanyaku pura-pura bego.
“Iya, cici tanya Tony. Pengen ngga pijet susu cici?”, jawab Eva sambil tangannya meraba payu daranya sendiri.
“Mmmmm… “, hanya itu yg bisa saja jawab.
Dgn malu-malu aku turunkan kedua telapak tangan aku menuju kedua payu daranya, dan meremasnya lembut. Tubuh Eva tiba-tiba terkejut sejenak, kemudian santai lagi. Hanya beberapa detik saja, tiba-tiba Eva berkata:
“Tony, stop dulu. Bentar, cici mau lepas BH dulu.”
Gila benar nih, aku dibikin ngga karuan saja. Eva melepaskan BH nya dari dalam kaos putihnya tanpa menanggalkan kaosnya.
“Nah, kalo begini Tony lebih leluasa.”, katanya santai.
Terang aja, aku bisa merasakan daging lembut yg menonjol jelas dia dadanya, meskipun masih terbungkus kaos putihnya. Aku menelan ludah, malu, risih, grogi tp kedua telapak tangan masih meremas-remas payu daranya. Rudal k0ntolku sekarang menjadi berdiri tegak, dan amat keras.
“Ehmm…ehmmm…ahhh”, suara Eva perlahan-lahan berubah seperti suara pemain wanita di film bokep yg sedang kami tonton.
Tangan kanan Eva sekarang sdh tdk memegang mouse computer lagi, tp meremas telapak tanganku yg sedang sibuk meremas-remas payu daranya.
Aku benar-benar masih hijau dibidang beginian. Edukasi seks yg aku dapatkan hanya dari film-film bokep saja. Reality seks experience masih belum pernah sama sekali. Ini saja pertama kali aku meraba, meremas payu dara seorang wanita.
“Ahh… Tony … ahhh … “, suara Eva makin sexy dan inilah pertama kali aku melihat wajah Eva dalam keadaan terangsang alias horny.
Kakak sepupu yg biasanya manis dan lembut, kini berubah menjadi wanita yg sedang haus akan seks. Aku tdk pernah menygka kalau Eva ternyata sangat mahir di bidang ini.
Tanpa sungkan-sungkan lagi, Eva bertanya dgn vulgarnya, “Tony, pengen gituan ama cici ngga?!”.
“Anu, gituan apa ci?”, tanyaku pura-pura bego lagi.
“Tony jangan pura-pura bloon ah”, jawab Eva sambil mencubit tanganku.
“Tp Tony emang ngga tau, pengen gituan apa sih?”, jawabku masih pura-pura lagi.
“Idihh Tony, reseh nih. Maksud cici itu, Tony pengen ngga ngentot ama cici?”, kali ini pertanyaannya semakin bertambah vulgar.
Istilah ‘ngentot’ jarang dipakai di Surabaya waktu jaman itu. Istilah ini umum dipakai di Jakarta dan sekitarnya. Mungkin karena dulunya Eva pernah kuliah di Bandung, jadi istilah ini sdh biasa diucapkan olehnya.
“Hah?! Yakin nih Eva? Di sini sekarang? Ntar kedengaran mbak loh.”, jawab panik.
“Kunci aja pintunya. Kayaknya mbak lagi tidur siang. Lagian kita putar musik aja biar ngga kedengeran.”, jawab Eva.
Tanpa diberi aba2, dgn cepat aku mengunci pintu kamar, kemudian menutup film bokep tadi dan menggantikannya dgn mp3 program. Eva sdh berbaring di atas ranjangku sambil memandangku yg sedang berdiri di samping ranjang. Tdk tahu harus mulai dari mana.
Seakan-akan mengerti dgn tingkah lakuku yg mau hijau. Eva kemudian menarik tubuhku agar bergabung denganya di atas ranjang. Tanpa malu-malu, tangan Eva menjulur ke dalam celana boxerku, dan dgn singkat saja batang k0ntolku telah digenggamnya dgn mudah.
“Wah, kok dah tegang nih?”, tanya Eva menggoda.
“Ah, Eva bisa aja nih?”, jawabku malu-malu.
“Tony pernah ngga gituan ama cewek lain?”, tanya Eva penasaran.
“Menurut Eva gimana?”, jawabku malu-malu.
“Kalau menurut cici sih, kayaknya belum pernah yah. Tony masih malu-malu gitu … tp MAU!”, godanya lagi.
“Cici ajarin Tony yah. Tp ini untuk kali ini saja. Tdk bakalan ada lain kali. Cici mau ambil Tony punya perjaka.”, kata Eva sambil tertawa.
Aku seperti tdk mengenal Eva sebagai kakak sepupuku yg seperti biasanya. Perasaan sayang aku sebagai adik sepupu terhadap kakak sepupu berubah menjadi perasaan nafsu birahi. Pengen sekali aku menidurinya dan menikmati tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Dgn segera saja kulepas semua pakaian yg aku kenakan termasuk celana boxerku. Kini aku yg terlanjang bulat. Mungkin karena terlalu nafsu dan grogi, aku sampai lupa kalau Eva masih berpakaian lengkap. Brrr… semburan angin AC benar-benar dingin. Dgn segera aku matikan AC di kamar. Reflek tubuh aku untuk menghindari dari masuk angin.
“Eva, ngga lepas baju?”, tanya aku lugu.
“Ntar dulu, pelan-pelan dong sayang.”, jawab Eva santai.
Terus terang panggilan kata ’sayang’ di sini berbeda sekali rasanya dgn kata ’sayang’ yg sering Eva ucapkan dulu-dulunya. Kali ini seakan-akan kata ’sayang’ yg berarti seperti ‘aku milikmu’ atau ‘nikmatilah aku’, atau apalah gitu. Yg pasti berbau seks.
Aku berbaring di atas ranjang dgn posisi badan terlentang, kedua telapak tangan di atas perut, dan dgn batang k0ntol yg menegang. Eva seperti mengerti apa yg harus dia perbuat. Eva mengarahkan tubuhnya diatas tubuhku dan memulai actionnya.
Pertama-tama dia mencium leherku, kemudian menjilati kuping aku. Tentu saja bulu romaku berdiri dibuatnya.
Aku mencoba mencium bibirnya, tp tiap kali aku mencoba, Eva selalu menghindar saja.
“Eva, Tony mau cium bibir cici.”, kataku.
“Jangan Tony. Ciuman bibir kan hanya buat pacar. Cici kan bukan pacar kamu.”, jawab Eva.
Aku hanya mengangguk saja pertanda setuju, dan kemudian membiarkan dirinya menjelajahi seluruh tubuhku. Eva benar-benar mahir dalam bidang beginian. Dia dgn cepat bisa mengetahui dimana titik kelemahanku tanpa harus bertanya kepadaku. Dgn tanpa ragu-ragu dia mengulum lembut batang k0ntolku, dgn sesekali menjilat-jilatnya. Tubuhku bak melayg di surga, setiap hisapan yg dia berikan terhadap batang k0ntolku membuatku melayg-layg.
Cukup lama dia bermain dgn batang k0ntolku, akhirnya dia berhenti dan membuka kaosnya. Oh my gosh, pertama kali ini aku melihat sepasang payu dara indah milik Eva. Selama aku hanya menikmati bagian atasnya saja yg putih mulus ditutupi oleh baju renang. Kali ini semuanya terbuka lebar. Begitu putih, mulus, dan warna putingnya yg coklat muda menantang di depan mataku.
Eva menyuruhku mengulum puting susu-nya. Untuk yg ini aku bisa, seperti mengulum permen cup-pa-cup saja.
“ahh … ahh …”, terdengar suara erangan halus Eva.
Dia berusaha menahan suaranya agar tdk terdengar oleh pembantuku.
“Tony, tolong lepas celana cici dong?!”, pintanya lembut. Tentu saja tawaran yg mahal. Dgn segera aku lepaskan celana jeansnya plus celana dalamnya.
Sekali lagi … OH MY … aku menjadi sesak napas sekarang. Aku sekarang bisa melihat meki Eva dgn jelas. Sungguh indah, lebih indah dari meki-meki yg pernah aku lihat dari film-film porno. Jembutnya jg halus dan tdk begitu lebat. Paha-nya mulus, dan perutnya langsing. Tdk pernah terpikir olehku sebelumnya bahwa Eva se-sexy ini. Walaupun telah menikah lebih dari 2 tahun, Eva masih rajin merawat bentuk tubuhnya.
Terpintas di dalam pikiranku untuk menjilat-jilati meki milik Eva seperti yg sering aku lihat di film bokep. Tp niat ini ditolak oleh Eva, mungkin karena takut aku tdk tahan mencium aroma meki. Jadi aku hanya diperbolehkan untuk memainkan tanganku di bagian itilnya. Meki Eva lembut sekali dan kini menjadi basah. Suara erangan nikmat Eva semakin menjadi-jadi, dan kadang-kadang sedikit terlepas kontrol.
“Tonyyy, ahhh … ahhh … geli Tony…”, suara Eva yg sedang bernapsu.
“Enak Eva?”, tanyaku.
Tp Eva seakan-akan tdk mendengar pertanyaan ini. Dia masih tetap berkonsentrasi dan menikmati setiap sentuhan-sentuhan yg aku berikan.
Meki Eva semakin basah dan licin. Kali ini tubuhnya sedikit menegang. Saat itu aku tdk mengerti apa yg akan terjadi denganya, yg terdengar dari mulutnya hanya
“Tony … ahh ahh … cici mau datangggg … cici mau datanggg”. Hanya dalam hitungan detik, tiba-tiba tubuh Eva mengejang dan menjerit keras.
Aku panik dan segera saja aku tutup mulutnya dgn tanganku. Napasnya terengah-engah, dan memelukku sekencang mungkin. Tubuh Eva berkeringat, maklum saat itu AC telah aku matikan, mengingat Surabaya kota yg panas, tdk heran Eva jadi berkeringat.
“Tony … thank you …”, katanya sambil terengah-engah.
“Tony mau rasain masuk ke sini ngga?”, katanya sambil menunjuk mekinya yg sdh basah.
Aku hanya mengangguk malu-malu sambil berkata,
“Kalo Eva ijinin, Tony mau aja masuk ke sana.”.
“Idih, genit kamu. Jelas cici ijinin dong. Masa cici cuma ijinin pegang. Kan tanggung.”, jawabnya genit.
Kemudian dia menambahkan,
“Tony, tp ini hanya untuk hari ini saja yah. Dan ini hanya rahasia kita berdua saja. Jangan sampai ini terbongkar ke orang lain, apalagi kalo sampai suami cici tau. Cici bisa bunuh diri.”, katanya serius.
“Husss … mana boleh begitu Eva”, jawabku tegas.
“Makanya, Tony harus jaga rahasia ini, ok?!”, pintanya. Aku hanya memberikan signal peace, yg berarti ‘I swear’.
“Sekarang Tony ambil posisi di atas cici. Cici tuntun dedek Tony dulu. Jangan sembarangan main tusuk yah?!”, katanya lagi. Aku hanya bisa mengangguk saja.
Dgn mengambil posisi di atasnya, Eva mencoba menuntun batang k0ntolku masuk ke dalam mekinya. Aku menjadi ngga sabar lagi, pengen cepat-cepat masuk ke dalam. Aku begitu bernafsu saat itu. Selesai berhasil menembus masuk ke dalam meki Eva, mata Eva terpejam dan mulutnya bersuara basah “ugghh…”. Saat k0ntolku terbenam di dalamnya, aku belum ingin mencoba memainkan pinggulku. Aku ingin merasakan hangatnya meki Eva untuk beberapa saat. Pertama kali k0ntolku masuk ke liang kenikmatan wanita.
“Kenapa Tony. Kok diam saja?”, tanya Eva.
“Tony pengen diam dulu ci. Punya cici anget banget.”, jawabku.
“Enak?”, tanya Eva sekali lagi, dan aku menganggukan kepalaku.
“Kalau gitu kocok sekarang yah, ntar kalau Tony pengen keluar pejunya, keluarin aja yah. Jangan mencoba untuk ditahan. Ini kan pertama kali buat Tony, jadi cici bisa maklum kalo Tony belum bisa mengontrol keluarnya peju.”, jelas Eva.
Perlahan-lahan aku memainkan pinggulku. Aku belum terbiasa. Aku sedikit grogi. Eva membantuku memainkan pinggulku agar dorongan dan irama kocokan batang k0ntolku lebih berirama. Selangkangan Eva dibuka lebih lebar olehnya, agar memberikan ruangan untukku bergerak lebih leluasa.
“Ahhh…Tony…cepet pinter kamu…yah di sono terus … terus lebih dalam lagi…”, puji Eva. Aku hanya tersenyum saja.
“Uhhh … ohhh… uhhh…”, desahan Eva menjadi-jadi.
Eva berusaha sekuat mungkin menahan desahannya agar tdk sampai terdengar terlalu keras. Eva tampak bernafsu sekali, dan mulai mengeluarkan kata-katanya yg jorok. Aku pun mendengar kata-kata jorok Eva, menjadi makin bernafsu jg. Aku merasa seperti lelaki satu-satunya yg mampu memuaskan nafsu birahi Eva.
“Tonyyy … entotin cici terus … entot cici terus … k0ntolnya enakkk bangettt sihhh … uuuhhh…”.
Melihat kelakuan Eva, aku menjadi seakan-akan terbawa olehnya, dan seperti penyakit menular, akupun mulai ngomong yg jorok-jorok pula.
“Iya ci … Tony entotin terus meki cici … kalo bisa entot terus foreverrr …”, kacau deh kata-kataku.
“Tonyyy … cici mau kencinggg … geliii bangettt … uuhhh …”.
Arti ‘kencing’ di sini bukan bukan air seni beneran, tp karena terlalu gelinya Eva merasa seakan-akan pengen kencing. Yg pasti meki Eva makin basah saja.
“Uhh…ohhh … suka ngga ngentot ama cici … suka ngga? meki cici enak ngga? … “, tanya Eva kacau.
“Enakkk bangettt cici … enakkk banget … Tony nanti kapan-kapan minta lagi yah? … ngga mau sekali doang, pleaseee …”, mohonku.
“Iyaaa … iyaaa … asal Tony sukaaa … Tony boleh entot cici terusss … uuhh … oohhh”, jawabnya.
Aku menjadi amat gembira mendengarnya.
“Eva suka ngentot ternyataa yahhh … baru tau Tony”, kataku.
“Siapaaa di dunia ini yg ngga suka ngentot, heh? Cici jg manusia kann…”, jawab Eva.
Tubuhku terus memompa-mompa Eva, dan kali ini aku yg menjadi berkeringat. Hampir seluruh badanku basah, dan itu membuat Eva semakin bernafsu. Kadang-kadang dia mengusap dadaku yg berkeringat dgn telapak tangannya, dan kadang-kadang menjambak lembut rambutku.
“Eva …ahhh… Tony kayaknya mau meledakkk ntar lagii … gimana nihhh”, kataku panik.
“Keluarin ajaaa kalo dah ngga tahann …”, jawabnya.
“Iyaaa … Tony mau keluarrr ntar lagii … cici siap-siap yah”, kataku lagi. Eva hanya mengangguk saja.
Kupercepat lagi goyangan pingguku. Eva menjadi seperti cacing kepanasan.
“Tonyyy … cici jg mau datanggg … enakk bener k0ntolnya sihhh …”, puji Eva lagi.
“Eva … dah dipuncakkk nihhh … ntar lagiii … ntar lagiii …”, kataku ngga karuan.
“Barengan yah sayanggg … ahhh ahhh … cici jg mau datang sayanggg …”, Eva mengingau.
Mendengar kata ’sayang’ lagi, aku menjadi tambah bernafsu lagi. Bendungan pejuku sebentar lagi jebol, dan aku tau pasti kalau itu bakalan tdk lama lagi.
“Eva … Tony ntar lagiii datanggg …”, kataku memberi aba-aba.
“Iya sayanggg, keluarin yah sayanggg … uuhhh … oohhh ….”.
Selang beberapa detik kemudian …
“Eva … Tony datanggg … ahhhh … ahhhh …”, kataku sambil batang k0ntolku mengeluarkan semua pejunya di dalam liang meki Eva.
“Ahhh … Tony sayanggg … cici jg keluarrrr … ahhh … ahhh …”, sahut Eva sambil memeluk tubuhku yg basah kuyung.
Kubiarkan batang k0ntolku menumpahkan lava hangat di dalam liang meki Eva. Eva masih memeluk tubuhku dgn napas terengah-engah. Setelah selang beberapa saat, wajah kami saling berhadapan, dan Eva segera mencium keningku.
“Tony, thank you sekali lagi yah.”, kata Eva.
“Tony jg thank you buat Eva. Ini pengalaman berharga Tony.”, jawabku.
“Ngga nyesel kamu Tony?”, tanya Eva penasaran.
“Tdk sama sekali.”, jawabku tegas yg kemudian terlihat Eva tersenyum manis.
“Idih … peju perjaka banyak banget. Ngga cukup meki cici yg menampung. Tp sekarang dah ngga perjaka lagi nih!”, canda Eva. Aku hanya tersenyum saja.
“Tp untuk ukuran perjaka, Tony termasuk hebat loh. Masih saja mampu bikin cici datang sekali lagi.”, pujinya.
“Eva, bener ngga sih kalo cewek menelan peju perjaka bisa awet muda?”, tanyaku bercanda.
“Idih … mana ada yg begituan. Itu kan cuman mitos aja”, jawab Eva.
Posisi batang k0ntolku masih menancap di dalam meki Eva. Masih agak keras sih, tp nafsu birahiku sdh mereda. Aku biarkan batang k0ntolku di dalam sana sambil memeluk tubuh Eva. Tubuhku basah kuyup, dan untungnya Eva tdk sungkan-sungkan memeluk tubuhku yg sedang penuh bermandikan keringat. Aku merasa Eva memang sayang kepadaku.
Tak terasa total waktu kita berperang di atas ranjang lebih dari 3 jam. Jam 6 sorean Eva pamit pulang, karena dia ada janji dgn teman-teman masa SMA-nya dulu. Pada malam harinya aku menerima sms darinya yg berkata:
“Tony, ingat janjinya yah. Jangan bilang-bilang sama siapa-siapa. Ntar cici ngga kasih lagi loh?!”.
Kemudian aku balas smsnya,
“Kalau Eva mau Tony tutup mulut tentang rahasia ini, tolong sumbat mulut Tony ama susu Eva lagi deh.”.
“Idih … masih kurang yah?! Dah ketagihan nih yah?! Ntar sebelon cici pulang ke Smrd, cici kasih lagi deh.”, balesnya.
Malam itu aku tdk bisa tidur, teringat-ingat kejadian erotis siang hari itu. Aku tdk menygka kakak sepupu yg paling aku sayang dan yg paling aku hormati, kini telah aku tiduri. Aku tdk menygka kalau Eva adalah wanita pertama yg pernah aku tiduri. Yg lebih mengejutkan lagi, dia adalah kakak sepupu sendiri yg mana kami berdua masih ada sedikit hubungan darah (antara ibuku dan ibunya).
Ada sedikit rasa bersalah dan menyesal, tp karena aku masih tergolong pemuda yg gampang bernafsu, aku masih memiliki pemikiran dan harapan untuk meniduri Eva sekali lagi sebelum dia pulang ke Samarinda. Dan untungnya pemikiran atau harapanku ini tdklah sia-sia, selama sisa 6 hari liburannya di Surabaya, kami selalu mencari kesempatan untuk ‘bercinta’. Di kamarku, di kamarnya, dan sekali di bak mandi di rumahnya.
Eva telah berubah bukan saja sekedar kakak sepupu saja, tp lebih menjadi guru seks-ku. Dia terlihat sangat mahir dalam memuaskan nafsu birahi laki-laki. Jurus goyang pinggulnya dgn posisi dia diatas mampu membuatku babak belur. Seakan-akan dgn posisinya di atas, mekinya terasa seperti meremas-remas dan menyedot batang k0ntolku. Pertama kali Eva mengenalkan jurus goyang pinggulnya, aku tdk mampu bertahan, dan hanya beberapa kali goyangan pinggulnya, aku langsung ejakulasi. Eva sempat menyindir canda waktu itu, dan maklum melihat kejadian ini.
Sehabis setelah bersetubuh dgn Eva, aku banyak bertanya tentang pengalaman seks-nya dgn Erik dan kadang kala aku membandingkan diriku dgn Erik. Tentu saja menurutnya, aku masih sedikit kalah dibandingkan suami-nya sendiri. Tp Eva mengakui kalau aku sering ‘bermain’ denganya, aku akan lebih ‘jago’ daripada suami-nya sendiri. Masalah ukuran k0ntol, Eva bilang punyaku lebih panjang daripada punya Erik, tp milik suami-nya lebih melebar kesamping alias lebih gendut.
Sewaktu aku menanyakan enak mana yg panjang atau yg gendut, dia menjawab kedua-duanya memiliki keasyikan yg sangat berbeda. Dan dia menambahkan sambil bercanda alangkah lebih baik bila ada yg panjang dan gendut. Langsung aja aku merespon candanya dgn mengajak threesome dgn Erik. Eva menjawab lebih baik dia mati daripada harus threesome dgn suami-nya sendiri.
Eva pernah mengaku bahwa dia tdk pernah sebelumnya menaruh perasaan nafsu kepadaku. Hanya karena dia telah hilang kontak dgnku lebih dari 2 tahun lamanya, dan sekembalinya dia ke Surabaya, aku telah banyak berubah terutama dari segi fisik.
Dia memujiku bertambah tampan, dan bertubuh padat. Mungkin keaktifanku berenang seminggu 2 kali, menjadikan badanku terlihat padat, meskipun tdk gempal. Karena inilah Eva mengaku bahwa dia sangat mengagumi perubahan fisikku ini, dan akhirnya memberanikan dirinya untuk mencoba seducing atau menggodaku secara seksual atau singkatnya bermain api dgnku. Sebenarnya dia sendiri takut bukan main sebelum persetubuhan kami yg pertama.
Takut akan penolakanku, dan takut apabila ketahuan pembantu rumahku. Tp semenjak persetubuhan pertama kami berhasil, Eva mengaku menjadi semakin bernafsu dgnku. Tdk heran setiap kali aku meminta jatah untuk menyetubuhinya, dia tdk pernah menolak sekali pun. Kalau saja situasinya tdk mengijinkan, dia hanya berbisik atau memberi tanda untuk menahan nafsuku dulu sampai nanti situasinya mengijinkan.
Kepulangan Eva ke Samarinda menjadi pil pahit buatku. Karena guru seks-ku meninggalkanku di Surabaya sendiri. Hampir tiap hari aku ber-masturbasi sendiri sambil membayangkan memori-memori indah menyetubuhi Eva. Aku merasa seperti pecundang saat itu, karena hanya masturbasi yg bisa aku lakukan. Sering aku menelpon Eva lewat hp-nya, menceritakan betapa berat aku ditinggal olehnya, dan betapa rindunya aku denganya.
Jujur saja, aku hanya rindu akan kehebatannya ‘bercinta’, bau tubuhnya, dan nikmatnya ejakulasi di dalam liang mekinya. Perlu diketahui bahwa selama bersetubuh dgn Eva waktu itu, aku tdk pernah memakai kondom sekalipun, bahkan belum pernah memegang apa itu kondom sampai hubungan seks berikutnya dgn pacar pertamaku. Aku tdk pernah menanyakan apa Eva oke saja dgn aku berejakulasi di dalam liang mekinya. Sempat aku kuatir apabila dia hamil karena spermaku. Namun aku lega karena setelah 1.5 tahun kemudian Eva baru dinyatakan positif hamil. Jadi jarak waktunya berbeda jauh dgn kekhawatiranku.
Semenjak itu, aku belum pernah lagi ‘bercinta’ lagi dgn Eva. Meskipun kadang-kadang setiap kali pulang ke Surabaya, aku sempat mengajaknya ‘1 kali saja’. Tp ajakanku selalu ditolaknya, karena Erik ada di sana pula bersama anaknya yg baru lahir. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke Jakarta, mencari karirku di sana.
Aku belajar banyak dari Eva, dia selalu memberiku tips-tips cara menaklukkan wanita di atas ranjang. Meskipun kami sdh tdk pernah lagi ‘bercinta’, tp kamu masih tetap berhubungan baik. Seakan-akan tiada rasa bersalah atau rasa aneh semenjak kejadian itu di antara kami. Eva banyak memberikan nasehat kepadaku tentang perbedaan cinta dan nafsu. Eva jujur mengatakan kepadaku bahwa saat itu dia hanya nafsu terhadapku, dan hanya ada cinta terhadap Erik.
Tips-tips pemberian Eva amatlah mujarab dan bervariasi. Bekas pacar-pacarku dan teman-teman ‘one night stand’ di Jakarta (maklum bila di kota metropolis ini, seks bebas telah menjadi rahasia umum) menyukai gaya permainan ranjangku.
Mungkin bila ada kesempatan, aku akan menceritakan pengalaman menarik lain yg aku alami dgn bekas pacar-pacarku, dan jg teman-teman ‘one night stand’. Perlu para pembaca cerita sex seksigo.com, banyak wanita-wanita karir dan executive di Jakarta yg tdk mengenakan celana dalam waktu mereka sedang tandang di dugem-dugem Jakarta. Percaya atau tdk, ini kebanyakan mereka lakukan dgn sengaja. Setelah aku tanyakan alasan mereka, salah satunya untuk membuatnya praktis memasukkan batang k0ntol pasangan-nya tanpa diketahui oleh orang-orang sekitar.
Share: