388cash388cash

Cerita Dewasa Asmara Di Toko Buku


Pada saat siang hari sekitar jam 12-an aku berada di toko buku di Gatot Subroto untuk membeli sebuah majalah edisi khusus, yg katanya sih edisi terbatas. Hari itu aku memakai kaos t-shirt putih dan celana katun abu-abu.


Sebenarnya bentuk tubuhku sih biasa biasa saja, tinggi 172 cm berat 65 kg, badan cukup tegap, rambut cepak. Wajahku biasa saja, bahkan cenderung terkesan sangar. Agak kotak, hidung biasa, tdk mancung dan tdk pesek, mataku agak kecil selalu menatap dengan tajam, alisku tebal dan jidatku cukup pas deh. Jadi tdk ada yg istimewa dariku.


Saat itu keadaan di toko buku masih sepi, meskipun saat itu adalah jam makan siang, hanya ada sekitar 7/8 orang. Aku segera mendatangi rak bagian majalah. Nah, ketika aku mengambil majalah tersebut ada tangan yg mengambil majalah tersebut.


Kami sempat saling berebut sesaat dan kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut sehingga majalah tersebut jatuh ke lantai. 


"Maafff.." kataku sambil memungut majalah tersebut dan memberikannya kepada orang tersebut yg ternyata adalah seorang perempuan yg berusia sekitar 36 tahun, berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup membusung. "Busyet! molek juga nih ibu-ibu", pikirku.


"Gpp kok, nyari majalah ini juga yah.. saya sudah mencari ke mana-mana tapi tidak ketemu temu, katanya sambil tersenyum manis.
"Yah, edisi ini katanya sih terbatas kak.."
"Kamu suka juga fotografi yah?"
"Nggak kok, cuma buat koleksi aja.."


Lalu kami berbicara banyak tentang fotografi sampai akhirnya,

"Ma, Mama.. Ira sudah dapet komiknya, beli dua ya Mah", potong seorang gadis cilik masih berseragam SD.
"Sudah dapet Ra.. oh ya maaf ya Dik, Mbak duluan", katanya sambil menggandeng anaknya.

Ya sudah, nggak dapat majalah ya nggak pa-pa, aku lihat-lihat buku terbitan yg baru saja.

Sekitar setengah jam kemudian ada yg menegurku.

"Hi, asyik amat baca bukunya", tegur suara wanita yg halus dan ternyata yg menegurku adalah wanita yg tadi pergi bersama anaknya. 

Rupanaya dia balik lagi, nggak bawa anaknya.

"Ada yg kelupaan Mbak?"
"Oh tdk."
"Putrinya mana, Mbak?
"Les piano di daerah Tebet"
"Nggak dianter?
"Oh, supir yg nganter."

Kemudian kami terlibat pembicaraan tentang fotografi, cukup lama kami berbicara sampai kaki ini pegal dan mulut pun jadi haus. Akhirnya Mbak yg bernama Lina tersebut mengajakku makan fast food di lantai bawah. Aku duduk di dekat jendela dan Mbak Lina duduk di sampingku. Harum parfum dan tubuhnnya membuatku konak. Dan aku merasa, semakin lama dia semakin mendekatkan badannya padaku, aku juga merasakan tubuhnya sangat hangat.

Cerita Dewasa Asmara Di Toko Buku

Busyet dah, lengan kananku selalu bergesekan dengan lengan kirinya, tdk keras dan kasar tapi sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan tumitku sehingga pahaku menggesek-gesek dengan perlahan paha kirinya. Terlihat dia beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah dia udah kena nih, pikirku. Akhirnya dia mengajakku pergi meninggalkan restoran tersebut.

"Ke mana?" tanyaku.
"Terserah kamu saja", balasnya mesra.
"Kamu tahu nggak tempat yg privat yg enak buat ngobrol", kataku memberanikan diri, terus terang aja nih, maksudku sih motel.
"Aku tahu tempat yg privat dan enak buat ngobrol", katanya sambil tersenyum.

Kami menggunakan taksi, dan di dalam taksi itu kami hanya berdiam diri lalu kuberanikan untuk meremas-remas jemarinya dan dia pun membalasnya dengan cukup hot. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, dan kugesek-gesekkan. Hawa tubuh kami meningkat dengan tajam, aku tdk tahu apakah karena AC di taksi itu sangat buruk apa nafsu kami sudah sangat tinggi.

Kami tiba di sebuah motel di kawasan kota dan langsung memesan kamar standart. Kami masuk lift diantar oleh seorang room boy, dan di dalam lift tersebut aku memilih berdiri di belakang Mbak Lina yg berdiri sejajar dengan sang room boy. Kugesek-gesekan dengan perlahan burungku ke pantat Mbak Lina, Mbak Lina pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku. 

Ketika room boy meninggalkan kami di kamar, langsung kepeluk Mbak Lina dari belakang, kuremas-remas dadanya yg membusung dan kucium tengkuknya. "Mmhh.. kamu nakal sekali deh dari tadi.. hhm, aku sudah tdk tahan nih", sambil dengan cepat dia membuka bajunya dan dilanjutkan dengan membuka roknya. Ketika tangannya mencari reitsleting roknya, masih sempat-sempatnya tangannya meremas batanganku.

Dia segera membalikkan tubuhnya, payudaranya yg berada di balik BH-nya telah membusung. 

"Buka dong bajumu", pintanya dengan penuh kemesraan. 

Dengan cepat kutarik kaosku ke atas, dan celanaku ke bawah. Dia sempat terbelalak ketika melihat batang kemaluanku yg sudah keluar dari CD-ku. Kepala batangku cuma 1/2 cm dari pusar. Aku sih tdk mau ambil pusing, segera kucium bibirnya yg tipis dan kulumat, segera terjadi pertempuran lidah yg cukup dahsyat sampai nafasku ngos-ngosan dibuatnya.

Sambil berciuman, kutarik kedua cup BH-nya ke atas (ini adalah cara paling gampang membuka BH, tdk perlu mencari kaitannya). Dan bleggh.., payudaranya sangat besar dan bulat, dengan puting yg kecil warnanya coklat dan terlihat urat-uratnya kebiruan. Tangan kananku segera memilin puting sebelah kiri dan tangan kiriku sibuk menurunkan CD-nya. 

Ketika CD-nya sudah mendekati lutut segera kuaktifkan jempol kaki kananku untuk menurunkan CD yg menggantung dekat lututnya, dan bibirku terus turun melalui lehernya yg cukup jenjang. Nafas Mbak Lina semakin mendengus-dengus dan kedua tangannya meremas-remas buah pantatku dan kadang-kadang memencetnya.

Akhirnya mulutku sampai juga ke buah semangkanya. Gila, besar sekali.. ampun deh, kurasa BH-nya diimpor secara khusus kali. Kudorong tubuhnya secara perlahan hingga kami akhirnya saling menindih di atas kasur yg cukup empuk. Segera kunikmati payudaranya dengan menggunakan tangan dan lidahku bergantian antara kiri dan kanan. 

Setelah cukup puas, aku segera menurunkan ciumanku semakin ke bawah, ketika ciumanku mencapai bagian iga, Mbak Lina menggeliat-geliat, saya tdk tahu apakah ini karena efek ciumanku atau kedua tanganku yg memilin-milin putingnya yg sudah keras. Dan semakin ke bawah terlihat bulu kemaluannya yg tercukur rapi, dan wangi khas wanita yg sangat merangsang membuatku bergegas menuju liang senggamanya dan segera kujilat bagian atasnya beberapa kali.

Kulihat Mbak Lina segera menghentak-hentakkan pinggulnya ketika aku memainkan klitorisnya. Dan sekarang terlihat dengan jelas klitorisnya yg kecil. Dengan rakus kujilat dengan keras dan cepat. Mbak Lina bergoyang (maju mundur) dengan cepat, jadi sasaran jilatanku nggak begitu tepat, segera kutekan pinggulnya. Kujilat lagi dengan cepat dan tepat, Mbak Lina ingin menggerak-gerakkan pinggulnya tapi tertahan. 

Cerita Dewasa Asmara Di Toko Buku

Tenaga pinggulnya luar biasa kuatnya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga dan erangan Mbak Lina yg tadinya sayup-sayup sekarang menjadi keras dan liar. Dan kuhisap-hisap klitorisnya, dan aku merasa ada yg masuk ke dalam mulutku, segera kujepit diantara gigi atasku dan bibir bawahku dan segera kugerak-gerakkan bibir bawahku ke kiri dan ke kanan sambil menarik ke atas. Mbak Lina menjerit-jerit keras dan tubuhnya melenting tinggi, aku sudah tdk kuasa untuk menahan pinggulnya yg bergerak melenting ke atas. Terasa liang kewanitaannya sangat basah oleh cairan kenikmatannya. Dan dengan segera kupersiapkan batanganku, kuarahkan ke liang senggamanya dan, 

"Slebb.." tdk masuk, hanya ujung batanganku saja yg menempel dan Mbak Lina merintih kesakitan.

"Pelan-pelan Wan", pintanya lemah.
"Ya deh Mbak", dan kuulangi lagi, tdk masuk juga. 

Busyet nih cewek, sudah punya anak tapi masih kayak perawan begini. Segera kukorek cairan di dalam liang kewanitaannya untuk melumuri kepala kemaluanku, lalu perlahan-lahan tapi pasti kudorong lagi senjataku. 

"Aarrghh.. pelan Wan.." Busyet padahal baru kepalanya saja, sudah susah masuknya. 

Kutarik perlahan, dan kumasukan perlahan juga. Pada hitungan ketiga, kutancap agak keras. 

"Arrhhghh.." Mbak Lina menjerit, terlihat air matanya meleleh di sisi matanya.

"Kenapa Mbak, mau udahan dulu?" bisikku padda Mbak Lina setelah melihatnya kesakitan.
"Jangan Wan, terus aja", balasnya manja.

Kemudian kumainkan maju mundur dan pada hitungan ketiga kutancap dengan keras. Yah, bibir kemaluannya ikut masuk ke dalam. Wah sakit juga, habis sampai bulu kemaluannya ikut masuk, bayangkan aja, bulu kemaluan kan kasar, terus menempel di batanganku dan dijepit oleh bibir kewanitaan Mbak Lina yg ketat sekali.

Dengan usaha tiga hitungan tersebut, akhirnya mentok juga batanganku di dalam liang senggama Mbak Lina. Terus terang saja, usahaku ini sangat menguras tenaga, hal ini bisa dilihat dari keringatku yg mengalir sangat deras.

Setelah Mbak Lina tenang, segera senjataku kugerakkan maju mundur dengan perlahan dan Mbak Lina mulai menikmatinya. Mulai ikut bergoyang dan suaranya mulai ikut mengalun bersama genjotanku. Akhirnya liang kewanitaan Mbak Lina mulai terasa licin dan rasa sakit yg diakibatkan oleh kasar dan lebatnya bulu kemaluannya sedikit berkurang dan bagiku ini adalah sangat nikmat.

Baru sekitar 12 menitan menggenjot, tiba-tiba dia memelukku dengan kencang dan, 

"Auuwww..", jeritannya sangat keras, dan beberapa detik kemudian dia melepaskan pelukannya dan terbaring lemas.
"Istirahat dulu Mbak", tanyaku.
"Ya Wan.. aku ingin istirahat, abis capek banget sich.. 

Tulang-tulang Mbak terasa mau lepas Wan", bisiknya dengan nada manja.

"Oke deh Mbak, kita lanjutkan nanti aja..", balasku tak kalah mesranya.
"Wan, kamu sering ya ginian sama wanita lain..", pancing Mbak Lina.
"Ah nggak kok Mbak, baru kali ini", jawabku berbohong.
"Tapi dari caramu tadi terlihat profesional Wan, Kamu hebat Wan.. Sungguh perkasa", puji Mbak Lina.
"Mbak juga hebat, lubang surga Mbak sempit banget sich.., padahal kan Mbak udah punya anak", balasku balik memuji.
"Ah kamu bisa aja, kalau itu sich rahasia dapur", balasnya manja.

Kamipun tertawa berdua sambil berpelukan.

Tak terasa karena lelah, kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan dan kami kaget saat terbangun, rupanya kami tertidur selama tiga jam. Kami pun melanjutkan permainan yg tertunda tadi. Kali ini permainan lebih buas dan liar, kami bercinta dengan bermacam-macam posisi. 

Dan yg lebih menggembirakan lagi, pada permainan tahap kedua ini kami tdk menemui kesulitan yg berarti, karena selain kami sudah sama-sama berpengalaman, ternyata liang senggama Mbak Lina tdk sesempit yg pertama tadi, mungkin karena sudah ditembus oleh senjataku yg luar biasa ini sehingga kini lancarlah senjataku memasuki liang sorganya. 

Tapi permainan ini tdk berlangsung lama karena Mbak Lina harus cepat-cepat pulang menemui anaknya yg sudah pulang dari les piano. Tapi sebelum berpisah kami saling memberikan alamat dan nomer telepon sehingga kami bisa bercinta lagi di lain saat dengan tenang dan damai.
Share: