388cash388cash

Cerita Sex: Gadis Cantik Seksi Dan Perhatian


Aku, Johan, adalah seorang supir dari boss pemilik berbagai perusahaan real estate di Jakarta. Malam itu, Pak Alvin boss ku, mengizinkan aku membawa kendaraannya pulang karena hujan yg cukup deras dari sore dan hari sudah semakin larut. Ditambah aku memang orang kepercayaan Pak Alvin.

Selesai ku antarkan Pak Alvin yg setengah mabuk karena bersenang-senang di klub malam, ku pacu kendaraan dengan kecepatan sedang menuju tol dari arah Pondok Indah. Waktu sudah menunjukan pukul 02:30 pagi, jalan begitu sepi karena malam dan hujan yg tak kunjung berhenti.

“Besok Jakarta pasti banjir nih, hujan seharian gini…” gumamku dalam hati.
Sekitar 100 meter setelah melewati Pondok Indah Plaza, aku melihat sebuah sedan menepi dengan kap mesin yg terbuka.

Aku pun tanpa pikir panjang segera berhenti di belakang mobil tersebut, berniat untuk membantu.
“Mana mungkin ada orang jahat pura-pura minta tolong jam segini ditengah hujan deras, dengan mobil yg lebih mahal dari mobil yg ku bawa malah…” Pikirku dalam hati.

Segera ku ambil payung di bagian belakang mobil, dan menghampiri si pemilik mobil yg sedang berdiri sambil memegangi payung di depan kap mobil tersebut.

“Kenapa mobilnya, pak? Ada yg bisa saya bantu?” Tanyaku ramah sambil mengerenyitkan dahi, cahaya yg redup dan hujan yg cukup deras, membuatku kesulitan melihat si pemilik mobil yg sedikit tertutup payung.
“Ini, Mas. Mogok, gak tau kenapa…” Jawabnya pelan.
Aku pun kaget karena ternyata ia seorang perempuan, dari suaranya terdengar belum terlalu tua. Mungkin sekitar 30 tahunan.
“Oh, maaf mbak gak liat, kirain cowok, hehehe…” Balasku untuk memecah kekakuan.
“Coba sebentar saya liat, kebetulan saya ngerti mesin kok…”
Wanita tersebut memersilahkan aku untuk menangani mobilnya. Aku pun sibuk memerhatikan dan mencari tahu masalah sampai mobil tersebut tdk mau menyala.
“Kenapa tdk telepon asuransi atau tukang derek aja, mbak?” Kataku sambil tetap berfokus pada mesin mobilnya.
“Maunya sih gitu, tapi handphone saya mati semua, Mas. Batrenya abis…” Jawabnya memelas. Suaranya sudah parau, sepertinya ia baru saja menangis.
“Kalau saya cek sih, gak ada masalah apa-apa, mbak. Saya bingung juga kalau liatnya ditempat gelap dan hujan deras gini…” Jelasku singkat.
“Saya pinjamkan handphone untuk menelpon asuransi atau tukang derek saja ya, mbak. Bagaimana?” Tawarku padanya.
Ia hanya mengangguk pelan.
“Makasih ya, Mas…” Ujarnya saat ku berlalu menuju mobil untuk mengambil handphone ku.
“Ini Mbak…” Kataku sambil menyerahkan handphone bututku yg bahkan tdk memiliki kamera tersebut.
Wanita tersebut meraih ponselku dan mengambil sepucuk kartu nama dari dompetnya. Aku sedikit menjauhkan diri saat ia sedang menelpon setelah aku tutup kembali kap mesinnya.
Tdk lama kemudian,
“Ini mass… Terima kasih banyak ya. Aku sudah menelpon tukang derek supaya mobilku bisa diangkut ke bengkel…”
“Iya, mbak sama-sama. Mbak mau pulang kemana emangnya?”
“Ke Pondok Labu, Mas…” Jawabnya singkat.
Awalnya aku ingin menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi langsung ku urungkan niat tersebut karena yakin ia akan menolak, mungkin ia takut akan ku perkosa.
“Saya temani disini ya mbak sampai tukang dereknya datang. Daripada sendirian, kalau ada orang jahat, bisa repot…” Tawarku.
“Gak usah repot-repot, mas. Sudah dipinjamkan handphone saja sudah cukup kok.”
“Gapapa kok, mbak. Saya juga bawa mobil, tau lah rasanya gimana kayak mbak gini.” Balasku tenang.
“Ini, ini KTP saya, kalau-kalau mbak takut saya berbuat jahat, paling gak mbak tau identitas saya…” Ujarku sambil menyodorkan KTP dari dalam dompetku.
Ia pun tersenyum,
“Tdk perlu, mas. Saya tau kok mas orang baik dan tdk ada niat jahat.”
“Ya sudah kalau begitu saya temani ya.”
Wanita tersebut pun mengangguk.
“Mbak lebih baik duduk di dalam mobil, daripada kebasahan kena hujan gini…” Saranku padanya.
“Saya temani disini saja.”
“Ya enggak dong, mas. Masa saya di mobil, mas di luar.”
“Kalau begitu, tunggu di mobil saya saja mbak. Biar saya hidupkan mesinnya, jadi ada AC dan lampunya. Bagaimana?”
Ia pun menyetujui ideku.
Kami berdua pun masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi depan, dan aku duduk disampingnya di kursi pengemudi. Setelah lampu dalam mobil ku hidupkan, barulah ku bisa melihat dengan jelas wanita cantik yg sedang duduk disebelahku ini.
Tubuhnya cukup proporsional, dengan rambut hitam panjang sepunggung, celana jeans hitam ketat dan kaos putih yg ditutupi jaket coklat terlihat serasi dengan wajah manisnya. Hidung mancung, kulit putih dan bibir tipisnya menambah kecantikannya, apalagi saat ia sedang tersenyum.
“Mbak siapa namanya?” Tanyaku.
“Nikita, mas. Kalau mas?”
“Aku Johan, mbak…”
“Gak usah pake mbak, Niki aja mas..”
“Jangan pakai mas juga kalau gitu, Johan saja…”
Ia pun tertawa kecil mendengar jawabanku.
“Kamu seperti habis menangis, kenapa Nik?” Tanyaku.
Niki terdiam sambil memandangi kaca depan mobil.
“Maaf kalau aku lancang, hanya bertanya…” Tambahku khawatir ia tersinggung dengan pertanyaanku barusan.
“Enggak kok, Jo. Aku capek aja, lagi banyak masalah, pas mau pulang eh mobil malah mogok. Bikin perasaan makin gak karuan…” Jelasnya.
“Banyak bersabar kalau gitu, mungkin emang lagi banyak cobaannya. Siapa tau besok malah banyak rejekinya.” Hiburku seadanya. Niki pun sedikit tersenyum.
Obrolan pun mengalir, tanpa diminta Niki pun menceritakan masalah yg sedang dihadapinya. Orang tuanya sedang dalam proses bercerai, pacarnya pergi meninggalkannya karena ia terlalu sibuk bekerja dan mengurus masalah ke dua orang tuanya. Niki sendiri seorang karyawan di perusahaan tambang yg kantornya terletak di bilangan Pondok Indah. Lulusan universitas jurusan hukum.
Tdk terasa, hampir satu jam kami ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya mobil derek datang. Niki pun segera mengisi formulir yg diberikan, lalu masuk kembali ke dalam mobilku.
“Terima kasih banyak ya Jo sudah membantu…” Ucapnya begitu masuk ke dalam mobilku.
“Iya sama-sama, Nik. Aku antar ke rumah ya, gimana?”
“Kamu emang pulang kemana? Jangan deh, takut ngerepotin…”
“Enggak kok, kebetulan rumah ku di Cinere. Jadi searah kan sama rumahmu?”
“Oh ya? Iya deh kalau gitu, sekali lagi makasih ya. Udah ditolongin pinjem handphone, sekarang ditolongin sampe dianterin…”
“Udah, tenang aja…” Balasku.
Hari sudah semakin pagi, hujan sudah selesai berganti kabut tipis yg menutupi jalan. Tdk sampai setengah jam perjalanan, kami sudah mendekati tujuan.
“Rumah kamu dimana, Nik?” Tanyaku.
Niki pun menunjukan arah ke rumahnya. Aku dengan teliti menyetir, selain karena mata yg sudah letih juga rasa kantuk yg semakin datang.
Tdk terlalu sulit mencari rumahnya karena terletak di pinggir jalan. Rumah besar yg mewah tersebut terlihat gelap tanpa cahaya sama sekali di dalamnya.
“Sepi banget, kamu tinggal sendiri?”
“Iya, sudah lama aku tinggal sendiri di sini. Orang tuaku tinggal di rumah yg di Kelapa Gading. Itu pun gak tau masih serumah atau udah pisah…” Jawabnya sedikit kesal.
Aku pun tdk berani untuk banyak bertanya.
Setelah pintu gerbang yg bisa dibuka otomatis dengan remote dari dalam tas Niki terbuka, mobilku pun ku masukan lalu parkir di depan pintu masuk rumahnya.
Rumah bergaya minimalis, dua lantai dengan cat berwarna putih terlihat suram tanpa penghuni, kebun kecil di depannya pun kurang terawat karena banyak tanaman yg mati dan layu.
“Akhirnya sampai…” Ucapku sambil menarik rem mobilku.
“Iya nih. Jo, udah hampir pagi. Kamu gak mau tidur dulu aja di rumahku? Besok pagi baru pulang. Daripada kenapa-kenapa di jalan karena ngantuk…” Tanya Niki.
“Enggak apa apa kok, udah biasa banget nyetir jam segini, namanya juga supir hehehe…” jawabku santai.
Padahal dalam hati ingin sekali aku numpang tidur di rumahnya. Sayangnya aku merasa tdk enak hati untuk menerima tawarannya.
Namun berbeda dengan Niki, ia memaksa diriku untuk menginap.
“Anggap aja aku bayar utang budi karena kamu sudah membantu aku….” Begitu kata-katanya untuk membujukku.
Aku pun luluh dan menerima tawarannya.
Niki memersilahkan aku masuk ke dalam rumahnya. Aku merasa canggung masuk ke rumah wanita muda cantik yg baru ku kenal beberapa jam yg lalu di pinggir jalan. Namun Niki terlihat santai dengan kehadiranku.
Niki pun menawarkan beberapa pakaian dan celana pendek untuk ku gunakan tidur, beberapa milik Ayahnya yg ukurannya tdk jauh berbeda denganku. Niki juga mengantarkanku ke kamar tamu yg bisa kugunakan untuk beristirahat sampai matahari terbit beberapa jam lagi.
Segera saja ku baringkan tubuhku yg aktif dari pagi kemarin. Pukul 4 pagi, ku lihat di jam dinding yg ada di atas jendela kamar. Ku coba memejamkan mataku.
Belum sempat terlelap, pintuku diketuk pelan.
Aku pun bangkit dari kasur, menuju pintu dan membukanya. Niki berdiri di depan kamarku, mengenakan piyama tipis dengan rambut yg terikat.
“Aku gak bisa tidur…” Ucapnya manja.
“Yah, terus gimana? Mau aku temenin dulu?” Tanyaku setengah mengantuk.
Niki mengangguk sambil berjalan masuk ke dalam kamarku tanpa ku minta. Ya memang ini rumahnya, namun aku semakin canggung harus bagaimana bila ia masuk ke kamarku tanpa diminta.
Niki pun duduk di pinggir kasurku sambil melihatku yg berjalan mendekat. Ia pun memberikan isyarat dengan lambaian tangan agar aku mendekat.
“Kenapa Nik?” Tanyaku yg masih berdiri di hadapannya.
“Aku mau kasih sesuatu…” Dengan cepat Niki menarik turun celanaku. Aku kaget bukan kepalang.
Tangan Niki langsung meraih k0ntolku, dan memasukannya ke dalam mulut.
Rasa kantuk ku pun hilang, ingin ku tolak perlakuan Niki namun aku terlanjur menikmatinya. Aku hanya bisa merintih keenakan saat lidah Niki menyapu batang k0ntolku dan memaksa k0ntolku untuk berdiri tegak.
“Ahhh Nikkk, kamu ini ahhhh…” Rintihku sambil meremas rambutnya.
Hisapan Niki di k0ntolku semakin kuat.
Lahap sekali Niki menikmati k0ntolku. Tdk ada sedikitpun bagian yg terlewat dari hisapan dan jilatan lidahnya. Memberikan sensasi kenikmatan tersendiri bagiku yg sudah lama tdk menyentuh wanita ini.
Setelah beberapa menit, Niki melepaskan k0ntolku dan berdiri menghadapku. Tanpa basa basi segera ku lumat bibir tipisnya yg sudah menggodaku dari awal bertemu. Lidah kami saling berpagutan, dera nafas Niki semakin berat saat tanganku menelusup masuk ke dalam pakaiannya, berusaha mencari dan meremas payudaranya yg lembut dan kenyal.
“Uhhh, Johan….” Desisnya saat ku arahkan kecupanku ke lehernya.
Ku jilati tiap senti kulitnya yg putih dan halus tersebut. Tubuhnya bergetar,
keringat mulai keluar meski udara begitu dingin karena hujan dan pendingin ruangan. Tangannya bergantian meremas rambut dan mencengkram punggungku.
Ku dorong tubuh Niki agar terbaring di kasur. Ku tarik celana panjangnya sehingga terlihat celana dalamnya yg berwarna hitam. Kakinya begitu jenjang dan indah, suka sekali aku menatapnya berlama-lama.
Ku usapkan tanganku dari betis hingga ke pahanya, mengirimkan rasa geli ke seluruh tubuhnya yg semakin menegang. Rintihan-rintihan kecil menghidupkan kamar yg biasanya sepi tersebut.
Perlahan ku tarik celana dalam Niki, kali ini terpampang jelas memek cantik dengan bulu kemaluan yg dicukur rapih dibagian atasnya. Bibir memeknya sudah merekah basah, klitorisnya sedikit menyumbul keluar, tanda ia sudah tdk sabar untuk dinikmati olehku.
Ku dekatkan kepalaku ke arah memeknya. Dengan kedua jari, ku buka bibir memeknya dan ku sapu lembut dengan lidahku. Niki menggelinjang, tangannya menarik seprei, rintihannya berubah menjadi teriakan menahan hasrat yg begitu menggairahkan.
“Arrrgghhhh, Johannnn! Terus Jonnn!”
Aku pun tdk memedulikan teriakannya. Rumahnya yg besar, hujan deras yg kembali turun, sudah pasti tdk akan ada tetangga yg mendengar teriakan nikmat Niki. Hal itu justru semakin meningkatkan gairahku untuk menyetubuhinya.
Kali ini ku masukan kedua jariku, perlahan ku mainkan lubang kenikmatan Niki. Tentu saja ia semakin menggelinjang dan menikmati perlakuanku. Niki pun tdk bisa menahan lagi, ia orgasme dan mengeluarkan cairan kenikmatan dari dalam memeknya.
“Argghh ohhhhhhh, Johannn aku keluarrrrr…..” Teriaknya sambil menarik rambutku.
Ku biarkan cairannya yg berwarna putih bening mengalir keluar dari dalam memeknya, lalu ku hisap dan ku jilat habis, hanya menyisakan kenikmatan disekujur tubuh Niki.
Aku pun bangkit dan mendekap tubuhnya yg hangat. Niki mengulurkan tangannya ke dalam saku piyamanya. Ternyata Niki menyiapkan kondom untuk pertempurannya denganku. Tdk bisa kulihat jelas kondom berwarna hitam tersebut karena lampu kamar yg mati, hanya diterangi temaram lampu meja berwarna kuning.
“Sini, kupakein dulu…” Pinta Niki, aku pun menggeser pinggulku agar k0ntolku mendekat ke arahnya.
Niki memasangkan kondom di k0ntolku, lalu ia mengubah posisi diatasku. Digenggamnya lembut k0ntolku yg sudah tegang dari awal hisapan mulutnya tadi, diarahkannya ke lubang memeknya yg masih merekah merah.
Aku hanya bisa menyaksikan sambil berusaha membuka kancing piyama Niki satu persatu, lalu ku buka bra berwarna hitam yg menutupi payudaranya. Samar terlihat putingnya berwarna pink yg menegang kencang dan membesar.
Ku remas pelan payudaranya saat k0ntolku merengsek masuk ke dalam memek Niki. Terasa hangat, licin dan kuat menghisap k0ntolku. Begitu k0ntolku masuk seluruhnya, Niki mendiamkannya sesaat agar memeknya terbiasa. K0ntolku memang terbilang besar dan panjang, Niki pun merintih kecil saat mendapatkan itu di dalam memeknya untuk pertama kali.
Selang beberapa detik, Niki menggerakan pinggulnya ke depan dan belakang. Tangannya mencengkram perutku, kepalanya mengadah ke atas dengan mulut terbuka lebar seakan udara tak mampu mengisi otaknya yg saat ini sedang diburu nafsu birahi.
“Arrrgghhhh, enak banget sih kontol kamu, Jo. Suka bangetttt….” Desis Niki ditengah goyangan pinggulnya.
Aku yg sibuk meremas payudaranya hanya bisa tersenyum sambil memilin kecil putingnya.
Niki pun merubah goyangan pinggulnya, kali ini naik turun dengan frekuensi yg tdk terlalu cepat. Setiap hentakan yg mengantarkan k0ntolku ke ujung memeknya, menambah volume suara Niki yg sedang dirundung nafsu.
“Arghhh, arghhhh ssssshhhhhhhh…..” Rintih Niki.
Aku yg puas meremas payudara Niki, memindahkan tanganku untuk meremas pantatnya yg kencang. Ku bantu mengangkat pantatnya agar genjotannya semakin cepat. Niki mengerang kencang saat mencapai puncak kenikmatan yg kedua kalinya.
“Arrrghh, Johannnnn aku keluarrrr jooooo!!!”
Crot crot crot. Memek Niki terasa menjepit k0ntolku semakin kuat. Niki ambruk diatas tubuhku. Aku pun mendekapnya dengan penuh kelembutan.
Perlahan aku bangkit masih dengan mendekap Niki. Ku rubah posisi agar aku yg diatas tanpa mencabut k0ntolku dari dalam memeknya.
Ku genjot lagi memek Niki yg hangat, dengan tanganku yg meremas payudaranya gemas.
“Aarrgggh, Jonn. Kamu kuat banget sihhh….”
“Kamu juga kenapa enak banget sih?” balasku sambil mengusap perut dan pinggangnya.
Niki memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri.
Hampir lima menit aku berada di posisi tersebut. Niki mencapai klimaks untuk yg ketiga kalinya. Sedangkan aku? Aku pun bingung kenapa k0ntolku ini begitu kuat menggarap memek Niki. Mungkin karena kemolekan tubuhnya yg membuatku bersemangat, atau kondom yg diberikan Niki mengandung cairan pelumas yg membuatku bisa kuat bertahan selama ini? Aku tdk tahu, dan tdk ingin memikirkannya, saat ini aku hanya ingin membuat Niki lemas tak berdaya karena nikmat yg aku berikan. cerita sex
Aku memberikan sedikit waktu untuk Niki mengumpulkan nafas dan tenaganya setelah orgasmenya yg ketiga tersebut. Ku perhatikan sejenak wanita yg terbaring tanpa busana dibawah tubuhku ini. Entah mimpi apa aku semalam bisa menikmatinya, bahkan aku belum pernah memiliki pacar secantik Niki. Ia sendiri wanita cantik, pintar dan kaya raya yg selevel dengan putri bossku. Bisa dibilang, ia termasuk wanita yg awalnya aku kira tdk akan pernah bisa aku tiduri.
Aku meminta Niki untuk berdiri, ku tarik tangannya perlahan, mengarahkannya ke luar kamar. Aku menuju sofa di ruang TV rumahnya. Sofa empuk berbalut kulit coklat dengan ukuran yg cukup besar untuk permainan liar kita berdua.
Aku duduk dan mengisyaratkan Niki untuk duduk di atasku. Kali ini posisinya memunggungi diriku. Aku begitu menyukai posisi tersebut karena bisa dengan leluasa meremas pantatnya dan menyaksikan bagaimana k0ntolku terlahap memeknya dengan rakus.
Dengan tenaga yg tersisa, Niki menggenjot k0ntolku sekali lagi. Tubuhnya terlihat sangat indah saat menyatu dengan tubuhku. Ringkuhan tubuh Niki saat menahan kenikmatan membuatku gairahku tak kunjung padam.
“Johannnn, enak bangetttt. Kamu kok kuat bangettt… Ohhh ssshhhhh gak keluar keluar sshhhhhh dari tadiiii…” Racau Niki.
Aku pun membiarkan Niki mempermainkan k0ntolku di dalam memeknya. Terasa kedutan kencang di dalam memeknya yg menambah kenikmatan di k0ntolku.
“Urrghhh, Jonnn….” Desis Niki.
Semakin lama, k0ntolku terasa semakin sesak karena dorongan sperma yg sudah tdk sabar untuk keluar bebas. Ku pegangi pantat Niki dan ku kendalikan genjotannya agar semakin cepat.
Hisapan kuat memeknya membuatku tak kuasa menahan lebih lama.
“Aku mau keluar, Nikkk….” Ucapku berbisik pelan.
Dan benar saja, beberapa detik kemudian k0ntolku memuntahkan sperma berkali-kali. Membuatku lemas tak berdaya saat itu juga.
“Arrggghhh, Nikkk!!!” Teriakku saat orgasme sambil menarik tubuhnya dan meremas payudaranya.
Rupanya Niki pun orgasme, empat kali ia mencapai puncak, ku yakin sudah tak berdaya lagi tubuhnya.
Niki pun menjatuhkan dirinya ke sampingku. Ku lihat kondom yg menancap di k0ntolku sedikit menggembung karena banyaknya sperma yg keluar. Dengan perlahan ku tarik kondom agar tdk ada cairan kenikmatanku yg tumpah.
“Kamu gila…” Bisik Niki.
Kepalanya menghadap ke jendela, matanya terpejam, namun kata-kata tersebut tdk bisa ia tahan untuk tdk diutarakan.
“Baru kali ini aku main selama ini, dan seenak ini. Ganti ganti gaya pula. OK banget lah kamu…” Puji Niki lagi.
Aku hanya menoleh sebentar dan tersenyum.
Ku angkat tubuh Niki yg lemas tak berdaya itu ke kamar ku lagi. Ku baringkan dan ku selimuti, lalu aku ikut berbaring di sampingnya.
Hari sudah terang karena matahari yg terjaga dari tidur lelapnya. Kali ini giliran kami beristirahat sambil menikmati sisa sisa kenikmatan duniawi yg baru saja kami dapatkan bertubi-tubi.
Ku dekap tubuh Niki, ku kecup lehernya dari belakang. Kami pun terlelap.
Share: