388cash388cash

Cerita Sex: Nikmatnya 2 Irisan Mentimun


Pada saat aku bekerja di sebuah perusahaan besar dikawasan kota Denpasar yg bergerak di bidang penjualan mobil-mobil baru kira-kira tiga tahun yg lalu, disanalah aku kenal banyak wanita-wanita cantik yg hampir setiap hari aku jumpai. Mulai dari wanita yg keibuan sampai dengan wanita yg haus akan kebutuhan laki-laki. Ketika aku hendak pulang dari kantor, kira-kira pukul 05.30 WITA, datang sepasang suami istri yg bermaksud untuk melihat mobil baru yg dipajang di dalam ruang pameran.

Kemudian setelah kami berbincang-bincang cukup lama, akhirnya Bapak Helmi dan Ibu Helmi menyepakati untuk membeli satu unit mobil keluaran terbaru dan saya berjanji untuk mengirimkannya esok Hari Sabtu kira-kira pukul 11.00 WITA, sesuai dengan janji saya untuk mengirimkan satu unit mobil ke Bapak Helmi. Dengan seorang sopir perusahaan, lalu saya bergegas meluncur ke rumah Bapak Helmi.

“Selamat Pagi.., Bapak Helmi ada..?” tanyaku kepada pembantunya yg membukakan pintu depan rumah Bapak Helmi “Bapak sedang jemput tamunya di Airport. Maaf bapak siapa..?” tanya pembantunya sambil memperhatikan aku.

“Saya Iwan.. Dari xx Company mau hantarkan Mobil baru untuk Ba..?” belum sempat habis keterangannku kemudian Ibu Helmi datang dari arah tangga rumahnya.

“Ooh.. Bapak Iwan.. Mari masuk..?” sahut Ibu Helmi mempersilahkan aku masuk ke ruang tamunya.

Dengan pakaian senam yg masih menempel ditubuh Bu Lia sambil menyeka keringat dengan handuk putihnya nampak sexy sekali dan tampak lebih muda dari usianya. Yg aku perkirakan umurnya tdk lebih dari 32 tahun. Sementara itu pembantunya diberi kode untuk membuatkan aku dan sopirku suguhan orange juice, lalu Ibu Helmi masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

“Sesuai dengan permintaan Bapak dan Ibu, ini kami kirimkan mobil sesuai dengan warna yg Ibu minta kemarin dan tolong di cek keadaan mobil sekaligus nanti akan saya perkenalkan cara pemakaian berikut dengan garansinya.” Dengan penuh teliti Ibu Helmi memperhatikan unit mobinya sambil minta pengarahan mengenai spec mobilnya.
“Dari cara Ibu pegang persenelingnya, nampaknya Ibu sudah berpengalaman naik Mobil. Hanya saja untuk melepas hand rem-nya Ibu tekannya kurang keras. Jadi hand rem-nya nggak bisa turun. Maklum mobil baru Bu..!” jawabku menjawab pertanyaan Ibu Helmi.
Yg ternyata jawabanku membuat wajah Ibu Helmi memandangiku serius.
“Saya merasa nyaman duduk di mobil ini, dan bagaimana kalau saya coba dulu, tapi tolong ditemani ya.. Agak takut juga soalnya mobil baru..?” pinta Ibu Helmi dengan suara khasnya.
“Jangan khawatir Bu, mobil ini bergaransi tiga tahun dan saya siap menemani Ibu untuk mencobanya.” Dalam perjalanan mengitari pantai di Kuta akhirnya obrolanku dengan Ibu Helmi semakin akrab.
Dan aku menawarkan ke Ibu Helmi untuk membeli variasi dan acesoris untuk mempercantik mobilnya.
“Nanti mobil ini kan.. Dipakai ibu sendiri.., jadi tinggal tambah sedikit acesoris, saya yakin penampilan Mobil ini sama cantiknya dengan penampilan yg mengendarainya.” Dengan senyumannya yg susah untuk diartikan akhirnya Ibu Helmi mempertimbangkan penawarannku.
Aku berharap Ibu Helmi menyetujui ideku, sebab aku bisa lebih banyak cerita dan mendapat fee dari pembelian acesoris di toko langgananku. Seperti biasa kalau pada hari senin biasanya orang-orang malas untuk bekerja, demikian juga denganku. Karena hari minggu kemarin seharian aku di kampung karena ada upacara Agama, dan sangat melelahkan untuk kembali ke Denpasar sebab jarak kampungku dengan tempat aku bekerja di Denpasar cukup jauh. Kira-kira dua jam baru sampai.
Dan pada hari senin itu aku mendapat telpon dari temanku dan katanya ada seorang wanita yg nunggu aku di counter. Kemudian aku bergegas turun dari ruanganku di lantai atas.
“Oh.. Ibu Helmi.. Selamat pagi.. Apa khabar..?” tanyaku kepada Ibu Helmi dengan perasaan kaget dan khawatir.
Kaget karena Ibu ini tdk menelpon aku terlebih dahulu kalau dia mau ke kantor, dan khawatir kalau mobil yg aku kirim hari Sabtu bermasalah.
“Baik..!” jawab Ibu Helmi singkat.
“Bisa saya bantu Bu..” tanyaku ke Ibu Helmi sambil memperhatikan pakaian yg menempel cocok dengan tubuh Ibu Helmi yg seperti foto Model iklan.
Sungguh anggun dengan kaca mata merek Versace yg siselipkan diantara rambutnya yg disemir merah keemasan. Wajah yg cantik sesuai dengan pakaian feminim layaknya seperti wanita karir dengan rok mini-nya terlihat jelas bulu halus tertata rapi dikakinya.
“Begini Pak Iwan.. setelah saya pikir-pikir kemarin mengenai pemasangan dan pembelian acesoris, saya memutuskan untuk mengikuti saran dari Bapak Iwan. Jadi hari ini saya datang kesini untuk menjelaskan itu dan saya berharap kalau Bapak tdk ada jadwal atau acara, biar Bapak Iwan yg mengantarkan saya ke toko variasi langganan Bapak”. Pinta Ibu Helmi.
“Kebetulan hari ini saya tdk ada jadwal, jadi saya siap untuk mengantarkan Ibu. Tapi tolong jangan resmi gitu manggil saya Bapak. Panggil saya Iwan aja Bu.. Ya..?” pintaku kepada Ibu Helmi karena aku merasa risih dipanggil Bapak.
Karena usiaku masih 30 tahun dan dibawah usia Ibu Helmi. Karena cukup lama pemasangan acesoris yg dilakukan oleh sebuah toko variasi, maka kesempatan itu aku pakai ngobrol dengan Ibu Helmi yg aku baru tahu kalau Ibu Helmi mempunyai perasaan yg sama untuk mencapai satu tingkatan arti dari sebuah pertemuan yg membawa aku dan Ibu Helmi ke sebuah episode kisah romantisme yg sulit untuk dilupakan sampai akhir. Setelah mobil selesai terpasang, aku dan Ibu Helmi keluar dari toko variasi dan Ibu Helmi mengajakku untuk makan siang bersama di sebuah restoran. Namun aku halangi ke tempat restoran yg Ibu Helmi tunjukkan.
“Saya punya teman baru buka restoran.. bagaimana kalau kita kesana untuk mencoba menu barunya. Barangkali ada yg istimewa disana..?” kataku sedikit bohong karena restoran yg aku sebutkan diatas adalah restoran dengan hotel yg biasa aku pakai untuk kencan dengan mantan pacarku dulu.
Selagi makan siang, aku kasih kode kepada waiters untuk memesan kamar. Ketika Ibu Helmi membayar Bill-nya ke Kasir, aku ambil kunci kamar no 102 untuk short time.
“Bu.. Karena baru jam 02.00 bagaimana kalu kita ngobrol lagi di sebelah restoran ini.?” Tanpa sempat bertanya tangan Ibu Helmi sudah aku gandeng untuk masuk kamar 102.
“Iwan.. Kamu nakal ya..?” demikian tanya Ibu Helmi.
“Sedikit Bu.. Tapi asyik kalau kita ngobrol nggak dilihat orang-orang disekitar.” jawabku mengalihkan perhatiannya.
Sambil kusentuh halus jari jemarinya sebab menurut pengalamanku orang yg berbintang virgo seperti Ibu Helmi ini, rangsangan plus-nya ada di telapak tangan selain rangsangan bagian lainnya yg umum dipunyai seorang wanita.
“Mmmh kamu romantis ya Wan..?” tanya Ibu Helmi mungkin karena rambut yg terurai rapi sebahu itu aku sentuh dengan tanganku lalu aku cium rambutnya yg harum bak kembang setaman yg membuat bibir Ibu Helmi berkata seperti itu. “Terus terang aku paling senang memperlakukan wanita seperti ini Bu.. Tanpa dibuat-buat. Walau kadang pendapat orang bilang kalau sudah ketemu wanita cantik pasti nafsunya yg nomer satu. Tapi bagiku, perasaan yg muncul dulu baru nafsu. Sebab dulu aku pernah satu kali ke lokalisasi dengan nafsu namun rasanya hambar. Nikmatnya hanya sekejab. Lain dengan perasaan. Begitu mempesona dan mengasyikkan. Atau.. Ibu mau membedakan mana perasaan dan mana nafsu..?” tanyaku sambil melirik matanya di sela rambut yg tersingkap oleh hembusan angin AC di ruangan 102.
Ketika pikiran Ibu Helmi masih menerawang jauh, kudekatkan bibirku dengan bibir sensualnya Ibu Helmi dan mulai terasa hangat ketika lidah kami saling sedot dan bermain-main. Kemudian pelan-pelan aku lepas ciumanku untuk mengambil dua irisan mentimun yg aku ambil ketika aku makan siang tadi. Kusuruh Ibu Helmi untuk memejamkan matanya. Agar aku bisa taruh irisan mentimun layaknya seperti orang facial.
“Setelah saya tutup mata Ibu.. sekarang tolong fokuskan pikiran Ibu kepada satu tujuan dan pikirkan seolah-olah Ibu sedang mandi mengenakan kain sutra tipis di sebuah sungai yg airnya bersih, tenang, dan damai. Disaat Ibu mandi itu.. Pikirkan bahwa ada laki-laki datang [Iwan] menghampiri Ibu berbisik mesra dan mencium leher dan bibir ibu kemudian melepaskan kain sutra yg ibu kenakan [dan aku buka pakiannya], kemudian menjilati seluruh anggota tubuh Ibu satu-demi-satu mulai dari jari kaki Ibu, betis Ibu, paha mulus Ibu, pusar Ibu, puting susu ibu sampai ketitik rangsangan yg paling didamba kaum laki-laki yaitu kemaluan Ibu yg merah delima.” Seperti ada yg menggerakkan, tubuh Ibu Helmi bergerak halus mengikuti irama jilatanku.
“Ohh.. Shhshh..?” Suara Ibu Helmi bergairah. Dan memang aku sengaja bercerita fantasy seperti itu, Agar permainannya nanti lebih nikmat dan menjiwai.
Kemudian kedua kaki Ibu Helmi aku angkat pelan, kuamati gumpalan kecil diantara rambut yg tertata rapi disela selangkangannya, kuautr lidahku agar bisa masuk ke lubang meqi Ibu Helmi, dan terasa sekali bau khas kemaluan wanita yg membuat aku tambah bergairah. Kubiarkan kedua tangan Ibu Helmi meremas rambutku, kubiarkan kedua paha Ibu Helmi menjepit kepalaku pertanda bahwa gairah nafsu Ibu Helmi sudah mulai naik. Hingga mata Ibu Helmi yg masih terpejam dan tertindih irisan mentimun itu dibukanya sendiri. Karena tak kuasa menahan geli.
“Uhh.. Terus sayang.. Aku menikmatinya..! ohh.. Jangan di lepas..!” Kata Ibu Helmi memintaku untuk tdk melepaskan jilatanku.
Kemudian tubuhku aku balik mendekati wajah Ibu Helmi dan tanpa dikomando kemaluanku sudah dipegang tangan kirinya dan dengan gerakan maju mundur mulutnya telah mengulum K0ntolku yg sudah menegang itu.
“Ouuuchh.. Sedot terus Bu..? Pintaku dengan nafas mulai nggak teratur.
“Say.. Please..?” Suara Ibu Helmi penuh gelora nafsu meminta k0ntolku untuk dimasukkan. Pelan dan pasti kumasukkan k0ntolku ke lubang meqi Ibu Helmi yg masih rapet.
“Aaachh.. mmpphh..?” desah Ibu Helmi sambil menggigit bibir sensualnya menahan geli.
Dengan gerakan pelan-cepat-pelan-cepat membuat mata Ibu Helmi merem melek seperti orang kelilipan. Sedikit demi sedikit pantat Ibu Helmi mulai dia goyangkan mengikuti irama gerakanku. Sekali-sekali gerakannya diatur sedemikian rupa sehingga membuat k0ntolku seperti dijepit meqinya.
“Ohh.. Sayang.. Aku mau seperti ini terus..?” pinta Ibu Helmi sambil mendekap erat tubuhku yg sudah mulai berkeringat.
“Aku juga..!” kataku menahan geli.
Aku pompa terus kemaluanku, lalu kumiringkan badanku sehingga tubuhku dan tubuh Ibu Helmi sama-sama miring. Kusuruh tangan kiri Ibu Helmi untuk mengankat dan memegang paha putihnya, kemudian puting susu yg bentuknya seperti belum pernah di sedot orang lain, aku gigit kecil dan kujilati sampai putingnya menegang. Sementara tangan kananku [jari tengah] kumainkan di daerah klitoris kemaluan Ibu Helmi. Terlihat tubuh Ibu Helmi bergetar menahan geli yg teramat nikmat.
“Sayang.. Aku geli sekali.. Seperti.. Ochh!” tdk sempat Ibu Helmi melanjutkan percakapannya karena spermanya keburu muncrat dan membasahi kemaluan dan buah pelirku.
“Ochh.. Ssshh..!!” suara terakhir Ibu Helmi melepaskan cengkeraman tangannya di bahuku.
“Seperti apa..?” tanyaku melanjutkan pertanyaan Ibu Lia yg belum sempat Dia jawab karena spermanya keburu keluar. Dan pinggangku dicubitnya genit.
“Seperti.. Ochh.. Aku geli lagi sayang.. Puasin aku sekali lagi?” pinta Ibu Helmi meminta untuk kedua kalinya.
Dengan gairah yg menggebu-gebu, kuubah-ubah posisiku agar Ibu Helmi nggak merasa bosan. Aku ulangi lagi genjotanku sampai tubuh Ibu Helmi menggeliat seperti cacing kepanasan. Untuk kedua kalinya kulihat tubuh Ibu Helmi seperti orang kejang-kejang. Pantatku ditekannya, sementara bibirnya mendesah sambil menjilati kedua sisi bibirnya yg terbungkus lipstik merah terang.
“Yg.. Kita keluar sama-sama yuk..?” kata Ibu Helmi.
“Ya.. Sebentar lagi spermaku mau keluar. Ibu rasakan nggak kontolku semakin menegang.?” jawabku.
“Oh.. Iya..” sahut ibu Lia sambil melihat kemaluanku dan kemaluan Ibu Helmi yg tengah beradu untuk mencapai titik kenikmatan.
“Ochh.. Sshh.. Ochh” sengaja kudekatkan desahanku ke telinga ibu Helmi.
Saat itu juga telinga Ibu Helmi yg bersih, aku gigit nakal dan dengan lidahku aku jilati lubang telinganya sampai kepala Ibu Helmi geleng-geleng kegelian.
“Aaaaaaaahh.. Ouuuuchh.. Crett.. Crett.. Crett.. Ouchh..!”
“Uuugggghh.. Gila.. Ouchh..” akhirnya aku dan Ibu Lia sama-sama mengeluarkan sperma yg keluar dari kemaluan kami masing-masing.
Setelah cukup lama permainan ngesek itu berlangsung, kemudian aku dan Ibu Helmi bergegas meninggalkan kamar hotel yg banyak memberiku pengalaman bercinta. Demikian juga petualanganku dengan Ibu Helmi yg terus berlanjut sampai satu tahun, tanpa hambatan berarti.
Share: